Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Sementara ketegangan memuncak di dalam mobil Edgar yang membawa Ava, di kediaman mewah Anderson, suasana juga mulai memanas.
Cleo, putri tiri Edgar dan putri kandung Ivy, baru saja pulang dari sekolah, dan ia langsung bersembunyi di kamar, menangis tersedu-sedu. Ia tahu bahwa tangisan adalah senjata paling ampuh untuk mendapatkan apa yang ia mau dari Ivy.
Ivy, yang sedang sibuk mempersiapkan acara amal malam itu, terkejut mendengar isakan putrinya. Ia bergegas masuk ke kamar Cleo.
“Cleo, Sayang! Ada apa? Kenapa kamu menangis seperti ini?” tanya Ivy, segera memeluk putrinya. Ivy adalah wanita yang sangat mencintai status dan kekuasaan, dan Cleo adalah kunci penting untuk mempertahankan posisinya sebagai Nyonya Anderson.
Cleo mempererat pelukannya, air matanya membasahi blus sutra Ivy. Ia tahu bagaimana cara menyajikan drama yang paling efektif.
“Mama! Aku dihina! Aku dipermalukan di depan semua teman-temanku!” isak Cleo, suaranya sengaja dibuat putus-putus.
“Dihina siapa, Sayang? Siapa yang berani-beraninya menghina putri Edgar Anderson?” Mata Ivy memancarkan api kemarahan.
“Dua anak nakal, Ma! Kembar! Mereka miskin dan lusuh. Mereka aku bodoh, dan ayahku tidak berguna!” adu Cleo, menambahkan bumbu dramatis. Ia tahu persis kelemahan ibunya, harga diri dan status Edgar.
Ivy langsung menegang. “Mereka bilang ayahmu tidak berguna? Siapa mereka? Anak siapa mereka? Mereka pasti anak-anak dari pekerja rendahan dan sekolah tanpa sanggup membayar biayanya!”
Cleo melepaskan pelukan, menatap Ivy dengan mata yang masih basah namun kini penuh siasat.
“Bukan, Ma. Mereka tidak tampak seperti anak pekerja. Mereka sangat aneh. Yang satu pintar sekali bicara tentang peraturan, yang satu lagi hanya diam dan menatapku dengan mata yang sangat menakutkan.”
Cleo kini beralih ke poin intinya. “Dan mereka bilang, ayah mereka lebih kaya dari Papa Edgar! Mereka juga bilang Papa tidak mencintaiku karena aku manja!”
Ivy tercekat. Kata-kata terakhir itu berhasil memicu rasa takut terbesarnya, takut Edgar meninggalkannya dan Cleo.
“Mereka mengarang, Sayang. Mereka hanya iri. Papa Edgar sangat mencintaimu,” hibur Ivy, meskipun ia sendiri merasa cemas. “Siapa nama mereka, Cleo? Mama akan pastikan mereka dikeluarkan dari sekolah itu!”
“Lily dan Luca, Ma. Lily Seraphina dan Luca Seraphina. Mereka kembar. Mereka selalu bersama. Dan yang paling aneh, Ma…” Cleo mencondongkan tubuhnya, berbisik dengan nada misterius yang dipenuhi manipulasi. “Mereka bilang, mereka mencari ayah mereka. Dan mereka menunjukkan foto papa!”
Ivy membeku. “Foto papa? Kenapa mereka punya foto papa?”
“Aku tidak tahu, Mama! Tapi mereka bilang mereka akan menemui papa di kantornya! Mereka bilang papa mereka kerja di sana! Mereka pasti berbohong, kan? Papa tidak mungkin punya anak selain aku, kan, Ma?”
Cleo menatap Ivy dengan mata memohon, meminta kepastian.
Ivy memeluk Cleo erat-erat, tetapi pikirannya kini berpacu kencang. Lily dan Luca Seraphina. Mengapa nama belakang mereka sama? Dan mengapa mereka membawa foto Edgar?
Ivy tahu, tujuh tahun lalu, Edgar pernah menghilang selama semalam penuh setelah pertengkaran hebat mereka.
Mustahil. Itu tidak mungkin.
“Tentu saja tidak, Sayang. Papa Edgar hanya punya kamu,” ucap Ivy, berusaha menenangkan dirinya sendiri. “Mereka pasti hanya anak-anak halusinasi. Mereka iri dengan hidup kita.”
“Tapi mereka sangat mirip, Mama,” bisik Cleo lagi, tidak membiarkan keraguan ibunya mereda. “Mata anak laki-laki itu sangat mirip dengan mata papa kalau sedang marah. Mereka bahkan tidak takut apapun. Aku takut, Ma. Aku takut papa akan lebih menyukai mereka daripada aku.”
Ketakutan Cleo, yang sebenarnya adalah refleksi ketakutan Ivy sendiri, berhasil memanipulasi Ivy sepenuhnya. Ivy melepaskan pelukan Cleo.
“Jangan khawatir, Sayang. Mama akan mencari tahu siapa anak-anak ini,” ujar Ivy, suaranya dingin dan penuh perhitungan.
“Mama akan pastikan mereka tidak akan pernah mendekati Papa Edgar lagi. Sekarang, Mama akan mencari tahu di mana Papa. Kamu mandi dan bersiap. Kita akan makan malam di luar.”
Ivy keluar dari kamar Cleo. Ia meraih ponselnya, rasa penasaran dan kecurigaan kini mengalahkan segalanya.
Ivy harus memastikan bahwa dua anak ini tidak memiliki kaitan apa pun dengan masa lalu Edgar.
Sekarang, Ivy yang curiga akan mulai bergerak, sementara Edgar dan Ava sedang berada di mobil.
“Kenapa nama seraphina mengingatkan ku pada Ava? Tidak, tidak! Ava menghilang dan dia tak mungkin kembali lagi. Ya, tidak mungkin!”
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔
lanjut thor semngat💪💪💪