Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Kekacauan
"Itulah kenapa aku memintamu untuk mengendalikan diri!" Alena berseru jengkel, menghela napas dan menahan diri untuk tidak memarahi wanita yang sedang menangis di sisinya.
Setelah mengatakan ‘aku mengerti’ pada Edgar, Alexa langsung berdiri, meraih pigura berisi foto Edgar dan keluarga kecilnya, lalu melemparkannya ke lantai. Pecahan kaca yang terdengar memenuhi ruangan membuat Alena memekik tertahan, bahkan Edgar langsung berdiri dengan wajah pucat.
Alexa langsung pergi setelahnya, meninggalkan Alena yang langsung meminta maaf berkali-kali atas ketidaksopanan Alexa. Setelah Alena pamit dan mengejar Alexa, ekspresi wajah Edgar masih pucat pasi, menatap pigura yang hancur.
Alena menemukan si pembuat onar sedang menangis di dalam mobil. Dia terpaksa mengemudi menggantikan Alexa yang tidak mungkin bisa berkonsentrasi.
Alena tidak tahu harus ke mana. Mereka gagal mendapatkan informasi kontak Raymond, juga tidak sempat kembali ke apartement untuk mengambil catatan Alena. Jadi, wanita itu hanya menjalankan mobilnya tanpa tujuan.
"Mau makan es krim?" Alena bertanya, suaranya lebih lunak melihat air mata masih setia membasahi pipi putih Alexa. "Atau mau ke pantai? Kemarin kan, tidak sempat ke sana."
"Kenapa dia jahat sekali?" Alexa mengabaikan ajakan sepupunya, memilih bertanya dengan suara serak.
Alena segera mengarahkan kemudinya menuju pantai yang sempat ingin mereka kunjungi beberapa hari sebelumnya. Dia tahu Alexa membutuhkan tempat tenang untuk menjernihkan pikiran.
Dipikirkan lagi, Edgar memang keterlaluan. Ia sudah tahu bahwa Valisha adalah adik kandung temannya, ia juga sudah memiliki keluarga yang sepertinya sangat ia cintai, tapi kenapa masih menghamili Valisha?
"Bukankah laki-laki memang begitu? Sejauh ini satu-satunya laki-laki yang sibuk dengan perusahaan dan tidak punya waktu bermain api yang kita kenal hanyalah Papa. Kau pasti tidak asing dengan dunia para pengusaha itu, kan? Mereka semua berkubang dalam lumpur."
"Tapi, Paman Vincent bisa." Alexa menekuk lutut dan memeluknya. "Aku tahu pasti bahwa Paman Vincent hanya memilikimu dan Bibi Serra di kepalanya selama bepergian ke berbagai tempat, bertemu banyak orang yang di antaranya pasti ada wanita yang berusaha menggodanya. Kalau saja Mama bertemu seseorang yang dengan tulus mencintainya, maka--"
"Maka kau tidak akan ada," potong Alena, sedikit jengkel mendengar kalimat yang diucap Alexa. "Aku mungkin egois, tapi aku bersyukur Bibi Valisha terjebak rayuan seseorang dan memilikimu. Kau menyuruhku berandai-andai kalau Bibi Valisha tidak salah langkah? Aku tidak bisa membayangkannya! Sedetik pun aku tidak akan bisa membayangkan hidupku tanpamu, Alexa."
Alexa mengerutkan kening. "Terdengar manis, tapi sayang sekali kita tidak bisa menikah."
Alena menghela napas mendengar balasan asal dari wanita di sisinya. Padahal ia sedang serius. Sungguh, Alena tidak tahu harus berbuat apa kalau hidup sebagai putri Waxton Group sendirian.
Mengingat semua pelajaran yang mereka terima sejak masih anak-anak, Alena tidak bisa membayangkan kalau harus melewati semua itu sendirian.
"Maksudku, jangan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti seandainya, jika saja dulu, kalau dulu Mama dan sebagainya. Kenapa? Karena hal itu tidak berguna dan tidak akan mengubah apa pun situasi saat ini."
Alexa menoleh setelah mendengar nasihat yang meski diucap dengan ketus, sebenarnya sangat menenangkan baginya. Benar, tidak ada gunanya berandai-andai. Wanita itu menghapus sisa air matanya, bertekad akan membalas perbuatan Edgar pada ibunya.
Alena mengerutkan kening melihat perubahan ekspresi Alexa, perasaannya kembali dipenuhi firasat buruk. Apa lagi yang akan dilakukan wanita itu?
"Ayo ke JM Entertaintment," ucap Alexa sembari meraih tas yang dia lempar asal sebelumnya, mengeluarkan ponsel dan tersenyum dengan binar sedingin salju.
"Mau apa ke sana?" Alena sedikit panik saat wanita di sisinya malah tersenyum semakin lebar sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
"Tentu saja membuat kesepakatan soal skandalku dan si sampah itu." Alexa meletakkan kembali ponselnya. "Perjalanan menuju ke sana sekitar dua jam, kan? Itu waktu yang sangat cukup untuk membuat keributan."
Alena meringis mendengar kata 'keributan' yang diucap Alexa. Apa lagi yang akan wanita itu lakukan sebenarnya?
"Tidak perlu mengerutkan kening begitu. Kau bisa langsung bertanya kalau penasaran aku ingin melakukan apa," ucap Alexa seraya tersenyum. Raut wajahnya tidak menampakkan bahwa wanita itu baru saja berhenti menangis.
"Memangnya kesepakatan seperti apa yang akan kau tawarkan untuk mereka?"
Alexa memiringkan kepala, memasang raut seperti sedang berpikir, tapi tatapannya jelas dipenuhi berbagai wacana.
"Aku akan memberitahu hubungan kami yang sebenarnya, bahwa aku dan Raymond adalah saudara satu ayah. Mereka pasti lebih memilih mengikuti kemauanku daripada fakta tentang itu keluar. Kau tahu kan, media sangat suka cerita penuh drama seperti sinetron."
Alena memutar kemudi, mengubah arah tujuan dan siap menemani Alexa membuat kekacauan. "Apa hanya itu? Apa yang kau maksud dengan dua jam cukup untuk membuat keributan?" tanyanya.
Alexa meraih ponsel, membuka layar kunci dan menunjukkan sebuah foto yang baru saja ia unggah ke laman sosial medianya. Alexa mengabaikan berbagai komentar dan pesan di foto yang ia unggah sebelumnya, tidak perlu dihapus juga karena hari ini orang-orang yang mengecamnya akan menghapus komentar mereka sendiri.
"Foto saat kita mengunjungi Bibi Valisha bulan lalu?" Alena mengerutkan kening tidak mengerti. "Apa hubungannya foto itu dengan--tunggu! Kau mengunggahnya di sosial media?" Alena melotot horor.
Mengunggah foto itu berarti mengakui statusnya sebagai putri dari Waxton Group. Apa yang tiba-tiba dilakukan wanita itu sebenarnya?
Alexa tersenyum cerah. "Sudah saatnya Tuan Putri menunjukkan dirinya, kan? Semua orang harus tahu bahwa aku adalah keponakan dari Presiden Direktur Waxton Group dan putri satu-satunya pemilik brand fashion Magnofy. Tidak ada yang tahu wajah asli dari pemilik Magnofy, yang terkenal dengan julukan Magnolia Putih dari Surga. Orang-orang akan terkejut saat tahu ia adalah putri bungsu keluarga Waxton. Lalu, media jelas akan lebih tertarik dengan hal ini daripada skandal murahan antara aku dan Raymond."
Alena memijit pelipis. "Jadi, maksudmu mengalihkan perhatian media dengan mengorbankan keluarga sendiri?"
Alexa tertawa mendengar nada ketus wanita di sisinya. "Mana mungkin begitu! Paman Vincent dan Mama justru lebih senang saat aku mengungkap statusku ke dunia. Aku tidak mengorbankan keluargaku karena yang menjadi korban biasanya orang lemah. Kau pikir siapa yang berani melawan Waxton dan mengatakan omong kosong?"
"Kalau begitu kenapa tidak dari awal saja?!" Alena berseru jengkel. Kalau saja Alexa melakukan itu sejak pagi dan bukannya sok mengunggah sesuatu tentang Mr.D yang membuat masalah semakin runyam, mereka pasti tidak perlu pergi ke kediaman Edgar dan membuat keributan di sana.
"Aku baru saja mendapat pencerahan sejak melihat wajah tidak berdosa orang itu setelah apa yang dia lakukan pada Mama! Aku akan menunjukkan padanya bahwa kami tidak pernah membutuhkannya."
Terdengar seperti anak kecil yang sedang merajuk. Alena menahan diri untuk tidak mengatakan pada Alexa bahwa alasannya justru terdengar seperti dia ingin diperhatikan oleh Edgar.
Tapi, kalau mengatakan itu sekarang, jelas Alexa akan mengamuk.
'Untuk sekarang sepertinya biarkan dulu, yang penting masalah skandal bisa selesai.' Alena membatin sembari mengangguk, menyetujui rencana Alexa untuk membuat kekacauan di dunia persilatan--eh, dunia hiburan!