Ternyata Aku Tak Sekuat Itu

"Mumpung si Alin gak ada dirumah, pingin masuk ke kamarnya deh." ucap Laura sambil membuka pintu kamarnya Alin.

"Emang mau ngapain sih kak?" tanya Shela bingung

"Udah ayo ikut aja."

Laura mulai melihat lihat isi kamarnya Alin yang tertata rapi dengan dinding dihiasi wallpaper warna biru muda serta banyak koleksi boneka, serta didalamnya ada komputer pribadi milik Alim, Kamar Alin memang bersih dan wangi karena Alin memang anak yang sangat rajin, beda dengan Laura dan Shelq, biasanya Bik Iyem yang disuruh membersihkannya..

"Kak Alin ternyata penggemar k pop juga ya, keren sekali, dia punya koleksi foto dan semua hiasan tentang K Pop." ucap Shela sambil melihat lihat kamarnya Alin.

"Iyaa, aku jadi pingin pindah kamar kesini."

"Yaudah pindah aja Kak, tooh gak bakal dimarahi juga sama Mama dan Papa."

"Lu bener juga Shel, yaudah ayo bantuin kakak buat pindah kamar."

Shela menganggukkan kepalanya dan mulai membantu kakaknya mengeluarkan baju - baju Alin dilemari dan memindahkan barang - barang miliknya dikamar Alin.

Tiba - Tiba Keisya datang dan melarangnya.

"Apa - Apaan ini, kenapa kalian se enaknya obrak abrik kamar Kak Alin.?"

"Ehh anak kecil, gak usah ikut campur deh lu." sahut Laura.

"Gak bisa, ini rumah Umi aku, kalian gak ada hak disini, cepat balikin baju - baju kak Alin."

"Ihh brisik banget sih kamu Key." Ucap Shela sambil mendorong Keisya.

Keisya pun mendorong Shela balik dan akhirnya mereka bertengkar.

"Hey apa -apaan kalian ini, kenapa ribut - ribut?" tegur Pak Wirawan yang datang bersama Bu Liliy.

"Ini Paa si Keisya yang mulai." ucap Shela

"Kak Shela duluan Paa, dia acak acak kamar kak Alin katanya mau pindah kesini."

"Benar itu Alin?" tanyak pak Wirawan

"Benar Paa, habis aku nosen sama kamarku, bagusan punya si Alin, boleeh yaa aku pindah kesini."

"Tentu saja sayang, silahkan kamu mau pilih kamar yang mana juga boleh."

"Tapi Paa gak bisa gitu dong ini kan punya Aliin." sahut Bu Liliy

"Sudahlah, Laura kan juga anakmu jadi jangan pilih - pilih."

Bu Liliy hanya bisa diam dan pasrah. karena malas bertengkar dengan suaminya.

"Umi kok diam aja sih?

"Sudahlah, umi capek ribut sama Papamu."

Keisya jadi sedih melihat keadaan ini. dia membereskan barang - barang kakanya dan menatanya dikamar barunya yang dulu di tempati Laura. dengan dibantu Bik Iyem

"Ya Allah kasian banget Kak Alin pasti sedih nanti pas dia pulang, aku jadi gak tega melihatnya."

"Iya noon sama Noon, bibi juga kasian sama Non Alin apalagi baru keluar dari rumah sakit."

"Yaudah Biik, kita beresin aja, kita bikin aja kamarnya agak bagusan dikit ya biar Kak Alin gak terlalu sedih."

"Baik Noon Keisya."

Malamnya, Alin pulang dari rumah sakit dijemput Bu Liliy, Alin sudah merindukan kamarnya yang selalu membuatnya nyaman, saat ia membuka pintu kamarnya, ada Laura yang sedang memainkan komputer miliknya.

"Lauraaa, kamu ngapain ada dikamarku!" Ucap Alin sepontan membuat Laura terkejut.

"kata siapa ini kamar Lu, mulai sekarang kamar dan semua isinya jadi milik gue."

"Gak bisa, keluar kamu darisini."

"Enak aja, lu yang pergi!"

"Sudah - sudah jangan bertengkar, umi pusing melihatnya, udahlah Alin kamu ngalah saja."

"Umi keterlaluan."

...Alin pun menangis dan keluar dari rumah ia terus belari di tengah ke gelapan malam dan tak tau mau kemana, Keisya yang melihatnya segera ?menghubungi Aldi karena Keisya tau kalau Alin dekat dengan Aldi....

"Hallo Keisya ada apa telpon Kakak?" tanya Aldi

"Maaf Kak, Keisya minta tolong, Kak Alin tadi pergi dari rumah, dia baru pulang dari rumah sakit, Keisya takut terjadi apa - apa."

"Baiklah Key, Kakak segera kesana."

"Trimakasih ya Kak."

"Oke sama - sama."

Aldi mematikan telponnya, dia langsung memakai jaketnya dan mengambil kunci motornya.

"Aldi, mau kemana nak, ini mama bawakan kamu pisang goreng."

"Sory Tante, Aldi buru - buru."

Aldi memang selalu bersikap seoerti itu kepada Bu Fara, dari awal oernikahan Papanya, sekalipun Akdi tidak pernah mau memanggilnya Mama, tetapi hal itu tidak membuat Bu Fara berkecil hati, dia terus berusaha agar Aldi mau dengannya.

Aldi terus menyusuri jalan mencari keberadaannya Alin, Aldi benar - benar mengkhawatirkan kondisinya Alin yang baru keluar dari rumah sakit. akhirnya Aldi berhasil menemukan Alin yang berjalan sendirian sambil menangis dan hampir ketabrak mobil.

"Aliin....." triak Aldi

Alin pun sadar dan langsung minghindar dari mobil itu. Aldi menghentikan motornya dan langsung menghampiri Alin...

"Liinn. What happened to you? jangan kayak gini please."

"Udahlah Al biarin aku sendiri, aku udah capek sama kehidupan ini." Alin terus berlari dan Aldi berusaha mengejarnya.

"Aliin dengerin aku, aku juga sama sepertimu, keluargaku juga tak harmonis seperti orang - orang, kamu gak sendiri, kita lewati ini sama - sama." sambil berusaha menenangkan Alin.

"Aaaaaghhhh, aku capeek, aku tak sekuat itu."

"Menangislah Alin jika itu bisa melegakan pikiranmu, aku akan selalu berusaha ada buat kamu."

Aldi memeluk Aliin dengan penuh rasa kasihan dan khawatir dengan kondisinya, Aldi begitu menyayangi Alin meski sudah lama tidak bertemu dengannya, rasa sayang memang tak harus digambarkan seperti orang berpacaran, tetapi bisa sebagai sahabat, saudara dan lain sebagainya, sejauh ini perasaan Aldi hanya sebatas menyayangi Alin sebagai seorang sahabat baginya dan tak lebih dari itu, karena Aldi telah berjanji pada dirinya tak akan mengotori persahabatan ini hanya karena sebuah cinta .

Bagi Aldi, kalau Cinta bisa bikin terluka dan putus jadi mantan, kalau Sahabat gak ada yang namanya jadi mantan, tapi yang namanya menjalin hubungan dengan lawan jenis pastilah lama kelamaan tumbuh perasaan cinta, namun Alin masih berada dibatas rasa nyaman saja ketika berada didekat Aldi, dia berusaha mengontrol perasaannya agar tak lebih dari itu.

Alin memang tak pernah berpacaran di umurnya yang sekarang hampir 17 tahun. sedari kecil dia tak pernah merasakan yang namanya cinta dari keluarganya, karena dia berasal dari keluarga yang kurang harmonis, orangtuanya dulu sering sekali bertengkar dihadapannya dan sampai sekarang Alin masih merasakannya saat Uminya menikah dengan orang lain.

Itu sebabnya dia tidak pernah percaya dengan Cinta, karena baginya cinta itu gak ada, yang ada hanyalah lukaa, itu sebabnya Alin tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, ia lebih suka menyendiri meskipun banyak cowok yang menyukainya, tapi Alin meresponnya biasa dan menganggapnya hanya teman, menolakpun juga dengan cara halus sehingga tak menjadikan masalah dengan cowok yang mendekatinya...

Namun apakah Aldi bisa menumbuhkan rasa cinta pada Alin ataukah tetap menjadi sebatas sahabat?? yuk lanjut part berikutnya ya . jangan lupa tinggalkan jejakmu