Lily Valencia seorang wanita yang cantik, yang mengandung dan membesarkan seorang anak seorang diri, tanpa tahu siapa yang menghamilinya.
Kehidupan yang keras ia lalui bersama Adam, putranya. Setelah Lily diusir karena di anggap aib oleh keluarganya.
Setelah Empat tahun berlalu, pria itu datang dan mengaku sebagai ayah biologis Adam.
"Dia anakku, kau tidak berhak memisahkan kami!"
"Dia lahir dari benih yang aku tanamkan di rahimmu. Suka atau tidak, Adam juga anakku!"
Lily tidak tahu seberapa besar bahaya yang akan mengancam hidupnya, jika ia bersama pria ini. Kehidupannya tak lagi bisa damai setelah ia bertemu dengan ayah dari anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam panjang
A menyandarkan tubuhnya di kursi, ia mengunakan satu kakinya menolak ke meja. Belati kecil dengan ukiran berwarna emas, bermain di antara jari-jari kekar pria itu.
Seorang laki-laki berambut panjang masuk ke ruangan itu. Kedatangannya disambut oleh belati kecil milik A, benda tajam itu melesat dan tertancap di pintu yang baru saja di tutup Marquis.
"Astaga! Kau memotong dua helai rambut indahku!" pekik Marquis. Marquis menatap tidak suka pada A, ia merapikan rambut yang menurutnya berantakan.
"Kau terlambat," ujar A.
Marquis berdecih, sebenarnya ia juga tidak ingin terlambat datang. Namun, ia harus menyelesaikan pekerjaan sebelum datang menemui A.
Marquis menjatuhkan bokongnya di sofa, ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil lalu meletakkannya dengan perlahan diatas meja.
"Itu pesanan mu, aku yang baru selesai kemarin, untuk apa kau ingin racun seperti itu?" tanya Marquis dengan kening yang berkerut.
A tersenyum dibalik topengnya. Tidak sia-sia ia membesarkan Marquis di sisinya. Marquis adalah anak dari seorang yakuza di Jepang. Namun, terjadi perebutan kekuasaan hingga Marquis diusir dan di asingkan setelah pemberontakan yang di klan yang di pimpin sang Ayah. Kala itu, Marquis melarikan diri dari pengasingan dan di selamatkan oleh Aric.
"Pada saatnya kau akan tau, dan aku mengandalkan mu saat itu tiba," ujar A.
"Hem ..." Marquis mengangkat bahunya acuh.
A menurunkan kakinya, ia bangkit dari kursi yang ia duduki. Pria bertopeng itu mengambil kotak yang di letakkan Marquis, sebuah senyum lebar tersungging di bibirnya. Ini memang bukan rencana terbaik, tetapi A bisa menggunakannya saat paling mendesak. Ia menutup kotak kecil itu lalu memasukannya kedalam saku.
Ponsel milik A bergetar, ia segera mengangkatnya. Sebuah pesan singkat dari Rey, raut wajah A menegang ia mencengkram ponsel yang ada di tangannya.
"Kita berangkat sekarang!" Marquis, pria berambut panjang itu bangkit dari duduknya. Ia baru saja mendapatkan kabar yang sama dengan A dari anak buahnya.
A mengangguk, dua laki-laki itu pun keluar dari ruangan itu. Malam ini adalah transaksi besar di daerah selatan, terjadi kekacauan di sana. Beberapa anak buah A dan Marquis terluka bahkan tewas.
Mobil hitam yang ditumpangi A melaju dengan kecepatan tinggi, ia tidak menduga musuh bergerak secepat ini. Raut wajah Marquis berubah dari biasanya, raja racun itu sudah tidak sabar mengigit musuh dengan kedua taringnya.
"Ada yang mengikuti kita," ujar A setelah melirik sekilas kaca spion mobil.
Marquis hendak mengeluarkan kepalanya dari jendela. Namun, segera cegah oleh A. Sebuah peluru melesat, menghantam kaca belakang mobil mereka.
"Sial!" umpat A.
Marquis mengeluarkan pistol miliknya, ia mengeluarkan membalas tembakan lawan beberapa kali. Tembakan Marquis tepat mengenai lengan si penembak.
Namun, tembakan terus memberondong mereka. Jalanan yang sepi dan gelap, rimis hujan menambah nuansa mencekam, bunyi tembakan saling bersahutan di antara kedua mobil itu.
Satu mobil sudah di lumpuhkan Marquis, dengan menembak roda mobil. Tetapi dua mobil segera menyusul dan menyerang mereka.
"Sial! kenapa curut-curut itu banyak sekali," keluh Marquis, ia tidak begitu ahli bertarung jarang jauh seperti ini.
"Diam dan tembak mereka, aku harus segera pulang sebelum istriku bangun!" Bentak A.
Sebuah truk datang dari arah berlawanan, dengan kecepatan tinggi truk itu melaju ke arah A dan Marquis. Tak ingin mati konyol, A membanting setir ke kiri untuk menghindar. Mobil mewah melaju masuk kedalam hutan.
Braak
Mobil hitam itu menabrak pohon, saat A membanting setir ternyata salah satu ban belakang mereka kena tembak.
Benturan keras mengakibatkan topeng yang dipakai A retak, Marquis pun tak sadarkan diri.
"Hah malam yang sial," umpat A.
Dengan kepala yang masih berdenyut, A berusaha keluar dari mobil. Dengan susah payahnya ia berhasil keluar, A membantu Marquis keluar.
Setelah meletakkan tubuh Marquis ke tempat yang lebih aman, A kembali ke mobilnya. Ia menyalakan korek api lalu membakar mobil itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanya A dengan seseorang di ujung telepon. Untungnya ponsel A tidak rusak saat kecelakaan terjadi.
"Kami di sini baik Tuan," jawab pria itu.
"Hubungi Rey, tarik semua anak-anak kembali ke markas begitu juga dengan anak buah Marquis suruh mereka kembali ke markas, lakukan yang seharusnya dilakukan!" titah A dengan tegas.
"Baik Tuan, Tuan apa Anda baik-baik saja?"
"Kirim seseorang untuk menjempuku di titik koordinat yang aku kirimkan." A mematikan ponselnya setelah mengirimkan lokasi pada Hakim, ia kemudian mengatur nafas.
A melepaskan kemeja yang di pakainya, merobek kemeja berwarna putih itu lalu membalut luka di kepala Marquis, berharap bisa sedikit menghentikan darah yang keluar dari robekan kulit di kepala laki-laki cantik itu.
Setelahnya, A mengikat kain pada lengannya sendiri. Sepertinya A tergores besi runcing saat berusaha mengeluarkan Marquis dari mobil.
lucunya liat anne yang masih kecil tapi dah nurut ke adam apa mereka bakal berjodoh