Cinta Aisyah

Di jam enam pagi, Ibrahim menyetir mobil mengantar sang Abah ke suatu desa terpencil yang jauh dari kota. Desa di mana para penduduknya rata-rata berada di kelas bawah.

Hanya membutuhkan waktu satu jam, Ibrahim sudah sampai di desa yang Abah Yusuf tunjukkan.

"Berhenti sebentar, tanyakan, dimana rumah pak Rt nya." titah Abah Yusuf pada Ibrahim.

"Iya Bah." sahut Ibrahim kemudian turun dari mobil dan bertanya pada orang sekitar.

"Maaf permisi, saya mau bertanya, em rumah pak Rt nya dimana ya pak ?" tanya Abi dengan sopan.

"Ooh mas nya lurus saja, nanti perempatan belok kiri. Nah di sebelah kanan jalan hanya ada satu rumah bertingkat warna hijau nomer delapan, itu rumah pak Rt nya." sahut warga disitu.

"Baik, terimakasih pak. Permisi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.." sahut warga tersebut.

Ibrahim kini menjalankan mobilnya kembali mencari rumah yang sudah diberitahu oleh warga. Ibrahim menghentikan mobilnya tepat di depan rumah mewah berlantai dua dengan pagar yang menjulang tinggi.

"Abah ada keperluan apa kemari Bah ?" tanya Ibrahim penasaran.

"Sudah, turun saja dulu. Nanti kau akan tahu kenapa Abah kemari." sahut Abah Yusuf dan kini sudah menuruni mobilnya di ikuti Ibrahim.

"Assalamualaikum, permisi." teriak Ibrahim karena tak mendapati siapapun disana.

Tak berselang lama, penjaga rumah datang menghampiri keduanya.

"Maaf, apa pemilik rumah ini ada di dirumah ?" tanya Ibrahim pada penjaga rumah tersebut.

"Waalaikumsalam, maaf mas nya siapa ya ? Dan ada keperluan apa ?" sahut penjaga rumah tersebut.

"Abah saya Kiyai Yusuf Alhasan Mahmud ingin bertemu dengan pemilik rumah ini."

"Tunggu sebentar, saya konfirmasi dulu dengan majikan saya." penjaga rumah tersebut berlalu menuju pos dan menelfon pemilik rumah tersebut memberitahukan siapa yang datang.

"Kiyai Yusuf ? Pemilik pondok pesantren Al-Fuzha ?" tanya si pemilik rumah pada security.

Setelah mendapat jawaban, pemilik rumah tersebut kembali bicara.

"Suruh masuk sekarang. Antar beliau sampai depan pintu rumah." titah pemilik rumah tersebut dengan antusias.

Betapa terkejutnya si pemilik rumah di datangi seorang Kiyai besar dirumahnya. Mimpi apa dia semalam, bahwa pagi ini akan kedatangan seorang Kiyai.

Penjaga rumah tersebut segera menghampiri Abah Yusuf dan Ibrahim yang masih berdiri di luar gerbang dengan segera membukakan pintu.

"Silahkan masuk Pak Kiyai, majikan saya ada di dalam. Monggo.." ujar security tersebut dengan menundukkan bahunya sebagai tanda hormat.

***

Dirumah keluarga Atmaja.

Abi sudah bersiap untuk berangkat ke kantor hari ini. Sudah terlalu lama dirinya tak menginjak perusahaannya selama satu bulan. Aisyah dengan telatennya mengurus Abi dengan penuh perhatian.

"Sarapan sudah siap mas, Ais yang masak." ujar Aisyah setelah masuk ke dalam kamar Abi.

"Oke baiklah, tolong pasangkan ini dulu. Dari tadi susah sekali." kata Abi di turuti oleh Aisyah.

Aisyah kemudian berdiri di hadapan Abimana dan membantunya memasangkan dasi. Saat sedang fokus memasangkan dasi, tiba-tiba Abi mengecup kening Aisyah yang tertutup cadarnya. Aisyah yang terus di jahili tak fokus dan justru semakin sulit memasangkan dasi di leher Abi. Saat sudah berhasil Aisyah menarik dasi agar lebih kencang dan ternyata..

Hkkk...

"Aisyah, longgarkan. Cepat aku nggak bisa nafas."

"Ah, lalu aku harus menarik dimana nya ? Aku takut semakin tercekik lehernya.. Ya Allah gimana ini ?" Aisyah panik karena terlalu kuat menarik dasi di leher Abi hingga membuatnya tercekik dengan begitu kencangnya.

Abi yang tahu istrinya panik, ia berusaha membantu Aisyah melonggarkannya dan berhasil.

"Haah, Huuft.. Hampir saja aku kehabisan nafas Aisyah." ujar Abi dengan nafas tersengal-sengal berkeringat saking paniknya.

Aisyah yang melihat dasi tersebut sudah terlepas segera memeluk suaminya itu dengan perasaan bersalah.

"Maafin Ais mas, Ais nggak tahu cara pasang dasi." kata Aisyah dalam pelukannya.

"Iya sayang nggak apa, ya sudah ayo kita sarapan." sahut Abi mengusap punggung Aisyah dengan lembut.

"Ya Tuhan, hampir saja aku mati di tangan istriku, huuft.." kata Abi dalam hati.

Kini keduanya sudah berada di meja makan bersama mama Vina. Semuanya sarapan pagi ini dengan begitu hangat.

"Ingat Abi, jika Bella mendatangi kantormu. Langsung gantung saja dia di tiang listrik." ujar mama Vina memberi peringatan padanya.

"Iya mah, semuanya sudah aman terkendali. Pagi ini jam delapan Ricko menganter Bella lebih dulu ke bandara, setelah itu baru berangkat ke kantor." sahutnya sembari memasukkan makanannya ke dalam mulut.

"Ah iya mama lupa memberitahumu. Lusa papa pulang dari singapura, jadi hari ini mama akan mengajak Aisyah pergi ke salon dan berbelanja kebutuhan rumah." ujar mama Vina meminta ijin pada Abi untuk mengajak istrinya.

"Oke, apa mama akan spa juga ?" tanya Abi.

"Yaa, mama akan Spa dan Creambath. Sudah lama mama nggak menenangkan diri. Menghadapi Bella membuat kepala mama pusing dan badan mama pegal semua karena emosi." katanya lagi kesal jika membahas Bella.

Sarapan sudah selesai. Aisyah mengantar Abi keluar hingga sampai di depan mobilnya. Abi menyetir sendiri kali ini. Karena Ricko harus mengurus Bella. Sedangkan Pras mengurus meeting yang harus ia urus saat Abi tidak ada di perusahaan.

"Aku berangkat dulu ya sayang, ingat. Jaga mata saat di mol nanti sama mama. Jangan menjawab jika ada orang asing mengajakmu bicara. Oke ?" ujar Abi sebelum berangkat ke kantor.

"Iya mas," sahut Aisyah dan menyalami tangan Abi dengan lembut.

"Ah iya satu lagi. Jika di salon banyak pria, kau bilang saja sama mama untuk di urus di bagian ruang VIP." katanya lagi sebelum masuk mobil.

Aisyah tersenyum di balik cadarnya. Ternyata seposesif ini Abi padanya. Aisyah melambaikan tangannya setelah melihat kepergian mobil Abimana.

***

Dirumah Pak Rt..

"Silahkan di minum teh nya pak kiyai, monggo mas di minum teh nya." tawar Pak Rt pada tamu istimewanya dengan penuh senyuman.

Setelah melihat Abah Yusuf menyeruput teh yang di suguhkan, pak Rt kembali bertanya pada Abah Yusuf.

"Maaf pak Kiyai, sebenarnya ada apa pak Kiyai mendatangi rumah saya yang kecil ini ?" tanya pak Rt dan hanya mendapat senyum simpul di bibir Abah Yusuf.

"Iyaa jadi begini, sebelumnya saya minta maaf karena datang kemari terlalu mendadak." sahut Abah Yusuf mengambil nafasnya sesaat kemudian kembali bicara. "Saya mau tanya, apa pak Rt mempunyai warga yang bernama pak Sunardi ?" tanya Abah Yusuf membuat pak Rt mengerutkan dahinya.

"Sunardi ? Iyaa ada pak Kiyai. Memangnya ada apa ?" tanya pak Rt penasaran.

"Dimana dia tinggal ? Dan bagaimana asal usul keluarganya ?" tanya Abah Yusuf dengan wajah serius.

"Dia sekarang menjadi TKI di luar negeri pak Kiyai, semenjak di tinggal orangtuanya, kehidupannya semakin rumit. Dia pergi ke luar negeri untuk membayar hutang-hutangnya. Dia juga mempunyai keponakan perempuan, katanya sih lagi meneruskan pendidikannya di pesantren." sahut pak Rt menjelaskan semuanya secara detail.

"Siapa nama keponakannya yang ada di pesantren ?"

"Namanya Fatimah pak Kiyai."

Degh..

Ibrahim yang baru tahu tujuan Abah Yusuf mencari keberadaan keluarga Fatimah sangat terkejut dalam hatinya.

"Ternyata Abah diam-diam mencari tahu siapa Fatimah ?" kata Ibrahim dalam hati.

Abah Yusuf juga kini dapat bernafas lega karena sudah menemukan titik terang tentang asal usul Fatimah yang beliau cari tahu melalui Arman.

"Lalu, dimana orangtua Fatimah tinggal ?" tanya lagi Abah Yusuf.

"Fatimah ? Dia yatim piatu sejak lahir pak Kiyai.." sahut pak Rt membuat Abah Yusuf tersedak hingga batuk.

"Uhuk..Uhuk.."

"Bah, di minum dulu airnya.." ujar Ibrahim memberikan teh hangatnya pada Abah Yusuf agar lebih tenang. Dirasa sudah bisa kembali bicara, Abah Yusuf bertanya lagi.

"Yatim Piatu sejak lahir ?"

...----------------...

Bersambung...