Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Helena nampak tersenyum girang. "Kau ini kenapa? Jarimu terluka dan kau malah senyum-senyum bahagia" Tanya Katrina. "Ini senyum bahagia ibu, ini pertama kalinya ibu khawatir pada ku" Ucapnya dengan tersenyum lebar hingga menampakkan giginya. Katrina juga ikut tersenyum meresponnya.
"Ibu tenang saja, kak Harri akan menyembuhkannya nanti" Ucapnya. "Iya-iya, tapi sekarang kan ada ibu yang akan mengobati luka mu" Ucap Katrina. Helena nampak menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu bu, kak Harri itu punya kekuatan yang hebattt" Ucapnya Helena sembari melebarkan kedua tangannya seolah-olah sedang menunjukkan seberapa besar kekuatan Harrison. "H-helena" Sahut Harri dengan raut wajah khawatir.
"Tak apa kak, ibu pasti akan senang bila tahu kalau kak Harri sangat hebat dan bisa menyembuhkan semua luka" Ucap Helena. Katrina nampak penasaran dengan apa yang diucapkan Helena, jadi ia berpikir akan mencari tahu lebih dalam mengenai ini.
"Baiklah, ibu percaya" Ucap Katrina. Setelah itu ia kembali sibuk menumbuk kacang tanah yang ia goreng tadi meski sesekali merasa kesal karena Aldoft dan Simon yang tak henti-hentinya menyuruhnya beristirahat dan mengambil alih kerjanya, walau akhirnya mereka tidak bisa berhasil melawan sikap keras kepala dari seorang Katrina.
.
.
.
"Fiuh, selesai" Ucap Kartrina dengan lega sembari mengelap keringat ketika akhirnya ia selesai menumbuk semua kacang tanah yang digoreng tadi menjadi halus.
"Simon, apa disini ada alat untuk menyaring? Aku butuh itu untuk menyaring kacang yang halus ini" Tanya Katrina dan tanggapi Simon dengan anggukan lalu undur diri untuk mengambil barang yang Katrina minta.
Beberapa saat Simon kembali ke dapur dengan membawa barang yang Katrina pinta, sebuah saringan. Lalu katrina mengambil gula dan mencampurnya di kacang yang sudah di tumbuk itu, ia juga menambahkan sejumput garam agar meningkatkan rasa pada kacang itu.
Kemudian ia menyaring kacang tumbuk itu hingga tidak ada gumpalan di dalam kacang yang ia tumbuk sampai halus dan benar-benar hancur. Lalu, barulah ia memasak kembali kacang halus yang seperti larutan kental itu. Ia memasak semuanya dan sesekali menambahkan sedikit air agar selai itu tidak terlalu kental. Ya, Katrina akan membuat selai kacang kali ini, dan pasti akan enak apabila di oleskan ke roti pikirnya. Membayangkannya saja sudah membuat lidah Katrina bergetar.
Setelah selesai memasak selai ia membiarkan selai itu masih berada di dalam wajan, ia akan menunggunya sampai dingin dan barulah bisa disimpan.
Semua cara-cara pembuatan selai kacang yang dibuat oleh Katrina, tidak luput dari pengamatan Adolft. Ia sangat penasaran makanan seperti apa yang akan Duchess buat. Ia merasa kurang yakin dengan makanan yang dibuat Duchess sebab cara pembuatannya baru kali ini ia lihat dan juga warna selai kacang yang terlihat nampak aneh.
Katrina meminta sebuah toples yang terbuat dari kaca pada Simon. Simon segera mencarinya. Di saat menunggu kedatangan Simon dengan membawa toples kaca untuk selai kacang nya. Katrina memilih duduk di kursi yang ada di dapur, diikuti dengan si kembar dan Adolft.
"Nyonya..." Ucap Amy dengan lirih mendekati Katrina. Lalu ia mulai menggenggam tangan Katrina. "Apa anda baik-baik saja?" Tanya nya memasang raut wajah khawatir. "Tidak Amy, aku baik-baik saja saat ini. Justru aku merasa sangat bugar sekarang" Jawab Katrina di sertai kekehan.
Amy tertegun melihat sikap Katrina yang terlihat baru dan untuk pertama kalinya ia melihat senyuman tulus dari Katrina saat interaksinya dengan ketiga anaknya. "Syukurlah... saya selalu mendoakan akan kebahagiaan anda nyonya. Saya mungkin akan bisa mati dengan tenang mulai dari sekarang" Ucap Amy. Membuat Katrina yang awalnya tersenyum bahagia mendengar kalimat pertamanya lalu merubah ekspreasi wajahnya tampak terkejut disertai ke khawatiran.
"Amy. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Katrina dengan cemas. "Kondisi saya baik-baik saja nyonya, dengan melihat raut wajah bahagia anda sudah bisa membuat perasaan saya semakin baik. Terima kasih atas perhatian nyonya pada wanita tua seperti saya ini" Ungkapnya.
.
.
.
Beberapa saat Simon pun datang dengan membawa toples kaca berukuran sedang. "Terima kasih Simon" Ucap Katrina setelah mengambil toples kaca itu dari Simon.
"Hmm...andaikan ada coklat, pasti rasa selai kacangnya akan lebih enak" Batin Katrina sedang berpikir. "Ah, Adolft. Apa kita masih punya coklat?" Tanya Katrina. "Ada nyonya, tapi hanya sedikit" Jawab Adolft berdiri dari duduknya.
"Tak apa, berikan saja padaku" Pinta Katrina, lalu adolft mengeluarkan sebatang coklat berukuran setelapak tangan Katrina ketika mengambilnya dan melihat ukurannya. "Hanya ini yang tersisa nyonya" Jelas Adolft. "Ini lebih dari cukup. Selai kacangnya akan terasa semakin enak!" Seru Katrina nampak Exited.
"Selai kacang?" Tanya Adolft, Amy, simon, dan si kembar. "Kalian akan merasakannya sendiri nanti" Ucap Katrina dengan mantap, lidahnya sudah meronta-ronta ingin makan roti dioles selai coklat kacang.
Lalu ia mulai mengambil wajan lain kemudian melelehkan coklat batang itu. Setelahnya barulah ia memasukkan coklat yang sudah cair ke dalam selai kacang yang hampir dingin di wajan. Katrina mencampur kedua bahan itu setelah itu ia menunggu selai buatannya itu dingin, dan barulah ia akan memasukkannya ke dalam toples kaca.
Telunjuknya mencolek sedikit selai coklat kacang yang melekat di sendok pengaduk lalu mencicipinya. Sungguh enak! Katrina tanpa sadar memejamkan matanya merasakan sensasi lumer selai coklat kacang buatannya. Ini sangat persis rasanya dengan selai coklat kacang yang biasa ia beli di supermarket sebagai olesan di roti ataupun pancake buatannya. Katrina di dunia nya dulu sangat sibuk, jadi ia hampir setiap hari selalu makan roti atau pancake dan tidak pernah jauh dari selai coklat kacang kegemarannya.
"Ibu, aku mau coba!" Seru Helena, Harrison dan Henry juga ikut maju merasa penasaran akan rasa makanan yang ibu mereka buat, apalagi waktu melihat mata ibu nya merem-merem, membuat mereka semakin penasaran akan rasanya.
Katrina mencolek selai coklat kacang yang melekat di sendok sekali lagi, lalu menyuapkannya pada Helena. "Enak! Helena suka!" Pekik nya ketika merasakan lumernya selai dan rasa manis serta campuran coklat yang benar-benar terasa enak.
"E-enak" Gumam Harri tak menyangka. "Benar, ini benar-benar enak" Sahut Henry lalu mengambil sendok pengaduk dari tangan Katrina lalu menjilat selai yang melekat di sendok pengaduk. "Kakak! Jangan rakus" Pekik Helena ingin mencoba rasanya lagi tapi Henry tak membiarkannya mengambilnya. Akhirnya mereka berdua saling berlari berebut sendok pengaduk. Membuat hati semua orang menghangat melihat tingkah laku kedua anak kembar itu.
.
.
.
Setelah selainya dingin, barulah Katrina memasukkannya ke dalam toples berukuran sedang yang ia dapatkan dari Simon. "Tada! Selai coklat kacang telah siap di oleskan" Ucap Katrina dengan bangga, mengangkat toples berisi selai buatannya.
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...