Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
frustasi farhan
Malam itu, Farhan duduk sendirian di ruang kerjanya, menatap kosong ke layar laptop yang masih menampilkan laporan keuangan perusahaan. Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sejak tadi sudah dingin. Kepalanya penuh dengan berbagai pikiran yang bercampur aduk.
Ia merasa lelah. Bukan hanya karena masalah perusahaan yang semakin kacau, tetapi juga karena perasaannya sendiri. Setiap hari, ia merasa seperti ditarik ke dua arah yang berlawanan, Aisyah di satu sisi, dan ibunya serta Rania di sisi lainnya.
Farhan tidak pernah meragukan cintanya pada Aisyah. Wanita itu adalah rumah baginya, tempat di mana ia selalu merasa tenang. Namun, semakin hari, tekanan dari ibunya semakin besar. Rania pun selalu ada, menawarkan bantuan, perhatian, dan solusi yang terasa begitu melegakan di tengah kekacauan ini.
Saat makan malam tadi, ia sebenarnya tidak berniat untuk duduk berdua dengan Rania. Awalnya, mereka hanya membahas strategi untuk menyelamatkan perusahaan. Namun, semakin lama berbincang, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Rania paham betul bagaimana menenangkannya, bagaimana memberinya dukungan dalam bisnis yang selama ini menjadi bebannya sendiri.
Farhan menggenggam kepalanya, frustasi. Ia tahu Aisyah mungkin sudah melihatnya bersama Rania, dan itu pasti menyakitinya. Tapi, apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak bisa meninggalkan perusahaan, dan satu-satunya orang yang bisa membantunya saat ini adalah Rania.
“Aku nggak boleh seperti ini,” gumamnya pelan. Ia sadar bahwa jika ia terus membiarkan situasi ini berlanjut, ia akan kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada bisnis, pernikahannya dengan Aisyah.
Namun, bagaimana caranya melepaskan diri dari semua ini? Bagaimana ia bisa menjaga Aisyah tetap di sisinya tanpa mengecewakan ibunya? Dan bagaimana ia bisa memastikan bahwa Rania benar-benar tulus, atau hanya bermain dengan pikirannya?
Farhan menutup matanya, mencoba mencari jawaban yang terasa semakin sulit ditemukan. Di dalam hatinya, ia hanya berharap satu hal, agar Aisyah tetap percaya padanya, sebelum semuanya terlambat.
•••
Keesokan harinya, Farhan memutuskan untuk berbicara jujur pada Aisyah. Saat ia pulang ke rumah, ia menemukan istrinya duduk di ruang tamu, matanya sedikit sembab. Aisyah menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan emosi yang tertahan.
“Aku lihat kamu makan malam dengan Rania,” ucap Aisyah lirih.
Farhan menghela napas panjang sebelum duduk di sebelahnya. “Aku nggak akan bohong, Aisyah. Aku memang makan malam dengan Rania. Tapi bukan seperti yang kamu pikirkan.”
Aisyah diam, menunggu penjelasan lebih lanjut.
Farhan melanjutkan, “Perusahaan sedang dalam masalah besar. Ada kasus penyalahgunaan dana, dan aku terjebak di tengah-tengahnya. Rania menawarkan bantuan, dan aku merasa aku nggak punya pilihan lain. Aku terlalu tertekan, dan aku butuh seseorang untuk mendengarkan.”
Aisyah menatapnya dalam-dalam, mencari kejujuran di mata suaminya. “Lalu, kenapa kamu nggak cerita dari awal? Kenapa aku harus tahu ini dari melihat kamu bersama Rania?”
Farhan menggenggam tangan Aisyah. “Aku takut, Aisyah. Aku takut kamu bakal kecewa, takut kamu nggak bisa menerima kenyataan bahwa aku nggak bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Tapi aku sadar… menyembunyikan ini darimu adalah kesalahan.”
Aisyah menghela napas, mencoba memahami situasi. “Farhan, aku istrimu. Aku di sini bukan cuma untuk saat-saat bahagia, tapi juga saat sulit. Kalau kamu terus membiarkan Rania ada dalam hidupmu dengan alasan membantu, aku nggak tahu harus bagaimana.”
Farhan menunduk, menyadari betapa besar rasa sakit yang ia timbulkan. “Aku janji, aku nggak akan membiarkan Rania masuk lebih jauh. Aku akan cari cara lain untuk menyelesaikan masalah ini. Aku hanya ingin kamu tetap percaya sama aku.”
Aisyah terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Kepercayaan itu nggak bisa kamu minta begitu saja, Farhan. Kamu harus membuktikannya.”
Farhan menatap istrinya dengan penuh tekad. Ia tahu ini bukan sekadar janji kosong, ini adalah saatnya ia benar-benar menunjukkan siapa yang lebih penting dalam hidupnya.