Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Awalnya Alana mengira jika Silas akan mengamuk atas semua tindakan dan perkataan darinya. Tapi, nyatanya tidak seperti itu. Malah Silas tetap diam di tempat, menarik koper besar yang Alana bawa menuju kamar di lantai dua. Sampai Alana ternganga melihatnya karena Silas seperti tidak keberatan dengan semua permintaannya.
"What?" Alana memukul jidatnya sendiri karena sangat yakin jika Silas akan sangat tersiksa dengan semua hal yang ia katakan dan ancamannya.
Cepat cepat Alana mengambil cermin kecil di tas selempangnya, ia bercermin disana. Memperagakan setiap ekspresi yang sempat ditunjukkan pada Silas tadi, padahal terlihat mengerikan sebenarnya. Tapi, kenapa malah Silas sangat tenang menghadapinya.
"Aku lebih suka kalau dia tadi mengamuk seperti harimau atau bahkan memaki. Dari pada diam dengan penuh kesabaran seperti tadi.." Alana menjadi serba salah sendiri.
Dengan penuh kemarahan dihati Alana menutup cermin kecil tersebut secara kasar, lalu menyimpannya kembali di dalam tas. Mata Alana mengelilingi ruangan Mansion yang akan menjadi penjara baru untuknya. Semua terasa sangat menyebalkan, tapi Alana tidak akan menyerah dengan rencananya kali ini.
"Dari yang aku lihat, sepertinya kau tidak mencintai Silas.." Suara itu mengejutkan Alana, ia tahu jika itu Bella. Ya meskipun Alana baru bertemu Bella beberapa menit yang lalu tetap saja ia yakin jika Bella merupakan sosok manusia yang bersikap banyak pura-puranya.
"Dugaanmu benar, Bella. Bahwa aku tidak pernah mencintai suamimu itu, pria aneh tidak akan pernah menjadi tipe idealku." Jawab Alana dengan sangat santai, ia duduk disofa menatap kearah Bella.
Bella senang dengan fakta itu, setidaknya ia tidak akan menjadi orang yang tercampakan sekarang. Cinta Silas yang tidak terbalas akan menjadi kesempatan besar untuk Bella, ia yakin akan mendapatkan Silas seutuhnya.
"Kau tenang saja, Silas tidak akan menceraikan dirimu. Pernikahan kalian tetap aman, karna aku tidak mau menjadi istri satu-satunya pria itu." Ucap Alana lagi, ia menjelaskan alasannya agar tidak ada dendam diantara Bella dan dirinya.
Alana heran melihat ekspresi Bella yang tersenyum senang, menandakan jika Bella sangat mencintai Silas. Tidak heran karena Alana sadar jika sempat memiliki perasaan seperti itu juga pada sosok Silas yang menyebalkan.
"Ternyata aku dulu se alay itu waktu mencintai Silas, Astaga.." Alana menjadi malu sendiri.
Otak Bella berpikir jauh tentang hal apa yang akan dilakukan, sepertinya membantu Alana untuk bisa keluar dari jeratan Silas adalah cara paling utama. Tapi, harus dengan cara apa?
"Mengapa kau tidak mencintai Silas, Alana?" Tanya Bella sebagai pembukaan percakapan pertama, meskipun ada keraguan di hati menanyakan hal se privasi itu.
Alana menoleh kearah Bella, ia melihat juga kearah foto keluarga Bella dengan Silas serta anak perempuan kecil di tengah mereka. Kelihatan sangat harmonis dan hangat, sepertinya Silas sudah sangat ahli dalam berpura-pura.
"Kau adalah wanita beruntung, dari dulu cinta Silas kepadamu tidak pernah pudar sedikitpun. Sekalipun dia telah menikahi aku tetap saja_"
"Aku tidak akan memberikan jawaban apapun padamu, Bella. Meskipun aku enggan menjadi istri Silas tapi tetap saja aku tidak akan bekerja sama denganmu." Potong Alana, ia tersenyum sangat manis kepada Bella yang terdiam.
Dengan gerakan cepat Alana memakai tas selempangnya kembali lalu pergi begitu saja meninggalkan Bella. Membuat Bella semakin kesal karna sikap angkuh itu, sangat arogan sama saja seperti Silas.
"Dia sangat sulit diajak kerja sama, tapi... aku akan berusaha sampai Ana yang sangat dicintai Silas itu meminta bantuanku untuk pergi jauh dari keluarga bahagiaku." Gumam Bella, ia menghela napas panjang saja melihat para pembantu sibuk memindahkan barang-barangnya dikamar lain.
"Secepat itu kau memindahkan aku ditempat lain, Mas?" Hati Bella sangat sakit, Silas benar-benar sejahat itu pada dirinya. Lima tahun selalu bersama tinggal satu atap tidak juga membuat Bella berhasil memenangkan perasaan Silas.
~
Sementara Alana terus menghindari Bella, menurut Alana tidak ada yang bisa dipercaya sekarang kecuali diri sendiri. Alana tahu jika Silas bukanlah orang yang mudah di labui, bekerja sama dengan Bella merupakan tindakan yang sia-sia.
Alana duduk di bangku taman rasanya sangat letih, sampai duduk diantara kesunyian saja sudah membuat perasaan Alana sangat tenang. Tatapan mata Alana tertuju jauh pada bunga-bunga yang bermekaran indah di taman. Tiba-tiba saja Alana menjadi teringat dengan perkataan sang Mama beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya lima tahun yang lalu diwaktu Alana tahu sesuatu yang mengejutkan.
"Jadi, Silas sudah berpisah dengan Nadia? Mengapa secepat itu Nadia mengikhlaskan Silas, apa Silas memaksa agar bisa menikahi Alana?"
"Tidak tahu, Ma. Hanya saja aku yakin cinta Silas kepada Alana tidak bisa kita ragukan, Silas menikahi Nadia murni karena keterpaksaan saja."
"Terpaksa?" Alana ikut campur setelah lama mendengar perbincangan antara Mamanya dengan sang Kakak. "Banyak orang yang menderita seperti Nadia di dunia ini, Kak. Aku tidak mau menikah dengan pria terlalu baik seperti Silas."
"Alana, dengarkan Kakak dulu.."
"Tidak, aku tidak mau mendengar apapun jika itu tentang Silas. Aku tidak mau karna sikap Silas yang terlalu baik itu membuatnya sangat mudah untuk mengkhianati aku, Kak!"
"Berapa banyak wanita menderita yang mengadu kepadanya, semua wanita itu akan dinikahi oleh Silas hanya karna kata kasihan. Aku tidak suka dengan sikap terlalu baik yang ada pada Silas itu, sama sekali tidak!" Alana tetap bersikukuh akan keputusannya meskipun sang Kakak tetap berusaha menyakinkan.
"Kalau begitu pergilah dari sini, Alana. Pergi sejauh-jauhnya dari Silas, jangan menunjukkan diri lagi." Ucap Sang Kakak, disetujui oleh Sang Mama.
"Kata Kakakmu benar, Silas malam ini akan melamarmu. Kami tidak bisa menolak dia secara langsung, tapi kalau kau kabur... pasti dia tidak akan bisa bertindak apapun." Timpal sang Mama.
Tanpa berpikir panjang Alana cepat-cepat ingin pergi sejauh-jauhnya, keluar negeri yang mana hanya keluarga saja yang tahu keberadaannya.
~
Alana menghela napas panjang mengingat masa lalu itu, ia duduk bersandar pada bangku taman sembari memijat kepalanya yang terasa sakit.
"Nyatanya mau aku pergi sejauh apapun tetap saja aku terikat dengan pria sialan itu, tidak akan mudah untuk aku hindari."
"Hindari apa? Kau mau pergi kemana lagi?" Suara itu mengejutkan Alana, ia spontan bangkit dari duduknya karena melihat Silas yang berdiri tidak jauh darinya menatap sangat tajam.