After Divorce

Alex tergugu di tempatnya berdiri.

Awalnya Alex ingin masuk ke dalam kamar Rayden, namun urung saat mendengar Jia dan sang anak yang sedang berbincang.

Dia mampu mendengar semua pembicaraan itu karena pintu kamar Rayden tidak ditutup dengan rapat. Masih ada sela hingga suara bisa keluar dari sana.

Dan inilah yang Alex takutkan ketika dia dan Jia berpisah, kesedihan Rayden. Karena meski dia tidak menyukai Jia, namun wanita buruk rupa itu adalah ibu dari anaknya.

Satu kenyataan yang begitu Alex benci.

Alex membuang nafasnya pelan, berat sekali seolah ada beban.

Langkah kakinya tidak jadi masuk ke dalam kamar, dia kembali berbalik dan menjauh.

Turun ke lantai 1 dan menuju ruang kerjanya.

Duduk di kursi kebesarannya dan menghubungi Sean.

"Cari rumah yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Rumah sederhana saja yang halaman belakang dan depannya luas, beli atas nama Jia," titah Alex pada sang asisten.

"Dan satu lagi, buat buku tabungan atas nama Jia, isi dengan uang 500 juta."

Dan di ujung sana Sean menyanggupi dengan patuh. Bahkan saat itu juga Sean segera memerintahkan anak buahnya untuk mencari rumah sesuai keinginan sang tuan, tidak peduli jika saat itu sudah jam setengah 10 malam.

Dan setelah memutuskan sambungan teleponnya, Alex lagi-lagi membuang nafasnya berat.

Teringat Rayden kembali membuatnya kalut. Inilah yang bisa Alex lakukan, bentuk tanggung jawab terakhirnya pada Jia dan agar sang anak tidak terlalu cemas pada ibunya.

Alex lantas bangkit dan menghampiri lemari berisi penuh alkohol dan mengambil satu, dia meneguk langsung minuman keras itu hingga habis setengah.

Mulutnya langsung terasa pahit dan panas, bercampur manis yang diujung lidah.

Sensasi keras yang membuatnya sedikit lupa dengan Rayden dan Jia.

"Ini semua akan segera berakhir, ya ini akan berakhir."

Dia duduk di sofa dan menghabiskan semua minuman itu.

Terus meracau mengatakan tentang masa depan yang indah bersama Amora, hingga dia lelah sendiri dan akhirnya terlelap di sana.

Pagi datang.

Jia kembali memandikan Rayden, namun kali ini mereka sama-sama tahu jika tidak boleh banyak bermain, hanya sesekali tertawa dan menyudahi mandinya.

Jia membantu Rayden ganti baju, lalu menyisir rambutnya hingga rapi.

"Tampan sekali," ucap Jia dan Rayden tersenyum bangga.

"Seperti Daddy kan?" tanya Rayden dan Jia mengangguk.

"Iya, Rayden dan daddy sama-sama tampan."

Keduanya kembali tertawa, setelah Rayden rapi, Jia pun pergi ke kamarnya sendiri untuk mandi.

Lega saat di sana dia tidak melihat Alex.

Jia buru-buru, setelah beres pun dua bergegas keluar dan menuju meja makan.

"Dimana Alex?" tanya Sofia, karena dia tidak melihat anaknya itu dimana-mana, Sofia pikir Alex akan turun lebih dulu daripada Jia, namun ternyata salah.

Kini malah dilihatnya Jia yang datang sendirian.

"Maaf Ma, aku tidak tahu."

"Cari di ruang kerjanya, mungkin dia ketiduran di sana."

"Baik Ma."

Jia berbalik dan menuju ruangan sang suami, mengetuk namun tidak mendengar jawaban. Lantas Jia memutar pegangan pintu dan masuk.

Aroma menyengat Alkohol langsung menyeruak masuk memenuhi penciumannya, Jia bahkan dengan segera menutup hidung dan melihat Alex yang masih tidur di atas sofa.

Jia menghampiri, coba membangunkan.

"Al bangun, ini sudah pagi." ucap Jia, setelah dia berdiri tak jauh dari Alex.

"Al." kini Jia mengguncang kakinya.

"Al."

Alex mulai mengerjabkan mata di panggilan Jia yang ketiga.

Lalu benar-benar bangun dan menatap Jia di sana.