Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pengobatan
Tak butuh waktu yang lama. Dokter Psikolog segera datang untuk memeriksa apa yang sudah terjadi pada diri Desi.
Kini Dokter Psikolog tersebut duduk di hadapan Desi yang masih terus melamun dengan tatapan yang begitu kosong.
"Sudah sejak kapan Nona Desi mengalami hal seperti ini?" tanya Dokter Psikolog tersebut. Sebut saja namanya Dokter Helen.
"Sudah seminggu, Dok," jawab Kendra begitu khawatir.
Dokter Helen pun menganggukan kepalanya dengan paham. Kemudian ia menjentikkan kedua jarinya tepat di depan wajah Desi. Desi yang tadinya melamun kini langsung tersadar akibat jentikkan tersebut. Gadis itu tampak sedikit terkejut ketika melihat seorang wanita paruh baya di hadapannya.
"Si--Siapa kamu?" tanya Desi.
"Hai, Nona desi. Saya Helen, seorang Dokter Psikolog," jawab Dokter Helen dengan senyuman manisnya.
Kendra yang menyaksikan hal tersebut hanya diam saja dan merasa sangat kagum dengan kehebatan Dokter Helen. Hanya sekali jentikkan jari bisa membuat Desi tersadar dari lamunannya.
"Do--Dokter Psikolog?"
Dokter Helen menganggukan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Desi tersebut. "Nona Desi didiagnosa mengalami trauma pasca kecelakaan yang menimpa seminggu yang lalu."
Desi yang mendengar itu lantas langsung terdiam. Trauma? Desi bahkan tidak sadar bahwa saat ini ia sedang trauma.
"Nona Desi, apa saya boleh tahu apa yang terjadi pasca kecelakaan waktu itu?" tanya Dokter Helen.
Mendengar hal itu. desi hanya diam dan tak menjawab. Gadis itu kembali melamun seperti sebelumnya.
"Kenapa dia kembali melamun, Dok?" tanya Kendra semakin khawatir.
"Itu karena pertanyaan saya tadi. Saya bertanya apa yang terjadi pasca kecelakaan itu. Nona Desi pasti kembali mengingat tentang kejadian pasca kecelakaan yang membuatnya kembali melamun. Itu berarti, Nona Desi memang mengalami trauma akibat kecelakaan itu," ujar Dokter Helen.
"Lalu, bagaimana, Dok?! Bagaimana cara menyembuhkan traumanya?" tanya Kendra begitu frustasi.
"Saya akan melakukan terapi paparan. Saya akan menggali lebih dalam tentang apa yang telah membuat Nona Desi trauma," ujar Dokter Helen.
"Terapi paparan?"
Dokter Helen menganggukan kepalanya. "Kita harus mencari tahu tentang apa yang berhubungan dalam kecelakaan itu."
"Kakakku? Saat kecelakaan, Kakakku juga ikut menjadi korban. Tapi dia sudah meninggal," timpal Kendra.
"Meninggalnya karena apa?" tanya Dokter Helen dengan sangat intens.
"Ia mengalami luka parah hingga kehabisan darah," jawab Kendra.
"Tepat sekali! Darah sangat identik dengan kecelakaan! Apa kau punya cairan merah? Seperti saos atau pewarna makanan?"
"Ada di dapur. Tapi untuk apa, Dok?"
"Untuk memperlihatkannya pada Nona Desi. Jika Nona Desi takut ketika melihat darah, kemungkinan besar itu lah penyebabnya sampai ia setrauma seperti ini," ujar Dokter Helen.
"Saos dan pewarna makanan memangnya berfungsi, Dok?" tanya Kendra dengan ragu.
"Tentu saja. Apapun yang berwarna merah," jawab Dokter Helen.
"Pakai darah saya saja, Dok!" ucap Kendra yang membuat Dokter Helen langsung terkejut ketika mendengarnya.
"Anda yakin?"
Kendra menganggukan kepalanya. "Dari pada menggunakan saos atau pewarna makanan, lebih baik kita menggunakan darah sungguhan agar hasilnya lebih jelas."
Dokter Helen pun tersenyum puas ketika mendengarnya. "Anda benar sekali, Tuan."
Dokter Helen pun segera mengambil darah di pergelangan tangan kendra dengan menggunakan sebuah suntikan. Setelah mengambil darah yang cukup, darah tersebut pun segera dimasukkan ke dalam wadah yang berukuran kecil.
"Nona...." panggil dokter Helen yang membuat Desi langsung menoleh.