Yoooooo.... my Family, welcome back to my story. Sesuai permintaan, aku lanjut nulis Zandra. Dan ini adalah Zandra season 6, semoga kalian suka yaaa.❤️❤️❤️
Kembalinya penerus Zandra, yang mana semua anggota keluarganya harus berpencar. Setelah kematian sang legendaris Yumi, dan alasan lain harus memimpin perusahaan di setiap kota dan negara.
Keturunan Zandra, yang memilih untuk tetap tinggal di rumah utama. Ternyata mendapatkan petualangan misteri, dan tentunya berhubungan dengan MEREKA (si makhluk halus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Damar Hilang
Setelah 10 menit perjalanan, mereka pun tiba di sebuah perkampungan. Ternyata begitu sampai, rumah-rumah di sana menggunakan listrik dan lampu. Walau belum semua, karena ada beberapa yang masih menggunakan obor atau pun cempor (lampu semprong).
"Kalian bisa beristirahat di rumah pak kepala desa, di sana sudah di sediakan kamar. Kita akan berkumpul kembali, setelah melaksanakan shalat Maghrib." ucap pak Tio
"Mmm.. tunggu, sebelumnya saya mau bertanya. Dimana rumah wanita itu? Dan bagaimana dengan bayinya yang masih hidup?" tanya Cia
"Rumahnya ada di sana, melewati beberapa rumah dari sini." jawab pak Sugeng, seraya menunjuk ke arah depan
"Baiklah, kalau begitu kami pamit masuk pak. Terima kasih" ucap Ghava, ketiga pria itu pun berpamitan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan keempat saudara itu, di persilahkan masuk oleh istri kepala desa tersebut.
"Kalian bisa menempati kamar ini dan ini, di dalam sudah ada kasur. Maaf bila tidak menggunakan ranjang, hanya kasur lantai." ucap bu Sukma ramah
Semua orang di sini sudah tau, maksud kedatangan keempat pemuda ini. Karena sudah di beritahukan oleh orang yang menghubungi Ghava, bila ada orang-orang yang akan membantu menyelesaikan masalah arwah gentayangan di desanya. Karena itu, warga menerima dengan sangat baik Cia dan yang lainnya.
"Tidak apa-apa bu, ini semua juga sudah cukup." jawab Luna, tanpa ada senyuman di wajahnya
"Kalau begitu, ibu tinggal ya." Keempatnya mengangguk, mereka masuk ke kamar
.
.
"Oee... oeee... oeee" terdengar samar-samar suara tangisan bayi
"Bayi siapa itu?" tanya Cia, seraya membuka jendela mencari asal suara.
"Mungkin salah satu anak yang masih hidup, dari arwah itu." jawab Luna, ia melirik pada jam yang terpasang di dinding kamar tersebut. Sekitar 10 menit lagi, adzan Maghrib berkumandang.
"Kamu benar, sepertinya bayi itu merindukan pelukan ibunya." ucap Cia sendu
"Ya sudah bersiaplah untuk shalat, sebentar lagi adzan." ajak Luna, Cia mengangguk
Para lelaki berangkat ke mesjid, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kepala desa. Begitu juga dengan Ali dan Ghava, pak Kades mengajak mereka untuk berjamaah dengan warga lainnya. Sedangkan Cia dan Luna memilih di rumah, bersama bu Sukma dan putrinya yang masih SMP.
Di mesjid tentunya, ALi dan Ghava menjadi pusat perhatian para gadis. Bahkan bukan hanya gadis, para janda pun mencuri-curi pandang pada kedua pria tampan tersebut. Anjaaayyy.... Udah ganteng, putih, sipit, pokonya mah sempoa lah.
Terdengar bisik-bisik para perempuan, yang mengagumi paras Ghava dan Ali. Mereka yang sudah biasa, tak memperdulikan hal tersebut. Untung Cia tidak ikut, bila ikut. Sudah pasti para perempuan itu, akan habis terkena mulut cabe rawit level 100 miliknya. Cia paling tidak suka dengan perempuan-perempuan genit dan caper, kagum boleh... bodoh jangan.
.
.
Setelah shalat Maghrib, pak Kades mengajak pak Sugeng, pak Tio, Ali dan Ghava untuk kembali ke kediamannya. Termasuk dengan pemuda yang menghubungi Ghava, pria seusia dengan mereka yang bernama Gio.
"Jadi, kamu yang menghubungi ku?" tanya Ghava, ketiga pemuda itu berjalan di belakang pak Kades dan dua orang dewasa lainnya.
"Ya mas, maaf sudah mengganggu waktunya." jawab Gio
"Tak masalah sebenarnya, tapi yang jadi pertanyaan kami adalah... kamu tau darimana no ponselku dan tau darimana bila kami memiliki kemampuan berinteraksi dengan MEREKA?" jawab Ghava, ia pun mengajukan pertanyaan yang sejak awal jadi pertanyaan dia dan yang lain.
"Apa kalian mengenal pria bernama Raka?" tanya Gio
"Raka?" tanya Ghava dan Ali, serempak mereka pun menggelengkan kepala mereka. Gio menghembuskan nafasnya pelan
"Raka... maksudku kakek Raka, beliau adalah teman dari double twin di keluarga Zandra. Dan beliau bercerita bila dirinya, pernah di selamatkan oleh mereka saat dulu dirinya pernah menjadi target tumbal pesugihan seseorang. Dari beliau aku mendapatkan no ponsel tuan Sahin, dan dari beliau aku mendapatkan no ponsel milik mas Ghava." jawab Gio menjelaskan
Ghava dan Ali mengangguk, meski mereka tidak tau menau cerita yang di maksud oleh Gio. Namun, mereka percaya. Karena tidak mungkin kakeknya memberitahukan no ponsel milik mereka, pada sembarang orang.
"Lalu, dimana kakek Raka yang kamu maksud? Apa kamu merupakan cucu beliau?" tanya Ali, Ghava menggelengkan kepalanya
"Bukan, aku hanya orang yang dekat dengan beliau. Dan mengenai kakek Raka... " jawab Raka, ia menghembuskan nafasnya
"Beliau sudah berpulang, seminggu yang lalu. Beliau merasa terpukul, dengan kepergian cucu dan cicitnya tersebut." jawab Gio
"Maksudmu, arwah itu..."
"Ya" Ghava pun mengerti, saat mereka hampir sampai. Mereka di kejutkan, dengan teriakan orang-orang di depan sana.
"DAMAAAARRRR"
"DAMAAARRRR"
"Ada apa? Kenapa kamu membawa nak Dion keluar? PAMALI NUR!!!" tanya pak Kades ikut panik, ia jadi tanpa sadar membentak Nur. Karena Nur membawa bayi, yang merupakan cicit Raka. Bayi yang terlahir selamat, dari rahim cucunya Raka.
"Damar pak, Damar" jawab Nur dengan isakan, ia merupakan cucu dari adiknya Raka.
"Ada apa dengan Damar?" tanya pak Sugeng
"Damar hilang" jawab Nur
"Bagaimana bisa hilang Nur? Apa kamu tidak menutup pintu?" tanya pak Tio
"Sudah, bahkan saya mengunci pintu rumah. Tadi saat saya sedang menenangkan Dion, yang seperti biasa akan menangis setiap akan Maghrib. Saya mendengar Damar berteriak, memanggil ibunya. Saya yang berada di kamar, fokus pada adiknya. Sampai setelah adzan Maghrib, Dion berhenti menangis dan di luar pun hening. Tak lama terdengar suara pintu terbuka secara kasar, seperti di dobrak dari luar. Saya yang merasakan firasat tidak enak, segera keluar dan Damar sudah tak ada pak. Pintu pun terbuka lebar, bahkan kunci dan kusen rusak. Apa ada yang menculiknya pak?" Nur bercerita, dengan suara bergetar
"GHAVA, ALI" teriak Cia, di belakangnya ada Luna dan bu kades juga putrinya.
"Ada ap..." pertanyaan Luna terhenti, saat melihat Ghava melangkahkan kakinya ke salah satu rumah.
Ghava melihat ke sekitar, ia melihat ke arah pintu yang rusak. Ternyata itu adalah rumah arwah gentayangan tersebut, saat masih hidup. Ghava menyentuh pintu tersebut, ia melihat kilasan yang terjadi sebelumnya.
DEG
Ghava segera melepaskan tangannya, ia berbalik. Melihat ke sekitar, lalu menatap ketiga saudaranya.
"Ada seorang pria dan seorang wanita yang membawa anak itu" ucap Ghava
Semua orang yang ada di sana, membulatkan kedua bola matanya.
"Maksudmu ada orang yang membawanya?" Ghava mengangguk
"Tapi kenapa? Herman tidak mungkin mencelakainya bukan? Damar adalah putranya, Mia sangat menyayangi putranya." tanya Nur, entah kenapa ia langsung berpikir bila bapaknya Damar yang membawa Damar.
"Karena arwah itu sangat menyayangi putranya, maka dari itu dia membawanya." jawab Ghava, Nur menggelengkan kepalanya
"Dimana Herman?" tanya pak Sugeng
"Saya tidak tau pak, dia memang sempat pulang. Namun tak lama, dia pergi kembali setelah Ashar. Bahkan Damar bertanya mau kemana, dia tak menjawabnya. Jadi saya tak berpikir, bila Herman yang akan membawanya" jawab Nur
"Herman?"
"B*ngsat"
...****************...
Hari ini aja aku up sekaligus 3 bab, besok normal ya 1 bab/ hari🤗
NO DEBAT!!!
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
semngatt kak lanjut lagiiii💐