Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Hanya Fantasi
Wildan sekarang sibuk melakukan kegiatan kocok mengocok dengan juniornya sendiri. Ia melakukan itu sambil membayangkan kalau dirinya bercinta dengan Aleta.
Ya, semua kegiatan intim yang terjadi hanyalah fantasi Wildan. Semua itu berawal saat dia masuk ke kamar mandi. Ia bahkan sampai membuat skenario sendiri agar bisa memancing gairahnya. Hingga Wildan akhirnya mampu mencapai puncak. Erangan panjang dirinya lakukan.
Selepas mengurus masalahnya, Wildan segera bersih-bersih dan keluar kamar mandi. Di luar Aleta terlihat sudah mengenakan pakaian, tetapi dia hanya mengenakan handuk kimono.
"Kenapa lama sekali?" tukas Aleta.
"Sakit perut. Jadi sekalian aja," kilah Wildan.
"Dih! Kau pikir aku tak tahu kalau belutmu itu kembali aktif?" timpal Aleta.
Wildan gelagapan. Tetapi dia memilih tidak menggubris ucapan Aleta dan bergegas mengambil tas dan kameranya.
"Apa aku boleh tahu berapa usiamu?" tanya Aleta.
"21 tahun. Kalau kau?" Wildan balas bertanya.
Aleta terkekeh. "16 tahun," ungkapnya.
"Hah?!" Wildan tentu kaget mendengar usia Aleta baru segitu. "Jangan berbohong!" timpalnya tak percaya.
"Maaf... Aku harusnya memanggilmu Kakak. Aku nggak bohong kok. Aku bahkan belum punya ktp," ucap Aleta. Dia mengambil tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu dari dompet. Aleta perlihatkan kartu itu pada Wildan sebagai bukti.
Wildan memperhatikan kartu yang ditunjukkan Aleta. Dia tahu betul kalau kartu itu adalah kartu pelajar.
"Kau masih sekolah?" Wildan memastikan.
"Iya. Sebenarnya salah satu alasan aku melakukan pekerjaan ini agar bisa terus sekolah. Biaya pendidikan kan sekarang mahal," tanggap Aleta.
"Sumpah ya. Kau memang terlihat muda, tapi penampilanmu sama sekali tidak mencerminkan anak SMA. Bagaimana bisa cewek sepertimu jatuh ke dunia seperti ini?" ujar Wildan.
"Aku tahu. Tapi asal Kakak tahu, aku sudah mencoba melakukan pekerjaan yang benar. Sayangnya gajinya tidak sepadan. Aku yakin kau mengerti dengan yang aku maksud," kata Aleta.
"Ya, aku sangat mengerti. Aku harap kau segera meninggalkan pekerjaanmu ini," ucap Wildan.
Aleta tersenyum singkat. "Kau seharusnya membantuku," sahutnya.
"Membantu bagaimana?" dahi Wildan berkerut. Dia mengambil sebotol air mineral. Lalu perlahan meminumnya.
"Ya bantu lah. Pakai jasaku gitu. Aku yakin Kakak pasti membayangkan bercinta denganku saat di kamar mandi tadi kan?" tebak Aleta.
Mendengar itu, air yang diminum Wildan langsung menyembur. Ia bahkan dibuat tersedak akan hal tersebut. Dirinya tak menyangka tebakan Aleta tepat sasaran.
"Aku bisa tahu saat mendengar suara desahanmu. Dan kau menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi. Kalau kau buang air besar, pasti terdengar suara flush closet. Tapi tadi tidak," simpul Aleta penuh keyakinan. Hingga membuat Wildan tak bisa mengelak.
"Ya sudah. Aku pulang sekarang. Sudah larut malam!" imbuh Wildan sembari memasang tas ranselnya ke salah satu bahu.
"Itu tahu kalau sudah larut, kenapa pulang sekarang?" balas Aleta.
"Ibuku lagi dirawat di rumah sakit, aku harus ke sana," sahut Wildan.
"Yakin? Jalanan jam segini pasti sepi loh," ujar Aleta.
"Lah, kan bagus. Ya sudah, aku pergi." Wildan segera beranjak. Aleta lantas tak bisa mencegahnya lagi.
Saat berjalan menuju parkiran, barulah Wildan memeriksa ponselnya. Dia menerima banyak sekali panggilan dari Arman. Selain itu ada banyak pesan dari nomor tak dikenal.
Hal pertama yang dilakukan Wildan adalah menelepon balik Arman. Ia mengabari sang adik kalau dirinya akan segera ke rumah sakit.
Selepas menelepon Arman, Wildan menyempatkan waktu untuk membaca pesan yang masuk. Senyuman lebar terkembang di wajahnya saat menemukan ada banyak tawaran job untuk dirinya. Nampaknya iklan Wildan yang disebar di internet bekerja dengan baik.
Dari semua pesan, ada satu yang membuat Wildan kaget. Sekali lagi dia mendapat job dengan tantangan tinggi.
"Anjir! Apalagi ini?" Wildan sontak mengeluh. Tetapi saat melihat tawaran bayaran yang akan dirinya terima, barulah disitu dia dibuat goyah lagi.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣