Suami Penyembuh Luka

Mereka sampai di Bandung, tepatnya di sebuah pemakaman umum setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam.

Mia meletakkan sebuah mawar putih yang dia beli tadi di jalan di atas sebuah makam.

“Maafin Mia, baru datang lagi jenguk Ayah”.

“Mia nggak tahu Mia harus mempekenalkan laki-laki di samping Mia ini sebagai siapa. Kami menikah tapi tidak benar-benar menjalaninya”. Ucapnya dalam hati.

“Katanya, Ayah yang menjodohkan kami. Dia baik, tapi Ayah tahukan…” gadis itu tertunduk, air mata mengalir dari balik kaca mata hitam yang bertengger di pangkal hidungnya.

“Maaf, saya baru datang mengunjungi Paman”.

“Kita pernah bertemu beberapa kali saat saya masih kecil. Saya sudah menikah dengan Mia…” Donny mengalihkan pandangan pada gadis itu.

“Saya berjanji akan selalu menjaganya apapun yang terjadi nanti”. Ucap Donny di depan makam mertuanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Mia. Donny kemudian memberi waktu pada Mia untuk berbicara berdua saja dengan ayahnya. Setelah selesai melepas rindu dan air mata yang tadi sempat mengalir juga sudah mengering di pipinya. Mia beranjak dari makam yang nampak terawat itu.

“Sudah selesai”. Donny keluar dari mobil ketika melihat Mia mendekat. Gadis itu mengangguk dan mengikuti Donny kembali ke dalam mobil. Mia melepas kaca mata hitamnya, donny melihat jejak air mata di kedua matanya. Dia mengusap lembut surai panjang istrinya sambil tersenyum.

Mia lagi-lagi merasakan sesuatu yang aneh di hatinya, lagi-lagi seperti sebuah rasa yang sama yang pernah ada di hatinya.

“Mas, kita mampir ke Rumah Sakit Erlangga yah”. Pinta Mia. Donny menilisik istrinya itu dengan seksama. “Kamu sakit?” tanyanya khawatir.

“Nggak, hanya mau ketemu seseorang aja”, jawab Mia.

“Siapa ?, mantan pacar kamu?” tanya Donny yang di buat seperti bercanda tapi sebenarnya dia serius dengan pertanyaannya. Mia hanya memutar bola matanya, tidak menanggapi pertanyaan Donni.

Setelah sampai, Leo langsung memarkirkan mobilnya di area parkir khusus tamu vvip. “Mas mau ikut ke dalam?” Mia mengkerutkan keningnya melihat Donny ikut membuka pintu. Donny hanya menjawab dengan bergumam tidak jekas membuat Mia berdecak kesal.

Tepat di loby rumah sakit, Mia terhenti sejenak. Matanya tertuju pada sosok wanita paruh baya yang berjalan dengan sangat anggun. Dress berlengan pendek yang panjangnya di bawah lutut berwarna hijau toska melekat cantik di tubuhnya yang ideal. Heels lima cm menambah sempurna penampilannya.

Mia berlari kecil ke arah wanita itu.

“Dokter Renata”. Sebuah kebetulan yang sempurna Mia bertemu dengan orang yang ingin di jumpainya tanpa harus repot mencarinya. Dokter cantik itu tersenyum ke arahnya dan menyambut pelukannya. Donny yang melihatnya menaikkan sebelah alisnya, bertanya-tanya dalam hati tentang hubungan mereka.

Beberapa detik kemudian, mereka saling mengurai pelukan. Dokter Renata mengamati Mia dari bawah sampai ke atas.

“Kamu tambah cantik, Mi”. sanjungan Dokte Renata membuat kedua sudut bibirnya tertarik tipis. “Gimana kabar kamu, kamu baik-baik ajakan?”tanya Dokter Renata sambil memegang lengan kiri Mia, masih mengamati gadis itu. Dia berfikir mungkin saja Mia sakit sehingga datang ke rumah sakit.

“Aku baik-baik aja, Dok”. Jawaban Mia membuat Dokter cantik itu bernafas lega. “Maaf ya Dok, aku kesini gak bawa apa-apa buat Dokter Renata”. Gadis itu merasa sedikit tidak enak karena tidak mebawa sesuatu untuk Dokter yang sudah merawatnya dulu.

Dokter Renata menggeleng dan tersenyum. “Kamu datang bawa diri kamu aja saya sudah senang kok”, Dokter itu tersenyum lagi. Diam-diam Donny memperhatikan mereka, dia bisa lihat wanita yang Mia panggil Dokter Renata itu terlihat tersenyum tulus pada istrinya.

“Kamu nggak mau kenalin ini siapa”. Dokter Renata melirik Donny, dia tahu laki-laki itu sejak tadi memperhatikan mereka.

“Donny, saya walinya”. Donny mengulurkan tangannya yang di sambut Dokter Renata dengan senyum bahagia. Tentu saja dia tahu siapa laki-laki yang bersama Mia, maksud Dokter Renata ada hubungan apa di antara mereka. Dia tidak percaya orang sesibuk Donny Adriano akan menyempatkan dirinya menemani seorang gadis biasa jika tidak ada hubungan yang spesial di antara mereka.

“Saya tidak tahu ada hubungan apa antara anda dengan Mia”, ujar Dokter Renata saat berdua saja bersama Donny saat Mia meninggalkan mereka untuk menyapa suster-suster yang masih mengenalnya. “Dia banyak terluka sebelumnya, bukan hanya luka fisik tapi juga luka batin” jeda sejenak, Dokter Renata menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. “Saya harap anda tidak membuat luka baru untuknya”.

 Dokter Renata berkata dengan sangat hati-hati, dia tahu laki-laki yang ada di hadapannya ini bukan orang sembarangan melainkan seorang yang sangat berkuasa. Juga sepupu dari pemilik rumah sakit tempatnya bekerja, tapi apa yang di ucapkannya adalah untuk melindungi gadis kecil yang dulu dia rawat. Bukan hanya karena tugasnya sebagai seorang dokter melainkan karena hati nurani yang memanggilnya.

Sepanjang perjalanan pulang, Donny terus memikirkan apa yang sudah di katakan Dokter Renata tadi padanya. Gadis yang sedang duduk di sampingnya ini dengan memalingkan wajahnya, tidak terlihat seperti seorang yang sedang menyimpan luka. Dia terlihat ceria dan menunjukkan sikap yang manis. Ingatannya langsung melayang pada saat Mia melawannya, mungkinkah itu karena tanpa sengaja luka di hatinya kembali mengusiknya?.

Donny mendesah yang membuat Mia menoleh ke arahnya. Gadis itu hanya diam menatap Donny yang sedang memejamkan matanya. Dia mengambil kaca mata hitam dari ranselnya, memakainya lalu menyandarkan kepalanya di sandaran mobil.

Sebentar lagi mobil mercedez beenz v class putih itu akan melewati salah satu SMA negeri di bandung, tempat yang penuh warna dan cerita. Tempat yang penuh dengan kenangan manis walau harus berakhir dengan luka dan kecewa.

Tanpa terasa air mata mengalir pelan di salah satu ppinya. Donny yang tidak sengaja melihatnya hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu apa yang membuat gadis itu menangis, dia juga tidak ingin bertanya. Bukan tidak perduli, dia hanya tidak mau membuat gadis itu mengingat lukanya lebih jauh.

Akhirnya gadis itu tertidur dengan air mata yang mengering di pipinya. Donny mendekat padanya, membelai surai panjangnya lalu menyandarkan gadis itu bahunya. Kemudian dia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan ikut memejamkan mata.

Leo yang melihat Tuannya memperlakukan istrinya begitu lembutpun tersenyum. Dia tidak menyangka pernikahan yang awalnya di tentang keras ternyata bisa di jalani dengan begitu manis walaupun ada beberapa salah faham di awal pernikahan mereka.

“Nyonya muda mungkin akan membuat Tuan jatuh cinta dan membuat Tuan melupakan wanita egois itu, semoga saja”. Bisik Leo dalam hatinya. Dia tahu betapa kecewanya Donny setiap kali Natasya menolak permintaan Donny untuk menikah.

“Somaga Tuan dan Nyonya bisa selalu seperti ini” pitanya tulus.