Pernikahan mereka dan hubungan mereka hancur karena kesalahpahaman. Setelah mengetahui penyamaran masing-masing. Kesalahpahaman itu akhirnya terbongkar. Bagaimana cara Kalix mengobati luka menyakitkan di hati Callista dimasa lalu?
Jangan lupa baca cerita author tanpa diskip ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
10 tahun telah berlalu
Kedua putra Kalix tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Sudah sepuluh tahun lamanya Kalix menjalani perannya sebagai seorang ayah dan juga ibu untuk membahagiakan kedua putranya.
Kalix berdiri di depan foto seorang wanita yang sampai hari ini masih melekat di hatinya terpajang di dinding kamarnya. Air matanya akan selalu terjatuh setiap kali berdiri disana sembari memandangi wajah cantik sang istri.
"Love, maafkan aku." ujarnya dengan suara lirih.
"Bahkan sampai hari ini aku masih rela bila diminta menggantikan posisimu sepuluh tahun yang lalu."
"Maafkan aku."
Kalix menghapus air matanya dan keluar dari kamar yang dulu Callista tempati saat masih tinggal seatap dengannya.
Dari kejauhan samar-samar Kalix mendengar obrolan antara ibunya dan kedua anaknya.
"Apa perlengkapan kalian sudah dimasukkan ke dalam koper?" tanya Alice melangkah kearah kedua cucunya.
"Sudah Grandma. Kami sudah tidak sabar menghabiskan jadwal libur kami bersama Papa." sahut Lukas mengangkat tas biola miliknya.
Alice tersenyum tipis mendengar penuturan cucu keduanya. Sementara Kendrick masih sibuk membaca komik favoritnya.
"Ken, jangan terlalu sering membaca komik. Itu tidak baik untuk kedua matamu, Nak." nasehat Alice mengelus kepala sang cucu.
Semakin keduanya beranjak remaja, semakin terlihat jelas dimana letak perbedaan dari kedua cucunya. Jika Ken lebih suka diam dan menghabiskan banyak waktu membaca buku. Maka Lukas lebih suka bermain musik dan melukis.
Sekilas wajah keduanya terlihat mirip dengan wajah Callista. Terkadang Alice merasa sedih setiap kali mengingat sosok ibu kandung dari kedua cucunya.
"Saatnya kita berangkat. Apa kalian sudah membawa semua keperluan kalian, Nak?" tanya Kalix tersenyum lembut menatap wajah kedua putranya.
Keduanya mengangguk serentak.
"Mama yakin tidak mau ikut liburan bersama kami?" tanya Kalix menatap wajah ibunya yang mulai keriput dimakan usia.
Alice menggeleng dengan pelan. "Mama ingin memberikan sedikit ruang untuk kalian berlibur bersama. Akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk bekerja dan sering lupa membawa kedua putra mu liburan saat weekend tiba."
Alice menghela napas dan meneliti penampilan putranya. "Carilah seorang istri untuk merawat mu dan kedua cucu Mama. Wajahmu berubah sangat menyeramkan setelah 10 tahun menduda."
"Kalix tidak akan pernah menikah dengan wanita lain selain Callista, Ma. Hanya Callista yang akan menjadi istri dan ibu dari kedua putraku." sahut Kalix dengan wajah tegas.
Alice pura-pura melirik sekilas ke jam tangannya.
"Kalian sudah bisa berangkat jika tidak mau terkena macet di jalan. Bawa kedua cucu Mama liburan. Kabari Mama jika kalian sudah tiba di Jepang." balas Alice mengganti topik obrolan mereka.
Kedua putra Kalix masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan sang nenek.
"Hati-hati dijalan. Hubungi Mama jika kalian sudah tiba di Jepang." pesan Alice tersenyum tipis menatap wajah datar putranya.
Kalix mengangguk saja sebelum masuk ke dalam mobil yang akan mengantar mereka ke bandara.
"Bye-bye grandma. Kami berangkat dulu." ujar Lukas melambaikan tangan kepada sang nenek.
Alice melambaikan kedua tangannya sembari tersenyum hangat melepas kepergian putra dan kedua cucunya.
"Hati-hati di jalan."
#
#
#
Tokyo, Jepang.
Tokyo merupakan salah satu kota yang menyajikan destinasi perjalanan yang wajib disambangi selama bertahun-tahun. Ibu kota dan prefektur Jepang yang begitu padat penduduk kerap muncul di dalam kartu pos, dengan daya tarik sempurna yang layak diabadikan dalam setiap moments.
Beberapa tujuan wisata yang tak terlupakan di Tokyo termasuk jalan setapak berhias bunga sakura, taman hiburan, pertunjukan kembang api, museum, titik pengamatan, dan perjalanan dengan perahu yang spektakuler.
Selain karena tujuan liburan. Kalix juga ingin mengunjungi tempat-tempat favorit mendiang istrinya. Meskipun tidak banyak yang Kalix ketahui tentang Callista.
"Permisi..."
Seorang pria tiba-tiba menghampiri ketiganya saat keluar dari pintu keluar bandara.
"Dengan Tuan Albertus?"
Kalix mengangguk singkat sembari menyeret kopernya keluar dari bandara.
"Saya akan membawa kalian ke hotel yang sudah asisten Anda reservasi tiga hari yang lalu. Besok pagi seorang tour guide akan membawa kalian menjelajahi kota Tokyo dan sekitarnya."
Kalix mengangguk dan melangkah mengikuti pria itu menuju sebuah mobil berwarna hitam.
Lukas menguap beberapa kali karena ketiduran selama perjalanan tadi. Sementara Kendrick mengamati suasana sekitarnya dengan wajah dingin.
Tiba-tiba tubuhnya ditabrak oleh seorang anak perempuan berusia kisaran 8 tahun.
"Aduh! Maafkan Zo. Zo tidak sengaja."
Zo menunduk dengan wajah panik.
Anak perempuan itu tiba-tiba mengangkat kepalanya saat tidak mendapatkan jawaban atas permintaan maafnya.
Tangannya terkepal kuat saat Kendrick menatapnya dengan tatapan datar dan dingin.
Mata anak perempuan itu tiba-tiba berkaca-kaca.
"Zo! Ternyata kamu disini! Kami dari tadi mencari mu!"
Tangan anak perempuan itu tiba-tiba ditarik oleh anak laki-laki seusianya menjauh dari Kendrick.
"Ken! Ayo masuk ke mobil!" ujar Lukas menatap saudara kembarnya.
Kendrick melanjutkan langkahnya menuju mobil hotel.
#
#
#
Hotel The P. Tokyo
Tak beberapa lama, mobil yang mereka tumpangi tiba di salah satu hotel mewah di Tokyo. Seorang Portir berpakaian putih menyambut mereka di depan pintu dan menawarkan diri membantu membawa barang bawaan mereka.
Kalix mempersilahkan portir membawa kopernya. Mereka ikut masuk ke hotel dan melangkah ke meja resepsionis hotel.
"Reservasi atas nama Tuan Albertus." ujar pria yang menjemput Kalix dan kedua putranya.
Resepsionis hotel menyerahkan sebuah card pintu hotel kepada pria itu dengan ramah.
"Terima kasih."
Pria itu memberikan kunci hotel berupa card kepada Kalix. Kalix menerima card itu.
"Saya hanya bisa mengantarkan kalian sampai disini, Tuan. Besok pagi tour guide akan datang menjemput kalian tepat pukul 07:00."
"Siapa namamu?" tanya Kalix kepada pria yang tadi menjemputnya di bandara.
"Yuki Kamaru. Anda bisa memanggil saya Yuki, Tuan."
"Baik, Yuki. Terima kasih."
Kalix ingin memberikan tips kepada pria itu. Namun, Ia menolaknya karena patuh pada SOP perusahaan tempatnya bekerja.
Kalix menggandeng tangan kedua putranya disisi kiri dan kanan. Beberapa tamu hotel dan pegawai hotel cukup terpesona dengan penampilan ketiganya.
"Wah! Apa kita akan menginap di kamar seluas ini?" tanya Lukas berlari kearah balkon.
"Jangan bertingkah seperti orang kampung! Mansion kita lebih besar 20x lipat dari kamar ini!" sindir Kendrick berbaring di atas sofa. Ia merasa badannya sudah sangat lengket karena berjam-jam mengudara.
Lukas mengacuhkan ucapan ketus saudara kembarnya.
"Pa! Aku suka dengan kamar ini. Aku bisa mendapatkan banyak ide melukis jika berdiri berjam-jam disini." celetuk Lukas berlari kearah koper ingin mengambil peralatan melukisnya.
"Papa meminta maid mengganti isi koper mu dengan pakaian musim dingin." ujar Kalix dengan perasaan tak bersalah.
"Pa!"
Raut wajah bahagia Lukas tiba-tiba sirna mendengar ucapan ayahnya.
Kalix menghela napas dan melangkah kearah putranya. "Bukankah kedatangan kita kesini untuk liburan. Jika kamu ingin mendapatkan banyak ide untuk melukis. Kamu bisa mengabadikan setiap moment indah yang kamu lihat melalui kamera ponselmu."
"Jangan cemberut."kata Kalix tersenyum hangat menatap wajah cemberut putranya.
Lukas kembali tersenyum mendengar nasehat ayahnya.
"Baiklah. Lukas akan mencari beberapa destinasi wisata yang indah di sekitar Tokyo."
Lukas membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai berselancar di internet mencari destinasi pantai yang tidak jauh dari Tokyo.