Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Tante Sayang Sama Noah
Baru saja Adiba mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Irfan, sekarang ia mendengar hal yang semakin membuat ia tercengang sekaligus luar biasa kecewa.
Anak-anak seusia Noah memang sedang ingin mengenal sesuatu yang ada di sekelilingnya, hingga para orang dewasa sering berucap agak nakal atau terlalu aktif, padahal itu sangatlah wajar jika masih dalam ambang batas yang wajar, ketimbang anak sesuai Noah lebih banyak terdiam, jarang berinteraksi dengan orang di sekelilingnya atau tidak ada rasa ingin tahu justru patut dicurigai.
Adiba menarik napasnya dalam-dalam ketika menatap penuh kecurigaan pada Irfan, sementara Irfan merasa tercekat tenggorokannya saat mengira tatapan mamanya.
“Anakmu dipukul oleh Sofia? Benar itu?” tanya Adiba mengikis jaraknya dengan Irfan.
Irfan tidak menyangka putranya begitu saja berbicara mengenai kejadian semalam. Tapi, wajarlah namanya juga anak kecil yang masih polos, apalagi jika ada anak yang tipenya suka bercerita.
“Benar Irfan?” Adiba bertanya dengan menaikkan volume suaranya saru oktaf.
“I-Iya Mah, semalam Sofia memukul kaki Noah,” jawab Irfan jujur, dan tidak bisa menutupinya, karena pastinya wanita paruh baya itu tidak percaya jika ia bilang berdusta.
“Hebat! Setelah sekian lama kalian tidak punya anak, lalu sekarang giliran sudah punya anak ... kalian pukul anak yang masih kecil ini! Kamu biarkan istrimu itu memukul Noah, memangnya Noah punya kesalahan apa hingga istrimu yang tampak sholehah itu memukul Noah!?” cecar Adiba dengan napasnya yang menggebu-gebu. Jelaslah Adiba marah mendengarnya, cucu semata wayangnya dipukul.
Wajah Irfan pias mendapati dirinya ditegur oleh Adiba di depan Naura, Alma, dan Elin. Harkat martabat dan wibawa seakan jatuh begitu saja.
“Mah, tolong jangan bicara di sini,” pinta Irfan pelan.
Adiba mendengkus. “Oh, kenapa kamu malu Mama tegur di depan karyawanmu ini ... huh!” sentak Adiba yang sudah tersulut emosi. Naura dan Alma pura-pura tidak memperhatikan, mereka berdua justru sedang mengajak Noah bermain dengan ponsel milik Naura.
“Bukan begitu Mah, hanya saja ini masalah privasi keluargaku yang tidak patut orang luar tahu,” jelas Irfan sangat pelan.
“Halah, bilang aja kamu itu malu, dan harga dirimu terasa dijatuhkan di depan Naura! Tidak usaha pakai alasan privasi!” balas Adiba dengan kesalnya. Irfan mendesah kecewa dan tidak bisa menghentikan ucapan mamanya sendiri.
“Mama sangat kecewa mendengar kata Noah. Seorang ibu dengan ringannya memukul anaknya sendiri. Atau jangan-jangan Noah selama ini suka dipukul sama Sofia?” tebak Adiba penasaran saat ia kembali menatap Irfan. Pria itu tidak menjawabnya.
“Jika kamu diam pertanda istrimu sering memukul Noah, dan kamu diamkan saja kelakukan istrimu saking kamu mencintai Sofia. Pantas saja Noah kemarin minta ganti maminya dengan Naura, ternyata ini alasannya! Jika istrimu tidak menyukai anaknya sebaiknya biar Mama sama Papa yang merawat Noah, Mama tidak keberatan mengurusnya ketimbang cucu Mama akan mengalami gangguan psikis,” ujar Adiba dengan tegasnya, lalu ia kembali menatap ke arah ranjang.
“Tapi Mah, Noah anakku,” balas Irfan tidak rela jika anaknya sampai diambil sama Adiba.
“Oh, benarkah Noah anakmu?” tanya Adiba dengan senyum sinisnya, kemudian berlalu kembali mendekati ranjang Naura. Pertanyaan Adiba amat ambigu bagi Irfan.
“Kenapa Mama bertanya seperti itu sudah jelas Noah adalah anakku, bukan anak orang lain,” batin Irfan.
Noah tampak nyaman berada di sisi Naura, sedangkan Naura sendiri seakan ada obat pelepas rindu pada anaknya saat bersama Noah.
“Kaki Noah sudah tidak sakit lagi?” tanya Naura sembari mengusap kedua kaki mungil itu.
“Udah ndak cakit agi Ante. Tapi kalau dipukul lagi pasti cakit agi kaki Noah,” jawab Noah jujur.
“Tega sekali sih anak selucu dan ganteng ini pakai dipukul segala, seharusnya kalau kesal ama anak mending jangan dekati dulu dari pada main tangan, harusnya pergi jauh ke mana kek, ke laut kalau bisa sekalian, tenggelam sekali kalau bisa ... mati sekalian!” celetuk Alma sengaja meninggikan suaranya agar terdengar dengan Irfan.
"Hush ... Alma!" tegur Naura dengan mengedipkan salah satu matanya.
Irfan mendesah pelan, mengerti jika sahabat Naura sedang menyindirnya.
“Ante au ndak adi Mami Noah? Noah au ganti Mami aja?” tanya Noah dengan bola matanya mengerjap-ngerjap menatap Naura.
Wanita itu tersenyum hangat pada Noah, lalu mengusap lembut rambut bocah tampan itu. “Noah Sayang, maminya Noah tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Karena Mami Noah sudah berjuang susah payah mengandung Noah selama sembilan bulan, lalu berjuang dengan mempertaruhkan nyawa sendiri saat melahirkan Noah. Kalau maminya Noah memukul Noah, mungkin mami sedang lelah atau kecapean. Jadi Noah harus memaafkan mami, dan jadi anak yang baik biar disayang sama mami,” tutur Naura dengan lembutnya. Noah yang belum bisa menangkap ucapan Naura hanya bisa diam terpaku. Sementara Irfan tertampar dengan ucapan Naura.
Pria itu masih teringat bagaimana waktu Naura hamil, sempat hampir keguguran karena kelelahan harus tetap kuliah selama hamil, dan perjuangan melahirkan anaknya itu pun terpaksa operasi caesar karena Naura mengalami pendarahan akibat terpeleset di kamar mandi.
“Tapi Noah mauna Ante aja adi Mami Naoh, mau ya Ante?” tanya Noah seakan sedang merayu wanita itu.
Adiba membalikkan badannya lalu mengusap ujung matanya. “Sabar cucu Oma, jika hasil tes DNA keluar dan menyatakan Naura mama kamu, Oma akan berjuang untukmu,” batin Adiba bertekad, lantas dengan matanya yang sembab ia keluar ruangan untuk menelepon Damar.
Naura tidak bisa menjawab karena ia merasa tidak berhak menjadi maminya Noah, yang ia bisa lakukan hanyalah memeluk bocah tampan itu. “Tante sayang kok sama Noah, meski Tante bukan maminya Noah,” ujar Naura dengan lembutnya.
Sementara itu di mansion Irfan, Deri datang untuk menjemput Irfan ternyata tidak ada, yang ada hanyalah Sofia, hal itu menjadi kesempatannya untuk bertemu dengan wanita itu.
“Aku mau tanya sama Mas Deri?” tanya Sofia saat menemui asisten pribadinya di ruang tengah.
Pria itu menyesap kopi hangatnya terlebih dahulu. “Mau tanya apa, Sofia?”
“Selama ini mas Irfan tidak pernah menemui wanita miskin itu'kan?”
“Tumben kamu bertanya seperti itu, yang jelas aku sudah membuat dia membenci wanita itu seperti yang kamu pinta. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Dan ngomong-ngomong kamu sudah minta modal untuk usaha yang mau kita buat, aku harap kamu mendapatkan uangnya.”
Sofia berdecak kesal sembari menyentakkan punggungnya ke sandaran sofa. “Mas Irfan minta aku buatkan proposal bisnis itu, dia tidak langsung kasih uangnya! Jadi aku belum dapat uangnya.”
“Ya udah kamu buat dong, biar kita bisa mengeruk hartanya Irfan dengan bisnis yang mau kita buat itu. Aku juga pengen kaya seperti Irfan, dan jangan hanya kamu saja yang menikmati. Ingat, aku sampai merelakan kamu menikah dengan Irfan dan berkatku juga kamu bisa bersamanya dan menikmati kekayaannya!”
“Hush ... Mas Deri ngomongnya jangan kencang-kencang, nanti kedengaran sama maid di sini,” pinta Sofia langsung melirik ke kanan dan ke kiri.
Bersambung ... ✍️
emang pas nikah orang tuanya ga datang??? ga di kenalin
kan ngelawak sebab ceritanya di Indonesia
kalo di luaran kan cuma kedua pengantin udah sah
irfan coba bilang kalo sebenarnya bucin akut sama naura/Grin/