Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Herlina duduk diam di ruang tamu, menundukkan kepala. Herman, ayahnya, berdiri di hadapannya dengan ekspresi marah yang belum hilang. Matanya tajam menatap putrinya yang tampak ketakutan.
"Herlina!" Herman berkata dengan suara tegas, "Apa yang ada di pikiranmu? Berani sekali kamu kabur dari rumah, tanpa memikirkan perasaan kami yang adalah orangtuamu! Kamu tahu kan, betapa khawatirnya kami?!" pekik Herman.
Herlina menggigit bibir, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. "Maafkan Herlina, Pa... Maafkan aku... Aku cuma ingin pergi menemui George."
"George lagi! George lagi! Sadarlah nak! Pria pengangguran itu tidak akan bisa membahagiakan hidupmu!"
"Tapi Pa, aku... Aku tidak mau pisah sama George. Apa salahnya kalau aku memperjuangkan cintaku!"
Herman menatap putrinya dengan mata penuh kekhawatiran dan kecewa. "Astaga Nak! Kamu terlalu tergila-gila sama pria itu! Dia itu cuma pengangguran, George gak punya masa depan yang jelas. Kenapa kamu harus terjebak dengan pria seperti itu, kamu ini cantik nak, punya pendidikan yang bagus, kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari George!"
Herlina mengangkat kepala, wajah merah dan sudah penuh dengan air mata yang berkilauan. "Tapi Pa, aku dan George sudah berjanji di bawah pohon, kalau kami akan menikah," ucapnya dengan gemetar.
Herman memutar kedua bola matanya, putrinya sungguh keras kepala seperti dirinya saat muda.
Liana, yang duduk di samping, menatap putrinya dengan cemas, lalu menoleh pada suaminya. "Sayang, sudahlah, jangan terlalu keras padanya. Biarkan putri kita beristirahat dulu malam ini," ucapnya lembut.
Herman menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Baiklah, aku juga sudah lelah hati ini Ma-, untung saja ada pria yang baik hati itu, kalau nggak... aku nggak bisa bayangin apa yang bisa terjadi."
Mendengar ucapan sang ayah, Herlina jadi merasa bersalah. "Maafkan Herlina..." serunya lirih.
Liana pun memeluk Herlina dengan lembut. "Syukurlah ada orang baik yang membantumu. Jadikan itu pelajaran penting, dan jangan pernah lagi kamu kabur dari rumah!" ucap Liana tegas.
Herlina pun mengangguk, lalu beranjak dari atas sofa dan naik ke lantai dua menuju kamarnya.
Herman dan Liana menatap putri mereka dengan sedih.
"Harlord?"
"Kenapa Pa?" tanya Liana, melihat suaminya dengan bingung.
Herman mengerutkan dahi, tampak seperti sedang mengingat sesuatu. "Harlord... Itu nama yang tidak asing bagiku. Aku pernah dengar beberapa kali di berita koran. Nama seorang pengusaha muda yang sedang naik daun."
Liana menoleh ke Herman, keningnya berkerut. "Maksud kamu, pria yang menolong putri kita itu Harlord? Pengusaha yang sedang terkenal itu?"
"Aku nggak tahu, tapi besok akan ku pastikan." ucap Herman.
*****
Harlord sampai di kediaman rumahnya. Saat ia turun dari mobil, seorang pria berpakaian setelan jas rapi menyambut kedatangannya.
"Tuan anda kemana saja.. Saya sangat khawatir, tidak biasanya anda baru pulang larut malam begini, kecuali membawa seorang wanita..." ucap pria yang bernama Benyamin asisten pribadi Harlord.
"Hahh!! Itu kebiasaan lama yang sudah ku tinggalkan. Kebetulan tadi sore ada sedikit kendala yang terjadi," Harlord tersenyum ceria, sambil membuka jas-nya.
Benyamin memerhatikan hal yang tak biasa itu, ia menerima jas tuannya dan segera menggantungnya di lemari, namun matanya melirik melihat sapu tangan wanita di tangan tuannya.
"Tuan!! Tangan anda kenapa!? Kenapa bisa terluka begini?" Benyamin panik, sembari melihat sapu tangan berdarah yang melilit tangan kanan tuannya.
"Tenanglah Benji, ini cuma luka goresan pisau." ujar Harlord dengan santai.
"Pisau!!" pekik Benyamin yang terkejut. 😱
Harlord paling kesal kalau mendengar suara teriakan cempreng asisten ini, segera ia mengisyaratkan Benji supaya diam menutup mulutnya.
Sambil mengangguk-anggukkan Benyamin menutup mulutnya. 🤐
"Oo iya Benji, aku sudah memutuskan, besok aku akan mencukur semua janggutku, bagaimana menurutmu?" Tanya Harlord tiba-tiba dengan nada riang.
"Benarkah tuan! Akhirnya, sungguh saya sudah sangat muak melihat janggut anda yang lebat itu, banyak yang mengira kalau Anda ini seorang kakek-kakek..." seru Benyamin blak-blakan.
"Hei, jangan cari-cari kesempatan menghina ku! Kamu sengaja ya berkata terang-terangan begitu," ucap Harlord ketus.
"Sungguh tuan! Saya tidak berani bermaksud demikian, saya hanya berkata jujur saja."
"Hmmm, Oh.... Ada satu hal lagi yang aku mau minta tolong sama kamu."
"Apa itu tuan??" tanya Benyamin sangat penasaran.
"Tolong cari tahu soal keluarga seorang gadis muda yang bernama Herlina," ucap Harlord dengan sorot mata tajam.
Benyamin terdiam karena terkejut, baru kali ini tuannya menyuruh dirinya mencari tahu identitas seorang wanita. Apakah ini berarti tuannya yang terkenal berhati dingin telah jatuh cinta?
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
lanjut thor
lanjut thor