Raka Pradipta 22th, seorang mahasiswa yang baru bekerja sebagai resepsionis malam di Sky Haven Residence, tak pernah menyangka pekerjaannya akan membawanya ke dalam teror yang tak bisa dijelaskan.
Semuanya dimulai ketika ia melihat seorang gadis kecil hanya melalui CCTV, padahal lorong lantai tersebut kosong. Gadis itu, Alya, adalah korban perundungan yang meninggal tragis, dan kini ia kembali untuk menuntut keadilan.
Belum selesai dengan misteri itu, Raka bertemu dengan Andika, penghuni lantai empat yang bisa melihat cara seseorang akan mati.
Ketika penglihatannya mulai menjadi kenyataan, Raka sadar… apartemen ini bukan sekadar tempat tinggal biasa.
Setiap lantai menyimpan horornya sendiri.
Bisakah Raka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Terakhir
Sunyi.
Hanya suara napas mereka yang terdengar di ruangan itu.
Mayat di dalam koper menatap kosong ke atas, wajahnya membusuk, tubuhnya terlipat dengan posisi yang tidak wajar. Tapi tak ada bau busuk. Seolah-olah dia sudah lama ada di sana… dan seseorang sengaja mengawetkannya.
Danu Prasetyo sudah mati.
Jadi… siapa yang mengirim pesan ancaman tadi?
Raka menelan ludah, tangannya masih gemetar setelah membuka koper itu. Deni sudah terduduk di lantai, wajahnya pucat seperti mayat. Pak Joko dan Pak Wawan hanya berdiri kaku, otak mereka masih mencoba memahami apa yang baru saja mereka lihat.
Lalu tiba-tiba…
PLIK. PLIK. PLIK.
Lampu ruangan mulai berkedip.
Deni langsung panik. “Mas… mas… kita harus keluar dari sini sekarang juga.”
Pak Joko mencoba membuka pintu, tapi tidak bisa. “Terkunci.”
DUG!
DUG! DUG! DUG!
Sesuatu mulai mengetuk-ngetuk dinding ruangan dari berbagai arah. Seperti ada yang menggedor dengan keras.
Lalu…
BRUK!
Mayat yang tergantung di langit-langit jatuh ke lantai.
Deni menjerit ketakutan, Raka langsung menariknya ke belakang. Mayat itu sekarang berada di tengah ruangan, dalam posisi tubuh miring, kepalanya hampir terlepas dari leher. Tapi yang lebih mengerikan…
Mulutnya bergerak.
“Kau tidak boleh mengungkap ini…”
Deni hampir pingsan. “ASTAGA! MAS, KITA NGGAK BISA DI SINI LAGI!!”
Pak Wawan mencoba menggedor pintu. “SIAL, SIAPA PUN YANG MELAKUKAN INI, BUKA PINTUNYA!!”
Pak Joko menoleh ke Raka. “Ada sesuatu yang nggak beres. Mayat ini harusnya nggak bisa bicara. Ini… ini bukan roh biasa.”
Raka menelan ludah, pikirannya masih kacau.
Lalu, HP-nya berbunyi.
PING!
Sebuah pesan masuk.
Raka melihat layar HP dengan tangan gemetar.
"Kalau kalian tetap di sana, kalian akan mati."
Matanya membelalak. “Seseorang masih mengawasi kita.”
Pak Joko mengernyit. “Dari mana?”
Lalu Raka sadar.
Mereka ada di unit 703.
Lantai paling atas.
Dan di sana… ada ruang atap.
Raka menoleh ke langit-langit. “Ada kemungkinan orang yang mengancam kita ada di atas.”
Pak Wawan langsung bereaksi cepat. “Ada tangga darurat ke atap.”
Konfrontasi di Atap
Mereka berhasil membuka pintu unit 703 setelah beberapa kali mendorongnya bersama-sama.
Mereka berlari menuju tangga darurat yang menuju ke atap apartemen.
Deni masih ketakutan. “Mas… seriusan kita ke atas?”
Raka mengangguk. “Kalau ada orang di sana, berarti dia yang selama ini menyembunyikan semuanya.”
Pak Wawan menyalakan senter. “Hati-hati.”
Langkah mereka terdengar menggema di tangga besi.
Hingga akhirnya…
Mereka tiba di atap.
Dan di sana, berdiri seseorang dengan wajah tertutup masker, mengenakan hoodie hitam.
Orang itu menoleh.
Dan begitu dia melihat Raka dan yang lainnya, dia langsung berlari.
“KEJAR DIA!” seru Pak Joko.
Raka dan Pak Wawan berlari secepat mungkin. Angin malam berembus kencang, menciptakan suara mencekam di atas sana.
Pengejaran itu terasa seperti berlangsung lama, hingga akhirnya…
Orang itu terpeleset!
BRUK!
Dia jatuh ke lantai, ponselnya terlempar.
Raka dan Pak Wawan langsung menangkapnya dan membuka masker wajahnya.
Wajah yang familiar.
Pak Joko terkejut. “Kau…”
Orang itu menatap mereka dengan tatapan tajam, penuh kebencian.
“Kalian tidak seharusnya menemukan mayat itu.”
Kebenaran yang Akhirnya Terungkap
Pria itu adalah Bambang Suryono.
Pemilik unit 703.
Namun, setelah didesak oleh Pak Joko dan Raka, dia akhirnya mengakui semuanya.
Dialah yang membunuh Danu Prasetyo.
Danu adalah rekannya dalam bisnis, tapi suatu hari, Danu mengetahui bahwa Bambang telah menggelapkan uang perusahaan mereka. Danu mengancam akan membongkar semuanya.
Bambang panik.
Dia merencanakan semuanya dengan rapi.
Suatu malam, ia membunuh Danu dan menyembunyikan mayatnya di koper. Kemudian, ia menghapus semua data Danu dari sistem apartemen agar tidak ada jejak keberadaannya.
Tapi ada satu hal yang tidak ia duga.
Roh Danu tidak pergi.
Bambang mulai dihantui oleh suara-suara aneh, benda-benda yang bergerak sendiri, dan mimpi buruk yang terus berulang.
Akhirnya, dia sadar…
Danu ingin ditemukan.
Tapi Bambang tidak ingin kebenaran terungkap.
Makanya, dia mencoba menghentikan siapa pun yang mendekati rahasia ini.
Dialah yang mengirim pesan ancaman.
Dialah yang mengawasi mereka selama ini.
Namun sekarang, semuanya telah terbongkar.
Dan seolah mengetahui bahwa keadilan akhirnya akan ditegakkan…
Tiba-tiba angin berhenti berembus.
Dan di belakang Bambang…
Sosok hantu Danu berdiri.
Mukanya hancur, matanya kosong, tapi ia tersenyum.
Bambang menjerit ketakutan. “JANGAN! JANGAN DEKAT-DEKAT!!”
Tapi sudah terlambat.
Tubuhnya gemetar, lalu tiba-tiba…
BRUK!
Bambang pingsan di tempat.
Pak Wawan buru-buru memanggil polisi.
Dan ketika mereka menoleh lagi…
Hantu Danu sudah menghilang.
Akhir yang Baru
Pagi harinya, polisi datang dan membawa Bambang pergi.
Kasus Danu Prasetyo akhirnya terungkap.
Berita ini menyebar luas, menjadi bahan pembicaraan di media selama beberapa minggu ke depan.
Sementara itu, apartemen Sky Haven Residence perlahan kembali normal.
Meski Raka tahu… tidak ada yang benar-benar normal di tempat ini.
“Jadi… menurut lo, Mas Raka,” kata Deni sambil menyeruput kopi di ruang keamanan. “Itu semua beneran hantu atau cuma ilusi kita?”
Raka tersenyum tipis. “Menurut lo?”
Deni menghela napas. “Gue sih nggak mau mikirin lagi.”
Pak Wawan tertawa. “Yang penting kita masih hidup.”
Raka menatap langit pagi di luar jendela.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, apartemen ini terasa… sedikit lebih ringan.
Tapi siapa yang tahu?
Mungkin besok akan ada kejadian baru.
Karena di tempat ini… misteri tidak pernah benar-benar berakhir.
ke unit lantai 7