Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
1 Minggu kemudian......
Sudah satu Minggu kepergian kedua orang tua Aurora. Selama itu pula Aurora tidak masuk sekolah.
Hari ini Aurora memutuskan untuk membuka lembaran baru. Dia harus bisa bangkit dari keterpurukannya karena kehilangan kedua orang tuanya.
Hidupnya harus terus berjalan, jadi dia memutuskan untuk kembali memulai aktivitasnya seperti biasa.
Dan hari ini dirinya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dengan senyum yang berusaha dia pancarkan, Risa duduk di meja makan untuk memakan sarapannya.
"Selamat pagi pah".
"Selamat pagi mah" sapa Aurora pada foto kedua orang tuanya.
"Hari ini aku akan mencoba keluar dari kesedihan karena kehilangan kalian berdua. Selalu lindungi aku dari atas sana ya mah, pah".
"Walaupun raga kalian sudah tidak bersamaku, tapi aku yakin kalian selalu menjagaku diatas sana".
"Jadi Aurora, ayo semangat kamu pasti bisa. Jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan" gumamnya menyemangati diri sendiri.
Aurora langsung memakan sarapannya dengan cepat dirinya menghabiskan makanan tersebut agar bisa langsung berangkat ke sekolah.
Selesai sarapan, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat melihat siapa yang menghubunginya, ternyata dia adalah Risa.
Iya, kemarin Risa sudah tidak lagi menginap dirumahnya. Aurora meminta Risa untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya.
Dia merasa tidak enak jika terus menerus meminta Risa untuk menemaninya. Sebenarnya Risa sendiri tidak masalah, tapi tetap saja, Aurora tidak ingin memisahkan Risa dari kedua orang tuanya.
"Hallo Ris" ucap Aurora saat mengangkat panggilan dari Risa.
"Auroraaaaaaa" teriak Risa.
"Astaga, kenapa kamu berteriak seperti itu. Ada apa?, pagi-pagi sudah heboh seperti ini" ucap Aurora.
"Hehehe, iya sorry sorry. Aku cuma terlalu semangat aja hari ini. Dan aku harap kamu juga ya, ingat janji kamu kemarin sebelum aku pulang kan".
"Kamu gak boleh lagi menangis, udah cukup seminggu kemarin kamu terus menerus menangis setiap hari" ucap Risa.
"Iya iya, aku ingat ucapan kamu. Sekarang katakan, kenapa kamu menghubungiku pagi-pagi seperti ini" ucap Aurora.
"Gak papa, aku cuma mau memastikan kalau hari ini kamu masuk sekolah kan?" tanya Risa.
"Iya Risa, hari ini aku udah mulai masuk sekolah lagi" ucap Aurora.
"Yeyyy gini dong, kan aku ikut senang dengarnya kalau kamu udah mau masuk sekolah lagi" ucap Risa.
"Iya, ini semua berkat kamu. Ter...".
Belum sempat Aurora menyelesaikan ucapannya, Risa sudah lebih dulu memotongnya.
"Eitssss tunggu, aku tau kamu mau bilang apa. Pasti terima kasih kan".
"Ra, udah berapa kali aku bilang. Kita ini sahabat jadi gak perlu kamu berterima kasih dengan apa yang aku lakukan sama kamu".
"Apa artinya sahabat kalau terus berterima kasih pada sahabatnya. Udah ya, lebih baik sekarang kamu bersiap berangkat ke sekolah. Aku tunggu kamu di sekolah ya" ucap Risa sebelum mengakhiri panggilannya.
Setelah Risa mengakhiri panggilannya, Aurora segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Sebelum itu dirinya membereskan piring-piring yang baru saja dia gunakan untuk sarapan. Agar saat pulang nanti dia sudah tidak memiliki cucian piring lagi.
"Hufttttt......, ayo Aurora semangat!".
"Kita mulai semuanya dari awal. Oh iya, nanti pulang sekolah aku juga harus melihat bagaimana keadaan restoran milik papah".
"Sudah satu Minggu aku tidak memikirkan restoran tersebut, setelah aku menyerahkannya pada orang kepercayaan papah" gumam Melody.
Sedangkan di sebuah mansion, seorang pria sedang memeriksa dokumen yang di berikan asistennya.
"Tunggu, bukankah sekarang jatuh tempo pembayaran dari keluarga Leandra. Apakah tuan Aditya itu sudah membayar hutangnya" gumam Edgar saat tidak sengaja membaca data-data orang yang berhutang padanya.
Edgar langsung menghubungi Max untuk menanyakan tentang ini.
"Hallo tuan, apa ada yang bisa saya bantu" ucap Max saat mengangkat panggilan dari Edgar.
"Max, apa tuan Aditya sudah membayar hutang-hutangnya. Hari ini jatuh temponya kan" tanya Edgar.
"Iya, anda benar tuan. Keluarga Leandra belum membayar hutang-hutangnya. Apa perlu saya mendatangi rumah mereka untuk menagihnya?" tanya Max.
"Iya, tapi bukan hanya kau yang akan mendatanginya. Aku juga akan ikut bersamamu".
"Aku ingin melihat, apa pria tua itu sudah memiliki uang untuk membayar hutang-hutangnya setelah sempat menolak usulan yang aku berikan" ucap Edgar.
Edgar masih merasa kesal pada Aditya, karena kemarin menolak saran yang dia berikan.
"Baiklah tuan, kalau anda mau ikut. Saya akan segera menyiapkan mobil, kita akan kesana sekarang" ucap Max.
"Bagus, lebih cepat lebih baik kan" ucap Edgar.
Tidak membutuhkan waktu lama, Edgar sudah sampai di rumah Aditya.
"Apa benar ini rumahnya?" tanya Edgar memastikan.
"Benar tuan, saya mengetahui alamat ini dari identitas milik tuan Aditya" ucap Max.
"Tapi kenapa rumahnya sepi sekali. Ahh sudahlah, kenapa aku pikirkan. Ayo Max kita langsung masuk saja" ucap Edgar.
Edgar langsung turun dari mobil dan mulai berjalan masuk ke dalam. Tepat saat Edgar akan membuka pintu, tiba-tiba Aurora juga akan membuka pintu untuk pergi ke sekolah.
Tadi dia harus membereskan rumah lebih dulu barulah pergi ke sekolah.
"Ceklek".
"Astaga, siapa tuan!".
"Kenapa bisa ada disini?" tanya Aurora.
"Tunggu, aku seperti pernah bertemu denganmu. Tapi dimana ya" ucap Edgar sambil mengingat wajah gadis didepannya.
"Bilang apa si, gak jelas banget. Sebenarnya anda siapa?".
"Kenapa ada didepan pintu seperti ini?" tanya Aurora lagi.
"Diam dulu, aku sedang mengingat pernah melihatmu dimana" ucap Edgar.
Setelah memikirkannya, akhirnya Edgar ingat dimana dia pernah melihat gadis ini.
"Oh iya aku ingat sekarang, bukankah kau gadis kecil yang pernah menabrak ku saat di restoran waktu itu ya" ucap Edgar.
"Enak aja kamu memanggilku gadis kecil. Hey lihatlah, aku sudah besar. Bahkan aku juga sudah menggunakan seragam SMA" protes Aurora.
"Diamlah, kau cerewet sekali" ucap Edgar.
"Siapa tuan!, sampai melarangku seperti itu. Tapi tunggu, kau belum menjawab pertanyaan ku".
"Ada keperluan apa anda datang ke rumahku?" tanya Aurora.
"Aku datang kesini karena.....".
"Ehh tunggu, apa tadi kau bilang ini rumahmu?" tanya Edgar.
"Iya, ini rumahku. Kenapa apa ada masalah?" tanya Aurora.
"Jangan bilang kau anak dari Aditya Carlos Leandra?" tanya Edgar.
"Iya, aku putrinya. Apa tuan kenal dengan orang tuaku?" ucap Aurora.
"Sial, jadi gadis ini putri tunggal Aditya".
"Hemmm...... Menarik juga" batin Edgar.
Max yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan sang tuan dengan seorang gadis kecil merasa sedikit bingung.
"Baru kali ini tuan mau berbicara panjang lebar dengan seseorang. Apalagi dia seorang gadis".
"Ada apa dengan tuan ya" batin Max.
Max yang sedang melamun, tiba-tiba terkejut mendengar teriakan sang tuan.
"Max".
"Max, cepat kemari" teriak Edgar.
Langsung saja dengan cepat Max berlari menghampiri sang tuan.
"Iya tuan, ada apa?" tanya Max.
"Kenapa lama sekali" kesal Edgar.
"Maaf tuan" ucap Max.
"Heyy, apa kau harus berteriak seperti itu dirumah orang lain" kesal Aurora.
"Diamlah, aku sedang berbicara dengan asistenku. Jadi lebih baik kau tidak perlu ikut campur" ucap Edgar.
"Dasar pria aneh, kenapa dia jadi marah-marah padaku. Padahal yang salah kan dia karena sudah berteriak di rumah orang lain" gerutu Aurora.
Edgar sendiri tidak menanggapi kekesalan gadis kecil di depannya. Dia langsung meminta surat perjanjian hutang atas nama Aditya Carlos Leandra.
"Hey gadis kecil, bacalah dokumen ini. Agar kau tahu siapa aku" perintah Edgar.
"Siapa kau seenaknya memerintah ku. Dengar ya, aku bukan asisten mu apalagi bawahanmu. Jadi aku tidak perlu mengikuti perintahmu itu".
"Lebih baik sekarang tuan pergi dari sini, aku bisa terlambat ke sekolah jika terus berbicara dengan tuan" ucap Aurora.
"Benarkah?".
"Kau tidak ingin tahu apa isi dokumen yang sedang aku pegang ini gadis kecil. Asal kau tahu ini ada hubungannya dengan orang tuamu" ucap Edgar.
"Deg".
"Berhubungan dengan papah dan mamah, ada apa ini. Kenapa aku jadi merasa sedikit takut setelah mendengar ucapan laki-laki ini" batin Aurora.