Hidup Bintang seketika hancur setelah sahabatnya mengambil kekasih hatinya dan dihari yang sama ia juga harus kehilangan kehormatannya oleh orang yang tidak dikenal karena mabuk.
Apakah Bintang akan selamanya memendam rasa benci dan dendam jika akhirnya ia harus menjadi bagian dari keluarga sahabatnya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma Bintang Dilema Dipa
Perlu waktu lama untuk membuat Bintang melupakan peristiwa malam kelam itu. Bahkan ketika hendak tidur pun Dipa masih mendengar Bintang terisak dibalik selimutnya.
"Bi..jangan diingat-ingat terus !" Dipa memeluk tubuh Bintang dari belakang agar istrinya itu tenang.
Berada dalam pelukan Dipa yang hangat dan menenangkan akhirnya Bintang pun tertidur.
Setelah Bintang tertidur kini justru Dipa yang tidak bisa memejamkan matanya. Selain mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan menikahi Bintang ternyata Dipa juga mempunyai kewajiban yang lain yaitu menyembuhkan trauma Bintang.
Dapat Dipa bayangkan betapa beratnya hidup yang Bintang jalani setelah peristiwa tiga tahun yang lalu. Harus dikeluarkan dari sekolah karena hamil dan berjuang seorang diri membesarkan Langit..hanya itu yang Dipa tau. Pria itu tidak tau jika sebetulnya hidup Bintang lebih berat lagi yaitu patah hati karena kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan sialnya sahabat Bintang itu adalah Dina, adik Dipa sendiri.
Untuk saat ini Dipa hanya melakukan apa yang dia bisa yaitu bertanggung jawab atas Langit dan berusaha memulihkan trauma yang Bintang alami.
Untuk kedepannya Dipa hanya mengandalkan keberuntungan apakah Bintang akan memaafkannya atau membencinya seandainya kebenaran itu terbongkar.
Selain itu Dipa juga harus menyiapkan mental jika suatu saat pernikahannya dengan Bintang terbongkar.
Jika sudah begini Dipa hanya bisa pasrah menanti bom waktu itu akan meledak kapan pun.
Malam itu Dipa memeluk Bintang berusaha memberikan ketenangan meskipun sebenarnya kondisi Dipa lebih parah dari Bintang. Dipa baru dapat memejamkan matanya ketika subuh hampir menjelang.
Keesokannya Dipa bangun ketika matahari mulai tinggi dan Bintang sudah tidak ada dalam pelukannya. Dari arah luar kamar terdengar sayup-sayup suara Langit yang sedang bercanda dengan Cilla. Sesekali terdengar suara Shanti dan Bintang dari arah dapur, sepertinya mereka sedang memasak karena tercium wangi masakan membuat perut Dipa keroncongan minta diisi.
Perlahan Dipa turun dari ranjang kemudian beranjak menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Dipa pun keluar dari kamar kemudian menghampiri Langit dan Cilla yang sedang bermain puzzle.
"Cilla sudah sembuh ?" sapa Dipa pada bocah perempuan yang masih terlihat pucat itu.
"Sudah Om " jawab Cilla.
"Kak Cilla makannya pintar jadi cepat sembuh Yah " oceh Langit.
"Memang harus begitu..itu namanya anak pintar " jawab Dipa.
"Ayah..apakah hari ini Ayah akan pulang ?" tanya Langit.
"Iya tapi nanti sore, jadi sekarang Ayah masih punya waktu untuk bermain dengan kalian " jawab Dipa.
"Nemenin anak-anak mainnya nanti dulu, lebih baik kamu makan dulu Di " titah Shanti.
Dipa yang memang sudah merasa lapar beranjak ke ruang makan. Disana Bintang sudah menyiapkan makanan untuknya.
"Kamu tidak makan Bi ?" tanya Dipa saat melihat Bintang sibuk melayani nya.
"Aku sudah makan tadi sambil menyuapi Langit " jawab Bintang sambil mengisi gelas Dipa karena air minumnya tinggal setengah.
'Hari ini aku akan pulang ke Jakarta, besok kami akan kembali ke Surabaya.. kamu jangan banyak pikiran seperti semalam ya !" pinta Dipa dengan wajah khawatir.
"Iya Mas " jawab Bintang.
"Kalau ada apa-apa kamu jangan segan-segan hubungi aku " pesan Dipa.
"Iya Mas " jawab Bintang lagi.
"Kamu fokus sama masa depan kamu dan Langit, tidak usah mengingat masa lalu oke !" pinta Dipa. Bintang mengangguk.
"Oh ya.. sebaiknya kamu ikut kursus menyetir agar pada saat mobil yang Aku pesankan datang kamu sudah bisa menyetir " titah Dipa. Ia tau jika Bintang tidak bisa menyetir.
"Iya Mas " lagi-lagi hanya itu jawaban Bintang.
Shanti yang berada tidak jauh dari ruang makan dapat mendengar dengan jelas percakapan antara Bintang dengan Dipa itu.
Tadi pagi Bintang juga bercerita jika semalam mereka bertemu dengan Daniel dan Bintang mengatakan jika kemungkinan Daniel adalah ayah Langit karena pria itu yang ia ingat pada saat malam naas tiga tahun yang lalu itu.
Jujur Shanti sangat salut kepada Dipa yang sangat tulus menyayangi Bintang dan Langit..di dunia ini tidak banyak orang yang berhati malaikat seperti Dipa dan Bintang sangat beruntung mendapatkan suami sebaik Dipa meskipun hanya sebagai istri simpanan.
Setelah selesai sarapan yang mendekati makan siang, Dipa pun bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Dipa tidak ingin istri dan keluarganya curiga jika ia terlalu lama berada di Bandung.
"Ayah cepat pulang lagi ya !" pinta Langit pada saat Dipa akan masuk kedalam mobil.
"Pasti jagoan..jangan nakal ya disini sama Bunda, Mama Shanti dan Cilla " pesan Dipa.
"Iya Yah " jawab Langit.
Lambaian tangan Langit dan Cilla masih terlihat ketika mobil Dipa perlahan melaju meninggalkan halaman rumah Shanti.
Setelah tiba di Jakarta keesokannya Dipa dan Elsa pun pulang ke Surabaya. Sebetulnya bukan tanpa alasan Dipa mengijinkan Bunga tinggal dengan orangtuanya di Jakarta, dengan Bunga berada di Jakarta Dipa mempunyai alasan sering datang ke Jakarta untuk menengok Bunga sekalian menengok Bintang dan Langit di Bandung
Dua bulan kemudian mobil yang Dipa janjikan pun tiba. Bintang melongo menatap mobil barunya yang terparkir di halaman rumah Shanti. Bahkan Langit dan Cilla tak henti-hentinya memuji mobil baru mereka. Ternyata Dipa benar-benar memenuhi ucapannya untuk membelikan Bintang mobil.
*
Tidak terasa sudah satu tahun Bintang menjadi istri simpanan Dipa. Selama menjadi istri simpanan Bintang tidak pernah meminta apapun kepada Dipa.
Bintang ingat betul nasehat Bu Dewi agar tidak serakah. Beruntungnya tanpa diminta pun Dipa memberi semua yang Bintang dan Langit butuhkan bahkan sangat berlebih.
Selama Dipa di Surabaya Bintang tidak pernah mengganggu waktu Dipa dengan keluarganya dengan menghubungi ataupun menuntut sesuatu, bahkan jika Langit sakit pun Bintang tidak pernah memberitahu Dipa. Mungkin karena Bintang yang seperti itu membuat pernikahan mereka aman dan tidak tercium oleh istri dan keluarga Dipa, kecuali Leon tentunya.
Selain membelikan mobil, Dipa juga membelikan sebuah rumah yang masih berada satu komplek dengan perumahan tempat tinggal Shanti. Dipa tidak ingin Bintang dan Langit terus menumpang di rumah Shanti.
Meskipun Dipa sudah mencukupi semua kebutuhan Bintang dan Langit namun sampai saat ini Dipa tidak pernah menuntut haknya sebagai suami karena ia merasa belum ada cinta di hati Bintang untuknya. Dan Dipa akan sabar menunggu sampai saat itu tiba.
Dengan melihat senyum bahagia dibibir Bintang dan Langit setiap kali ia datang itu sudah cukup untuk Dipa.