Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 {Kegilaan}
Warning!!! Untuk 21+ 🔥🔥🔥
“Eeh … “ kaget Anna ketika melihat pria bertubuh besar itu kini telah menyatu dengan lantai.
“Gimana nih, (ujar Anna seraya berjongkok dan mengamati paras tampan Bastian dari samping) sekarang sudah aman kan? Aku bisa meninggalkannya,” Anna kembali bermonolog, namun hati kecilnya masih tetap mengkhawatirkan pria malang tersebut.
“Hmmm … (Anna kembali di landa kebimbangan ketika dirinya hendak bangkit) kalau aku tinggalin dia tiduran di lantai gini, (ujar nya seraya mengecek suhu permukaan lantai dengan menempelkan telapak tangannya ke lantai)
wajahnya bisa beku kedinginan, seenggaknya pindahin ke karpet deh,” akhirnya Anna memutuskan hal apa yang akan ia lakukan sebelum pergi sebagai bentuk rasa kemanusiaannya.
Ia pun bangkit kemudian berjalan menuju meja untuk meletakan tas kecil nya sejenak, dan kembali lagi menghampiri Bastian untuk memulai aksi kemanusiaannya.
Anna menarik ketiak Bastian dan menyeretnya menuju area sofa yang terdapat sebuah karpet empuk sebagai alasnya. Merasa kesulitan dengan heels nya, Anna pun melepas nya di tengah perjalanan agar bisa leluasa menarik tubuh besar Bastian yang 2 kali lebih besar darinya.
“Augh! Sial! Berat sekali sih tubuhnya, kurasa berat nya 2 kali lipat dari tubuhku!” racau Anna yang sedang bergulat dengan beban tubuh Bastian.
“Arrgh!” Bastian kembali mengerang dalam mata terpejam nya, ia berusaha berontak dan melepaskan diri dari Anna.
“Siapa kau! Beraninya kau menyentuhku!” racau Bastian yang lalu bangkit dengan sekuat tenaga yang ia miliki.
Pandangan Bastian masih tampak kabur serta tubuhnya yang terus mendorongnya sampai ke titik terlemahnya, membuat Bastian semakin kewalahan dan tak kuasa menahan hasrat bira*hinya lagi.
“Oke! Oke! Sory! Aku hanya ingin membantumu,” respon Anna yang lalu mengangkat kedua tangannya ke atas untuk memutuskan kontak fisik dengan pria yang tengah berada dalam pengaruh obat.
“Baiklah, karena kau sudah sadar, aku pergi,” pamit Anna yang lantas menarik langkah melewati Bastian yang sedang bergulat dengan hasrat nya yang kian membara, matanya memerah serta nafasnya yang berderu tak beraturan jelas menggambarkan kondisi bagian dalam tubuhnya saat ini.
Bulir keringat yang masih terus bercucuran serta hasrat bira*hi nya yang malah semakin meningkat ketika indra penciumannya menghirup aroma parfum Anna.
Pada akhirnya akal sehat Bastian luruh, dengan gerakan kasar ia melepas jas nya kemudian melemparnya ke sembarang arah, dilanjut dengan merobek kemeja putih tipisnya alih-alih melepas kancing kemeja nya 1 per 1, yang membuat tubuh bagian atas nya kini terekspos.
Ia menatap tajam bagian belakang tubuh Anna yang tampak menggiurkan, lekukan tubuhnya serta bokongnya yang bulat dan berisi, semakin mendorong Bastian ke sisi liar nya, pria yang sudah kehilangan kendali itu mengambil langkah panjang untuk mengejar Anna yang masih belum menyadari perubahan pria di belakangnya saat ini.
“Mau kemana kau?! Setelah membuatku seperti ini kau ingin kabur begitu saja huh?!” Bastian menarik lengan Anna kemudian mendorong tubuh Anna sampai menghantam dinding.
Ia mengangkat kedua tangan Anna dan di tempelkannya ke dinding, sementara matanya terus mengge*rayangi wajah serta tubuh Anna dengan tatapan liar nya, layaknya seekor binatang yang telah berhasil melumpuhkan buruannya.
“Argh! Yak lepasin gue brengsek!” kaget Anna bersamaan dengan rasa sakit ketika punggungnya menghantam dinding cukup keras, belum lagi pria gila itu mencengkram kedua pergelangan tangannya dan menguncinya di atas kepalanya.
“Kau … mirip sekali seperti gadis itu,” racau Bastian tepat di salah satu telinga Anna, yang membuat Anna menggeliat kegelian karena tak tahan dengan hembusan udara yang masuk ke rongga telinganya.
“Yak! Hentikan! Kalau tahu lo bakal ngelampiasin nya ke gue, harusnya gue gak perlu ngebantu lo tadi, brengsek!” sembur Anna yang terus berusaha terlepas dari pertahanan Bastian.
Bastian menyeringai dalam kepuasannya menikmati raut wajah gelisah wanita yang kini berada dalam dekapannya. Sekuat apapun Anna meronta dan menggeliat, pada akhirnya ia hanya menyakiti tubuhnya sendiri, karena tentu saja tenaga Bastian 100 kali lebih besar darinya.
“Arrrmmmh! … (Bastian mulai melancarkan aksinya dengan menghi*sap dan menci*umi leher jenjang Anna yang putih mulus, kemudian berlanjut turun sampai ke area bagian atas payu*daranya)
Kau … (Bastian menarik wajahnya dan beralih memandangi Anna lekat bersamaan seringai licik yang masih terukir di bibirnya)
Cantik, dan wangi sekali,” imbuhnya dan lalu mendaratkan bibir basahnya itu ke bibir merah muda Anna yang terlihat montok dan menggiurkan baginya, awalnya Anna hanya bisa terdiam dalam keterkejutannya ketika bibir mereka saling menyatu dalam irama nafas yang tak beraturan.
Namun ia kembali tersadar dan berusaha terlepas, dengan cepat 1 tangan Bastian menarik kembali wajah Anna dengan kasar sehingga keduanya kembali berciuman.
Karena Anna terus mengunci mulutnya dan tak membiarkan lidah Bastian masuk, Bastian pun menurunkan tangannya untuk meraih payu"dara montok Anna kemudian meremasnya secara kasar, hal itu pun lantas mengundang amarah Anna yang kian memuncak, Anna berteriak dan membuka mulutnya lebar.
“YAK!” tak ingin melewatkan kesempatan berharga itu, Bastian semakin melancarkan aksi liarnya dengan mendorong lidahnya masuk ke dalam mulut Anna, melu*mat dan menji*lati semua bagian dalam mulut Anna tanpa ampun. Yang membuat Anna kesulitan bernafas dan mengerang kesakitan ketika Bastian beralih menggigit bagian bawah bibirnya.
“Arrrgh!” ringis Anna.
“Sial!” umpat Anna saat penyiksaan Bastian itu terhenti sejenak, dada keduanya tampak naik turun menandakan pernafasan mereka yang tersendat karena tindakan tak bermoral Bastian.
Bastian kembali menunjukan seringai nya sebelum kembali mendekatkan wajahnya. Namun kali ini ia kalah cepat dari serangan Anna. Ya, Anna lebih dulu melakukan pemberontakan dengan menghantamkan kepalanya ke bagian hidung Bastian dengan sekuat tenaga, yang menyebabkan Bastian meringis kesakitan dan lantas menjauh selangkah dari Anna sembari memegangi hidungnya yang mengeluarkan rembesan darah segar.
“Brengsek! Meskipun gue tau lo masih berada dalam pengaruh obat itu, tapi bukan berarti gue … “ belum sempat Anna meracau panjang lebar, Bastian yang sudah berhenti merengek, ia terlihat akan kembali menangkap tubuh Anna.
Tak ingin kembali masuk dalam perangkap Bastian, Anna yang menyadari niat terselubung Bastian melalui tangannya yang siap menangkapnya, ia pun menepis kasar lengan kekar Bastian dengan kemampuan pertahanan bela diri yang ia miliki.
Hal itu tentu saja membuat Bastian terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangan tubuhnya. Anna membulatkan kedua matanya ketika menyadari jika kepala Bastian dalam bahaya, kepalanya akan mendarat tepat di ujung meja kaca.
“Astaga, tidak!”
Dengan cepat Anna meraih lengan Bastian dan menariknya, yang membuat haluan tubuh Bastian kini berubah ke arah Anna. Karena tak sanggup menahan beban tubuh Bastian yang 2 kali lebih besar darinya, alhasil keduanya pun terjatuh dengan kepala keduanya yang menghantam permukaan lantai yang menyebabkan keduanya tak sadarkan diri seketika dengan posisi saling berhadapan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya.
Mentari terbit menyinari alam semesta, begitu pun dengan kamar megah dari sebuah hotel bintang 5 yang terletak di Jakarta selatan. Karena gorden telah dibuka lebar, sinar mentari yang hangat itu kini memenuhi seisi kamar.
Wanita muda yang masih asyik berada dalam alam mimpinya pun perlahan menggeliat, matanya mengerjap dilanjut dengan kedua tangannya yang otomatis terangkat ke atas untuk meregangkan tubuhnya.
Sebelum akhirnya ia tersadar sepenuhnya akan insiden pele*cehan yang dialaminya tadi malam.
Tubuhnya terbangun seketika bersamaan dengan matanya yang terbuka lebar, hal pertama yang ia lakukan adalah mencoba mengintip ke bagian dalam selimut tebalnya.
“Aiissh! Syukurlah,” ia menghembuskan nafas lega ketika mendapati pakaiannya masih utuh.
Hanya rambutnya yang berantakan serta beberapa jejak liar pria buas tadi malam di area leher serta bagian atas dadanya.
Bersambung***