Ayah Dari Anakku
Hujan mengguyur kota Surabaya dengan derasnya. Seorang pria bermata sipit berjalan dengan seorang asisten pribadinya yang menarik koper di belakangnya.
Mereka berdua baru saja turun dari pesawat, penerbangan Jakarta-Surabaya malam ini.
Artma Aric Mahadev pengusaha sukses berusia tiga puluh lima tahun itu datang ke Surabaya untuk meninjau langsung pembangunan pabrik baru. Dengan ditemani asisten pribadinya, Hakim pria yang berusia terpaut dua tahun lebih tua darinya.
Sebuah mobil mewah sudah di siapkan untuk menjemput Aric dari bandara. Hakim mendahului langkah Aric. Ia kemudian membuka pintu mobil untuk tuannya itu.
"Silahkan, Tuan," ucap Hakim sambil menunduk hormat.
Pria keturunan Indonesia - Pakistan itu hanya mengangguk, ia lalu masuk kedalam mobil, hakim menutup pintunya dengan hati-hati. Pria berambut ikal itu kemudian menaruh koper di bagasi belakang, sebelum masuk ke mobil.
Mobil hitam itu melesat membelah indahnya keheningan di tengah hujan yang mengguyur kota Surabaya. Aric menatap malam yang pekat dari jendela mobil, malam ini begitu pekat rintik hujan yang sertai sedikit angin membawanya larut dalam kenangan masa lalu.
Flashback on
Di malam itu, yang sama persis seperti hari ini, Aric baru saja pulang dari kantor. Dengan membawa sekotak coklat dan sebuket mawar merah ia mengendarai mobilnya dengan penuh semangat. Hatinya berbunga-bunga dengan penuh harapan yang ia ciptakan.
Malam ini ia akan melamar kekasihnya veronica, wanita yang menjalin kasih Dengan selama tiga tahun. Ia sungguh tidak sabar tetapi juga gugup, ia sudah merencanakan hari ini selama beberapa hari, memberikan kejutan termanis untuk sang kekasih.
Mobil yang ia tumpangi berhenti di basemant apartemen mewah. Aric sengaja berbohong pada sang kekasih, kalau ia akan keluar kota hari ini. Ia ingin memberikan kejutan pada Veronica.
Setelah merapikan penampilannya. Aric turun dari mobilnya, tak lupa membawa coklat dan bunga mawar yang telah ia siapkan.
Dengan langkah cepat ia keluar dari lift yang membawanya ke lantai dua puluh. Setelah sampai di depan apartemen Veronica yang ia belikan, Aric segera menekan kode pintu.
Saat pintu terbuka Aric kejutan besar, seorang pria sedang berpacu di atas tubuh kekasihnya di atas sofa. Keduanya mengerang penuh kenikmatan hingga tak sadar dengan pintu yang baru saja terbuka.
"Emh ... kau menikmatinya ?" tanya laki-laki itu.
"Kau yang terbaik ... umh ..."
Mata Aric, ia melemparkan bunga dan coklat yang ia bawa pada dua orang yang sedang bergumul itu dengan panas.
"Ar ... Aric ...!" seru Veronica tergagap. Ia segera mendorong tubuh laki-laki yang ada diatasnya.
Laki-laki itu tersenyum miring, ia turun perlahan dari atas Veronica. Tak sedikitpun rasa bersalah tersirat di wajahnya. Yang ada ia malam menatap kakaknya dengan senyum mengejek. Ia meraih boxer miliknya, lalu segera memakainya.
Veronika gelagapan ia segera memunguti bajunya di lantai untuk menutupi tubuh polosnya. Wajahnya pias, ia terkejut dengan kedatangan Aric.
Aric berusaha mengontrol dirinya, menahan gemuruh yang meletup, seperti lava gunung berapi aktif yang siap meletus.
Ia memejamkan matanya sejenak, kemudian berjalan dengan tenang ke arah sofa, Aric mendudukkan diri berhadapan dengan dua orang paling memuakkan. Ia mengambil sebatang rokok, menyalakannya kemudian menghisapnya perlahan.
"Sayang, aku ...aku bisa menjelaskannya. Ini tidak seperti yang kau pikirkan," ucap Veronica tergagap.
Aric terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai ia tidak punya waktu untuk memanjakan kekasihnya. Merasa terabaikan, Veronica menerima dengan baik ahnan yang mulai mendekatinya. Meskipun ia menjalani hubungan gelap dengan ahnan, Veronica juga tidak ingin kehilangan aric.
"Tidak, kau tidak usah menjelaskan apa-apa. Ahnan memang lebih pantas untukmu," mendengar ucapan Aric membuat ahnan tersenyum sinis, bukan ini yang ia inginkan. Ahnan ingin melihat Aric meraung putus asa di hadapannya.
"Aku-
"Sampah memang pantas dengan sampah!" ucap Aric penuh penekanan.
"Kau tidak perlu marah Tuan Aric, kami hanya sedikit bermain," sahut Ahnan dengan santainya.
Ia berdiri melangkah mendekati aric yang sudah mengeratkan rahangnya. Ahnan mendekatkan wajahnya pada Aric.
"Kau sudah kalah, darah perawan miliknya sudah aku nikmati. Shhh .... Aku masih ingat bagaimana dia menggelinjang hebat karena aku, Aric," bisik Ahnan dengan mendesis.
Tubuh Aric menegang, ingin rasanya ia memukul kepala bajingan di hadapannya ini. Namun, aric tak ingin terbawa permainan Ahnan. Ia tahu benar bagaimana rupa asli dari pria itu, kalau masalah Vero. Bisa jadi ia di jebak atau ia yang merentangkan kedua kaki dengan suka rela, ia sudah tidak perduli. Yang Aric tahu Veronica telah mengkhianati kepercayaannya.
"Aku pergi, ambil saja wanita itu. Anggap saja itu sedekah untukmu." Aric meninggalkan apartemen itu, Ia menutup pintu dengan kasar di belakangnya.
Flashback off.
Betapa hancurnya hati Aric untuk kedua kalinya air mata pria itu jatuh, impiannya selama ini untuk membina rumah tangga hancur sudah. Kesetiannya dinodai dengan begitu kejamnya. Ia sangat menjaga Veronica, memperlakukannya bak ratu, menahan dirinya sebelum mereka sah dalam ikatan pernikahan.
Namun, apa ia hanya mendapatkan penghianatan atas cinta sucinya. Hatinya tersayat perih. Luka yang dialami oleh Aric terlalu dalam, tetapi ia berusaha untuk tenang. Ia tidak ingin dunia melihat sisi rapuhnya.
Lima tahun sudah berlalu, tetapi luka itu masih terasa perih. Membuat Aric enggan untuk membuka hatinya lagi.
"Kita sudah sampai, Tuan," tegur Hakim, membuyarkan lamunan Aric.
"Hem," jawab Aric singkat.
Hakim segera turun dari mobil, untuk mengambil koper. Sementara sang sopir membuka pintu untuk Aric.
Hotel mewah, kamar presidential suite. Aric segera membersihkan dirinya, setelah selesai dengan kasar ia menghempaskan tubuh di atas kasur super empuk yang berlapis sprei warna putih.
Kehidupan yang bergelimang harta, tak sesempurna yang terlihat. Seorang pewaris perusahaan Gulfaam corporation, dengan paras yang rupawan dan berwibawa, nyatanya hanya seorang pria rapuh, yang tak bisa sembuh dari patah hati. Bukan ia tidak bisa melupakan Veronica, tetapi ia belum bisa menyembuhkan lukanya.
Aric memejamkan matanya, sebuah senyum getir tersungging di bibir pria itu. Malam itu hatinya sangat terluka, tetapi ia juga menyakiti hati lainnya.
Aric membuka botol wine yang selalu menjadi teman di setiap malamnya. Nyatanya hati pria itu masih begitu rapuh untuk menerima luka hati ini. Bahkan sampai saat ini aric tidak ingin membuka hatinya untuk siapapun, meskipun sang ayah menjodohkannya berkali-kali. Namun, aric selalu menolaknya. Hatinya belum mampu untuk terluka lagi, penghianatan Veronica begitu membekas di hati aric.
Malam semakin larut, bulan purnama masih tersipu di balik awan tipis selepas hujan reda. Kelelahan setelah perjalanan dan perkerjaannya, Aric akhirnya terlelap setelah menghabiskan satu botol wine sebagai pengantar tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
vita
semonga kedepan nya cerita nya makin mantap
2024-08-22
0
Truely Jm Manoppo
sedih 😭😭😭
mampir thor.
2024-08-20
0
Anonymous
keren
2024-08-18
0