Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!
Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.
Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.
Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.
Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.
Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?
Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab I Malam Pertama: Unboxing?
Ceira menatap bayangannya di cermin kamar mandi dengan wajah pucat. Tangan mungilnya mencengkeram wastafel, bibirnya bergetar pelan saat dia bergumam,
"Gilakkkk, masa gue harus di-unboxing sekarang?! Aaa Mamaaaaaa tolonggg, huaaaaa!!!"
Jantungnya berdetak tak karuan. Ini gila. Ini benar-benar di luar nalar. Seumur hidup, Ceira tak pernah membayangkan akan menikah dengan pria yang bahkan baru ia temui tadi siang di altar! Dan sekarang? Malam pertama? Astaga yang benar saja, dia masih 18 tahun!
Dia menggigit bibirnya dan berjalan mondar-mandir di kamar mandi. "Enggak, enggak! Gue harus pikirin strategi!"
Otaknya cerdiknya berputar. Haruskah dia pura-pura sakit? Atau … menangis meraung-raung sampai Daniel ilfeel? Atau lebih ekstrim, pura-pura kesurupan?
"Enggak, enggak! Itu konyol banget, Ceira! Ntar malah dikira gila trus dimasukin ke RSJ kan gak banget ieww!" gumamnya lagi.
Air hangat dari shower masih mengalir, mengisi kamar mandi dengan uap tipis yang membuat cermin berembun. Ceira akhirnya menghela napas berat dan menatap dirinya sendiri sekali lagi.
"Oke, Ceira yang cantik. Tarik napas. Keluar, ambil baju, masuk lagi, terus tidur cepet sebelum dia nanya-nanya yang aneh-aneh!"
Dengan mantap, Ceira melepas handuknya dan memakai kimono mandi berbahan satin. Bahannya yang lembut memang nyaman, tapi juga berbahaya! Kimono ini … tipis!
"Ya ampun, kenapa hidup gue jadi kayak drama Korea begini?!"
Tiba-tiba…
Tok! Tok! Tok!
"Ceira?" Suara bariton Daniel terdengar dari balik pintu. "Kamu baik-baik saja?"
Mampus."
Ceira buru-buru menutup mulutnya sendiri, takut pria itu mendengar gumamannya yang semakin ngawur. Dia melirik jam di dinding kamar mandi. "Sial! Udah hampir sejam gue ngumpet di sini?!"
"Ceira?"
Daniel mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras.
Ceira panik. "Aduh, gimana kalau dia ngira gue pingsan?!" gumamnya dalam hati. Dengan cepat, dia menyalakan keran air, pura-pura sibuk.
"A-aku baik-baik aja!" sahutnya cepat. "Lagi … hmm … nyuci muka! Iya! Nyuci muka biar fresh!"
Hening.
Daniel tak merespons. Ceira mengintip celah pintu, memastikan pria itu tidak mendobraknya karena kepanikan. Tapi kemudian terdengar suara helaan napas berat dari balik pintu.
"Jangan terlalu lama," ucap Daniel, terdengar datar seperti biasa.
Ceira mengangguk—lalu sadar kalau pria itu tak bisa melihatnya. "I-iya!"
Setelah merasa cukup tenang, dia akhirnya memutuskan untuk keluar. Tapi begitu membuka pintu dan melangkah keluar …
Bruk!
Ceira berhenti di tempatnya.
Daniel berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi, dengan kemeja putih yang lengannya tergulung hingga siku. Kancing atasnya terbuka, memperlihatkan sedikit kulit dadanya yang bidang. Rambutnya sedikit berantakan, seolah baru saja ia usap dengan tangannya.
Dan tatapan mata pria itu—hitam, tajam, dan misterius—langsung menyorot ke arah Ceira.
Ceira menelan ludah.
Oke, napasnya mulai tidak teratur. Jantungnya … apakah baru saja melompat ke tenggorokan?!
Sial, kenapa Daniel harus seganteng itu?!
"Apa yang kau lakukan?" tanya Daniel pelan, tapi suara beratnya cukup membuat Ceira merinding.
Ceira langsung sadar kalau dia hanya memakai kimono. Dan lebih parahnya lagi—dia lupa bawa baju ganti!
Ya Tuhan, ini kenapa semakin buruk?!
"A-aku … a-aku lupa bawa baju…,"
Daniel mengerutkan keningnya. "Lalu kenapa diam di sana? Ambil bajumu."
Ceira menahan napas. Oh, kalau saja semudah itu! Koper bajunya ada di sisi lain kamar, melewati tempat Daniel berdiri sekarang. Itu artinya … dia harus berjalan mendekati pria itu.
Daniel masih menatapnya dengan ekspresi datar, tapi aura dinginnya begitu terasa. Pria ini bukan tipe yang bisa diajak bercanda.
"Oke. Fokus, Ceira! Anggap aja dia pohon, anggap aja dia patung!" ucap Ceira dalam hati.
Dengan langkah ragu, Ceira berjalan menuju koper yang ada di dekat ranjang. Tapi baru beberapa langkah…
Kreek…
Kain kimono di bahunya melorot sedikit.
DEG!
Ceira refleks berhenti dan membetulkannya. Sekilas, dia melirik Daniel.
Astaga. Pria itu melihatnya!
Tapi alih-alih berkata sesuatu, Daniel justru membuang muka dan memasukkan tangan ke saku celananya. Sekilas, ada sesuatu di wajahnya yang berubah—entah itu ekspresi terganggu, atau hanya imajinasi Ceira.
Ceira buru-buru mengambil bajunya, kemudian berlari kembali ke kamar mandi.
BRAK!
Pintu kamar mandi ditutupnya dengan heboh. Jantungnya masih berdetak kencang, dan pipinya panas seperti habis disulut api.
"Apa-apaan tadi?! Kenapa gue malah salting sendiri?! Ya ampun, Ceira! Lo kan harusnya mikir strategi biar nggak di-unboxing, bukan malah salting!"
Dia menjambak rambutnya frustasi, lalu buru-buru mengganti baju. Tapi sebelum sempat dia keluar…
Trrt… trrt…
Suara ponsel bergetar. Itu bukan ponselnya.
Daniel.
Ceira bisa mendengar suara pria itu menjawab telepon di kamar. Suaranya masih berat, tapi ada nada ketegangan di sana.
"Apa?" Suaranya terdengar tajam. "Kapan?"
Hening beberapa saat.
"Lakukan apa yang perlu dilakukan. Aku akan segera ke sana."
Kemudian, bruk! suara langkah kaki Daniel yang tergesa-gesa terdengar. Ceira buru-buru keluar dari kamar mandi, tapi yang ia temui hanyalah ruangan kosong.
Daniel … sudah pergi?
Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. Tidak ada tanda-tanda pria itu.
Ceira menatap pintu kamar yang masih sedikit terbuka, sebelum akhirnya melepaskan napas lega.
"YES! Bebas!"
Dia langsung melompat ke ranjang, berguling ke sana kemari dengan senyum lebar. Malam pertama tanpa unboxing! Terima kasih, Tuhan!
Ceira menghela napas panjang, merasa seperti baru saja menang lotre. Setidaknya untuk malam ini, dia aman…
Atau … mungkin hanya untuk sementara?
Bersambung........
maka nya aku baru baca prolog nya
oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia