Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Siang hari Intan merasa perutnya sudah lapar. Ia pun keluar ruangan dan melihat ke meja sekretaris, tapi tidak ada orangnya. Ia menengok ke ruangan sebelah, pintunya masih belum terbuka. Ricko masih belum selesai dengan meetingnya.
"Bagaimana ini?" gumam Intan sambil memegangi perutnya.
"Ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya seseorang dari belakang Intan. Intan pun menoleh dan tampaklah Romi, asisten Ricko.
"Aku lapar. Bisakah aku mendapatkan makanan? Atau pinjamkan aku uang. Nanti aku akan menggantinya," ucap Intan terus terang tanpa malu - malu karena dia memang sudah sangat lapar.
"Ikutlah denganku ke kantin. Aku akan mentraktirmu makan. Mmm ... aku Romi, asistennya Pak Ricko. Kamu siapa?" tanya Romi sambil mengulurkan tangannya pada Intan.
"Intan. Sepupunya Mas Ricko," jawab Intan sambil membalas uluran tangan Romi dan tersenyum.
Romi pun berjalan ke kantin dan Intan mengikuti di belakangnya. Intan memesan nasi soto dan es jeruk begitu juga Romi memesan menu yang sama.
Sementara itu Ricko keluar dari ruangan meeting dan masuk ke dalam ruangan kantornya. Ia tidak menemukan Intan di ruangannya. Ia pun memanggil Lia sekretarisnya dan menanyakan di mana Intan.
"Di mana Intan? Gadis yang di ruanganku tadi pagi?" tanya Ricko pada Lia.
"Saya tidak tahu, Pak. Tadi saya fotokopi di lantai bawah sebentar," jawab Lia jujur.
"Cari dia sampai ketemu!" perintah Ricko. Lia pun pergi keluar ruangan Ricko. Ricko pun mengeluarkan ponselnya berniat mau menelepon Intan, sayangnya mereka belum bertukar nomor ponsel sejak kemarin.
"Ke mana anak ini? Sudahlah, lagipula dia sudah dewasa. Nanti juga balik sendiri," gumam Ricko. Ia pun menelepon OB untuk membelikan makanan dan mengantar ke ruangannya.
Setengah jam kemudian Intan masuk ke ruangan Ricko dan menemukan Ricko sedang bekerja di depan laptopnya. Intan pun tidak mau mengganggunya. Ia segera duduk di sofa dan membaringkan tubuhnya di sana.
"Dari mana kamu?" tanya Ricko tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Makan siang di kantin," jawab Intan jujur.
"Sama siapa? Bukankah tadi aku sudah bilang kalau perlu apa - apa minta sama sekretarisku?" ucap Ricko kali ini memandang ke arah Intan.
"Tadi aku sudah mencarinya, tapi mejanya kosong. Terus ada laki - laki namanya Romi nawarin makan ke kantin, ya sudah aku ikut saja. Aku juga sudah sangat lapar," balas Intan sedikit takut. Suaranya semakin lirih karena ia tahu dari nada bicaranya Ricko sepertinya sedang marah. Ricko pun tidak membalas jawaban Intan. Tidak berapa lama OB masuk membawa makanan untuk Ricko. Ricko pun makan tanpa bersuara. Intan yang melihat Ricko makan, merasa bosan dan mengantuk. Akhirnya ia tertidur di sofa. Ricko pun membiarkan Intan tidur sambil melanjutkan pekerjaannya.
Sore hari Intan bangun dan sadar kalau ia tertidur di kantor Ricko. Ia pun melihat ke sekeliling dan melihat Ricko masih bekerja di depan laptopnya.
"Masih lama, Mas? Maaf aku ketiduran," tanya Intan lalu menutupi mulutnya yang sedang menguap.
"Ayo jenguk papa ke rumah sakit," ajak Ricko sambil mematikan laptopnya lalu memakai jas-nya yang ia lepas tadi.
"Oke!" jawab Intan setuju.
Sesampainya di ruangan Pak Bambang, Intan dan Ricko mencium punggung tangan pak Bambang dan bu Sofi bergantian.
"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Ricko yang duduk di kursi samping tempat tidur pak Bambang.
"Masih sama. Rick, setelah papa meninggal berjanjilah kamu tidak akan menceraikan Intan!" ucap pak Bambang serius.
"Papa jangan berpikir yang tidak - tidak. Aku akan mengantar Intan pulang dulu. Papa istirahatlah!" ucap Ricko berpamitan.
"Apa kamu sudah mengurus surat nikahmu, Rick?" tanya pak Bambang.
"Ya. Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengurusnya, Pa," jawab Ricko. Pak Bambang pun merasa lega.
Sebelum mengantar Intan pulang, Ricko pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian sekaligus mengambil barang - barang Intan.
Jangan lupa tinggalin komennya ya. Aku tunggu. Terima kasih 🥰