Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertaruh
Tidak salah jika menjadi seseorang yang mementingkan diri sendiri, namun ketika orang tersebut mulai merugikan orang lain, maka itu akan menjadi masalah.
Hidup didunia tidak selamanya indah atau juga buruk, kadang kala ada hal kecil yang bisa membuat kita bahagia.
Rania kini tengah berada dibangsal kanker, dia mengunjungi anak anak kuat dan hebat. Raina membelikan beberapa mainan, juga sedikit menceritakan dongeng untuk sekedar menghibur.
Kadang kala dia merasa hidupnya menderita, tapi jika dibandingkan dengan anak anak tersebut, itu sama sekali tidak ada apa apanya.
Usai pulang menjenguk anak anak, Rania tidak langsung pulang. Hari itu ada pertandingan motor GP, dia sebenarnya sama sekali tidak berniat menonton, namun karena mendapatkan tiket gratis dari salah satu klien yang ia temui, maka tidak ada salahnya mencoba.
Raina duduk di kursi penonton sambil terus melihat layar yang menampilkan orang orang yang tengah mengitari sirkuit dengan kecepatan tinggi.
"Dewangga ya akan menjadi pemenang." Ucap seseorang yang berada dibelakang kursi Rania.
Rania mengamati orang yang dimaksud Dewangga, pria tersebut memang terlihat gesit dan unggul, namun dibeberapa sisi dia melihat celah bahwa Dewangga lambat dalam melewati tikungan.
"Menurut saya, Willy yang akan menang." Ucap Rania.
"Dewangga gesit juga cepat, dia mampu menguasai sirkuit." Ucap pria yang disebelah Rania.
"Dewangga memang gesit, namun dia lambat dalam tikungan. Sedangkan dalam sirkuit ini terdapat 17 tikungan. Willy menguasai tikungan tersebut, dan akan menjadi peluang baginya walau mungkin akan selisih tipis."
Orang yang berada dibelakang Rania merasa tertarik, jarang sekali dia menemukan perempuan yang tertarik dengan pertandingan tersebut. Apalagi bisa membaca situasi dalam sirkuit.
"Bagaimana kalau kita bertaruh?" Ajak pria tersebut.
"Apa yang akan Tuan pertaruhkan?" Tanya Rania.
"Jika jagoan yang Nona pegang berhasil menang, maka apapun yang Nona inginkan akan saya kabulkan."
"Jika saya kalah?"
"Tentu saja sebaliknya, Nona harus mengabulkan apapun yang saya inginkan."
"Cukup menarik" Rania berbalik untuk melihat siapa yang akan bertaruh dengan nya. Tapi siapa sangka, ternyata orang itu lagi.
Danu yang melihat Rania dihadapannya ikut terkejut, bukankah itu seperti takdir. Mereka terus dipertemukan dengan waktu yang tak pernah direncanakan.
"Sepertinya takdir senang mempertemukan kita." Ucap Danu.
Rania tersenyum, "Bagaimana dengan taruhan nya? Deal."
"Sepertinya Nona sangat tidak sabar." Danu menyambut uluran tangan Rania, "Deal"
Kedua manusia itu kini tengah fokus menonton pertandingan, mereka sudah tidak sabar melihat siapa yang akan menjadi pemenang. Sedangkan situasi lapangan, para jagoan mereka tengah mengerahkan kecepatan mereka sebaik mungkin untuk memperebutkan juara.
Dalam menit menit terakhir semuanya nampak gugup, apalagi dari kedua manusia yang sedang dipertaruhkan itu tidak ada yang mau mengalah. Untung saja sebelum garis finis terdapat tikungan, Dewangga yang tadinya memimpin kini terselip oleh Willy, hingga akhirnya pada pertandingan tersebut Willy berhasil memenangkan juara, walau hanya beda tipis sesuai dengan perkiraan Rania.
Semua orang bertepuk tangan ketika pertandingan selesai. Rania tersenyum puas karena perkiraan tidak meleset.
"Nona sangat pintar dalam membaca pertandingan." Puji Danu.
"Pertandingan bagaikan meja perjudian, seberapa besar peluang yang kita lihat, belum tentu hasilnya sama. Saya hanya kebetulan sedang beruntung."
"Nona terlalu rendah hati, dalam dunia bisnis tidak semua orang bisa dengan cepat membaca situasi dan mempunyai keberuntungan seperti Nona. Semua keberuntungan yang kita dapat biasanya hasil dari kerja keras sebelumnya."
"Tuan terlalu memuji saya, karena pertandingan sudah selesai, saya pamit terlebih dahulu."
"Bagaimana dengan pertaruhan kita?"
"Lain kali saja, saat kita bertemu kembali." Rania kemudian pergi dari tempat tersebut.
Danu menatap kepergian Rania, dia gadis pertama yang berhasil menarik perhatiannya.
*
Danu tengah menimang nimang kartu yang ada pada tangan nya, apakah dia harus menghubungi gadis yang ditemuinya tempo hari dilapangan sirkuit itu.
"Bos, lagi apa?"
Danu yang mendapati kedatangan sekertaris nya tiba tiba, langsung menaruh kartu yang ia pegang.
"Lain kali ketuk pintu." Peringat Danu pada sekertaris nya.
Sekertaris Danu, Rehan, dia hanya tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. "Maaf Bos, lupa."
"Ada apa?"
"Ada klien yang ingin bertemu?"
"Bukankah hari ini saya tidak mempunyai jadwal bertemu dengan klien."
"Memang"
"Lalu?"
Rehan kemudian berdiri dibelakang Danu, memijat bahu bosnya dengan pelan. "Saya tahu, Bos tidak suka bertemu dengan orang yang sebelumnya tidak memiliki janji terlebih dahulu."
"Sebelah sini" Danu mengarahkan sekertaris untuk memijatnya pada titik tertentu.
"Tapi akhirnya akhir ini, pengeluaran perusahaan sedang membengkak tidak sebanding dengan pendapatan. Apalagi kita baru saja merintis, membutuhkan dana yang banyak."
"Terus."
"Jadi saya terpaksa menerima klien tersebut, apalagi saya dengar dia ingin berinvestasi besar pada perusahaan kita."
Danu menimang nimang ucapan sekertaris nya, ada benarnya juga. Perusahaan nya yang baru saja seumur pucuk jagung itu sedang membutuhkan dana yang banyak.
"Perempuan atau laki laki?" Tanya Danu.
"Perempuan"
"Tua atau muda."
"Muda dan sangat cantik."
Danu kemudian berdiri, memakai jasnya lalu keluar dari ruangan. Sekertaris Danu bersorak ria, sebelumnya dia tidak yakin bahwa bisa membujuk bosnya tersebut.
Danu mengetuk meja, untuk mengalihkan perhatian perempuan yang sedang duduk anteng memainkan handphone nya.
Raina mendongakkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya. "Kamu lagi" Ucap Raina refleks.
Danu tidak habis pikir dengan permainan takdir, entah sudah keberapa kalinya mereka bertemu tanpa diduga.
"Nona, seperti nya kita berjodoh." Ucap Danu spontan.
Raina menggelengkan kepalanya pelan, pria yang ada dihadapannya cukup terus terang. "Saya kesini ingin bertemu dengan pemilik perusahaan, apa jangan jangan anda pemiliknya?"
"Nice, tebakan Nona tidak salah." Danu kemudian duduk dihadapan Rania.
Rania kemudian mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada Danu. "Saya ingin berinvestasi."
"Apakah Nona sudah yakin."
Rania menggagukkan kepalanya, "Saya mempertaruhkan semua uang yang saya punya, dan saya percaya dengan pilihan saya."
"Kenapa anda begitu yakin, saya dengar anda ingin berinvestasi cukup besar. Sedangkan yang anda tahu, perusahaan saya baru saja terbilang masih merintis dan belum banyak menghasilkan keuntungan."
"Saya percaya dengan pilihan yang saya buat."
"Bagaimana jika uang yang anda berikan hanya akan menghasilkan kerugian?"
"Bukankah seharusnya anda berbicara tentang keuntungan pada investor, mengapa anda seolah olah tidak ingin menerima investasi saya."
"Jangan tersinggung Nona, saya hanya ingin meyakinkan pilihan anda. Saya tidak ingin anda menyesal dikemudian hari jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang anda harapkan."
"Tenang saja, jika uang yang saya investasikan mengalami kerugian, maka saya perlu berlatih lagi untuk melihat peluang keuntungan."
Pola pikir yang cerdas dan sederhana, itulah yang bisa Danu gambar kan dari orang yang kini ada dihadapannya.
Danu kemudian memanggil sekertaris nya untuk membawakan dokumen yang perlu ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
BERSAMBUNG......