NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Cahaya yang Tertinggal

Angin dingin berembus lembut di padang rumput yang kini hening. Dunia seolah kembali tenang setelah retakan di langit lenyap, tetapi tidak ada rasa kemenangan dalam hati Kael. Ia duduk di tengah padang, menatap kosong ke arah di mana Elarya terakhir berdiri. Cahaya tubuhnya telah menghilang bersama segelnya, meninggalkan hanya kenangan.

“Elarya…” bisiknya dengan suara bergetar, tangannya meremas tanah di bawahnya.

Kael tahu, ia tidak punya waktu untuk tenggelam dalam kesedihan. Dunia telah diselamatkan, tetapi harga yang dibayarkan terlalu mahal. Dia memalingkan wajah ke langit, berharap ada tanda-tanda keberadaan Elarya—setidaknya sebuah pesan, sebuah harapan bahwa ia masih ada. Namun, hanya keheningan yang menjawab.

###

Keesokan harinya, Kael kembali ke markas para penjaga kerajaan. Penduduk kota menyambutnya dengan sorak sorai, berpikir bahwa kemenangan telah diraih sepenuhnya. Mereka tidak tahu bahwa pahlawan sejati mereka telah mengorbankan segalanya untuk melindungi dunia.

Kael berjalan melewati kerumunan dengan tatapan kosong. Hatinya terasa berat, setiap langkah seolah menambah luka yang tidak bisa sembuh. Dia akhirnya tiba di aula utama kastil, di mana Dewan Agung sedang menunggu laporannya.

“Kau kembali, Kael,” ujar salah satu anggota dewan, seorang pria tua dengan jubah ungu. “Bagaimana keadaan dunia di luar sana?”

Kael berdiri tegak, meskipun tubuhnya penuh luka. "Retakan telah tertutup, dan ancaman Arkhael telah dihentikan."

Ruangan itu dipenuhi suara lega, para anggota dewan saling mengangguk. Tetapi Kael melanjutkan dengan suara pelan, "Namun, Putri Cahaya… telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kita semua."

Kejutan memenuhi ruangan itu. Beberapa terdiam, sementara yang lain mulai berbisik.

"Putri Cahaya... telah pergi?" salah satu dari mereka bertanya dengan tidak percaya.

Kael mengangguk, menahan emosi yang ingin meledak. "Dia memberikan segalanya untuk memastikan dunia ini tetap aman. Kita semua berhutang nyawa kepadanya."

Suasana menjadi hening, penuh dengan rasa duka.

Namun, sebelum diskusi lebih jauh dimulai, salah satu prajurit berlari masuk dengan wajah panik. “Tuan Kael! Kami menemukan sesuatu di hutan dekat bekas retakan itu!”

Kael langsung tergerak. "Apa yang kalian temukan?"

"Seorang gadis," jawab prajurit itu. "Dia... memiliki cahaya di dadanya, mirip dengan segel yang dimiliki Putri Elarya."

Kael terdiam sejenak, jantungnya berdetak kencang. "Bawa aku ke sana."

###

Kael tiba di lokasi yang dimaksud, sebuah hutan yang penuh dengan sisa-sisa energi gelap dari retakan yang telah tertutup. Di tengah area tersebut, ia melihat seorang gadis muda berambut panjang terbaring di tanah. Tubuhnya diselimuti cahaya lembut yang serupa dengan segel Elarya.

Gadis itu tampak tidak sadar, tetapi napasnya teratur. Kael berlutut di sampingnya, hatinya penuh pertanyaan. Siapa dia? Dan mengapa dia memiliki cahaya itu?

Ketika Kael menyentuh bahunya, gadis itu perlahan membuka matanya. Mata emasnya bersinar dengan kehangatan yang aneh, tetapi juga penuh kebingungan.

“Kael…?” Gadis itu berbicara dengan suara pelan, tetapi Kael merasa ada sesuatu yang familiar dalam suaranya.

“Siapa kau?” tanya Kael dengan hati-hati.

Gadis itu tampak kebingungan, mencoba mengingat sesuatu. "Aku... aku tidak tahu. Tapi aku merasa mengenalmu."

Cahaya di dadanya bersinar lebih terang, dan Kael langsung menyadari bahwa ini bukan kebetulan. Segel cahaya itu, meskipun berbeda, tampaknya memiliki hubungan dengan Elarya.

“Apakah kau…?” Kael tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, pikirannya terlalu kalut dengan berbagai kemungkinan.

Gadis itu menatap Kael, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak tahu siapa aku, tetapi aku merasa... aku pernah menjadi seseorang yang penting bagimu."

Kael merasakan sesuatu di dadanya yang hampir meledak. Harapan kecil mulai tumbuh di hatinya, meskipun ia takut untuk mempercayainya sepenuhnya.

“Kalau begitu, aku akan menjagamu,” kata Kael akhirnya. "Sampai kita tahu siapa kau sebenarnya, aku akan memastikan kau aman."

###

Hari-hari berlalu, dan gadis itu mulai menunjukkan tanda-tanda kekuatan yang mirip dengan Elarya. Meskipun ingatannya tidak kembali, ia memiliki naluri untuk melindungi dan membantu orang-orang di sekitarnya.

Kael, di sisi lain, mulai merasakan campuran perasaan yang rumit. Di satu sisi, ia bersyukur atas kehadiran gadis itu, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa menghilangkan rasa kehilangan terhadap Elarya.

Namun, satu hal yang jelas: perjalanan mereka belum selesai. Ancaman baru bisa muncul kapan saja, dan gadis misterius ini mungkin menjadi kunci untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Elarya dan segel cahaya itu.

Di suatu malam yang tenang, gadis itu mendekati Kael.

“Kael,” katanya dengan suara lembut. “Apa kau percaya bahwa aku memiliki hubungan dengan Elarya?”

Kael terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak tahu. Tapi aku percaya bahwa cahaya di dalam dirimu adalah harapan yang ditinggalkannya untuk dunia ini."

Gadis itu tersenyum samar. "Kalau begitu, aku akan menjaga cahaya ini, seperti dia menjaga dunia."

Kael menatapnya dengan penuh emosi. Meskipun ia belum tahu kebenarannya, ia bersumpah akan melindungi gadis itu, seperti ia melindungi Elarya.

Malam itu, Kael duduk di samping perapian kecil yang menyala di dalam kemah mereka. Gadis misterius itu tertidur di dekatnya, tubuhnya masih memancarkan cahaya lembut, meskipun redup. Kael terus memandangnya dengan pikiran yang tak henti bertanya-tanya. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia benar-benar terhubung dengan Elarya, ataukah ini hanya kebetulan yang kejam?

Suara ranting yang patah dari luar kemah membuatnya langsung waspada. Kael berdiri, menggenggam gagang pedangnya dengan erat. “Siapa di sana?” tanyanya dengan suara rendah.

Dari bayang-bayang, seorang pria berjubah muncul. Wajahnya tersembunyi di balik tudung, tetapi aura yang ia bawa membuat Kael langsung mengangkat pedangnya.

"Tenanglah, Kael," ujar pria itu. Suaranya berat, tetapi tidak mengancam. "Aku datang bukan untuk melawanmu."

“Siapa kau?” Kael bertanya, matanya tetap tajam.

Pria itu mengangkat tangannya perlahan, menunjukkan bahwa ia tidak bersenjata. "Aku adalah utusan dari Persekutuan Cahaya. Kami telah lama mengamati pergerakan Arkhael dan retakan di langit. Ketika retakan itu tertutup, kami tahu ada sesuatu yang terjadi... dan kami merasa kehadiran segel itu kembali."

Kael mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Pria itu melirik ke arah gadis yang masih tertidur. "Segel Cahaya tidak bisa dihancurkan begitu saja. Ketika pemiliknya mengorbankan dirinya, segel itu mencari wadah baru untuk tetap ada. Gadis itu..." Ia berhenti sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Dia adalah perwujudan baru dari segel itu. Tapi dia belum menyadari kekuatannya."

Kael menatap gadis itu dengan campuran keterkejutan dan kekaguman. "Jadi, dia..."

"Dia adalah harapan terakhir dunia ini," lanjut pria itu. "Namun, keberadaannya juga akan menarik kekuatan kegelapan yang tersisa. Mereka akan mencoba merebut segel itu lagi."

Kael menghela napas berat. Beban tanggung jawab yang ia pikul semakin terasa. "Apa yang harus aku lakukan?"

Pria itu mendekat. "Bawa dia ke tempat asal Segel Cahaya: Kuil Lumina. Hanya di sana dia bisa belajar mengendalikan kekuatannya. Tapi perjalanan itu tidak akan mudah."

Sebelum Kael bisa bertanya lebih lanjut, pria itu mundur ke dalam bayangan. "Hati-hati, Kael. Waktu kalian tidak banyak."

Dan dengan itu, pria itu menghilang, seolah menjadi satu dengan kegelapan malam.

###

Pagi tiba dengan cahaya matahari yang lembut. Gadis itu membuka matanya perlahan, menatap Kael yang sedang mempersiapkan perlengkapan mereka.

“Kael,” panggilnya pelan. “Apa yang akan kita lakukan sekarang?”

Kael menoleh, menatapnya dengan penuh tekad. "Kita akan pergi ke Kuil Lumina. Ada sesuatu di sana yang mungkin bisa menjawab siapa dirimu dan mengapa kau memiliki segel itu."

Gadis itu tampak ragu sejenak. "Bagaimana jika aku... bukan siapa-siapa?"

Kael menghampirinya, meletakkan tangannya di pundaknya. "Kau adalah seseorang yang penting. Jika segel itu memilihmu, maka ada alasan di baliknya. Dan aku akan memastikan kau tidak menanggung beban ini sendirian."

Gadis itu tersenyum kecil, meskipun matanya masih menyiratkan keraguan. "Kalau begitu, aku akan mempercayaimu."

###

Perjalanan menuju Kuil Lumina penuh tantangan. Mereka melewati hutan lebat, menyeberangi sungai yang deras, dan menghadapi makhluk-makhluk bayangan yang tampaknya terus membuntuti mereka. Kael melindungi gadis itu dengan segala kemampuannya, meskipun ia tahu kekuatan musuh semakin kuat.

Di suatu malam, saat mereka beristirahat di dekat sebuah gua, gadis itu duduk di samping api unggun sambil memandangi tangannya. Cahaya lembut terus memancar dari tubuhnya, tetapi ia merasa ada sesuatu yang mengganggunya.

"Kael," panggilnya, memecah keheningan.

Kael, yang sedang membersihkan pedangnya, menoleh. "Ada apa?"

"Apakah menurutmu... aku pantas memiliki segel ini?" tanyanya lirih. "Aku bahkan tidak tahu siapa aku. Bagaimana jika aku membuat semuanya menjadi lebih buruk?"

Kael mendekatinya, duduk di sampingnya. "Aku pernah merasakan hal yang sama," katanya pelan. "Ketika aku pertama kali diangkat menjadi penjaga Elarya, aku selalu merasa tidak cukup baik. Tapi Elarya selalu berkata bahwa menjadi pantas bukan berarti sempurna. Itu berarti melakukan yang terbaik, bahkan saat kau merasa takut."

Gadis itu menatapnya, matanya penuh emosi. "Kau benar-benar mencintainya, ya?"

Kael terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Ya. Tapi sekarang, aku punya tugas untuk melindungimu. Bukan hanya karena segel itu, tapi karena aku percaya padamu."

Gadis itu tersenyum, kali ini lebih tulus. "Terima kasih, Kael. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu."

###

Namun, di tengah malam, bayangan besar melintas di atas mereka, membawa hawa dingin yang menusuk. Kael langsung bangun, pedangnya terhunus. "Ada sesuatu yang datang."

Dari langit, sesosok makhluk gelap dengan sayap besar turun, matanya merah menyala. Suaranya menggelegar saat ia berbicara.

"Kembalikan segel itu!" raungnya, suaranya menggema di seluruh lembah.

Kael berdiri di depan gadis itu, melindunginya. "Kau harus melewatiku dulu."

Makhluk itu tertawa dingin. "Kau hanya seorang manusia. Apa kau pikir bisa menghentikanku?"

Kael tidak menjawab. Ia langsung melompat ke depan, menyerang makhluk itu dengan pedangnya. Pertarungan berlangsung sengit, dengan makhluk itu menyerang dengan cakar dan sihir gelapnya. Kael bertahan dengan segala kekuatannya, tetapi makhluk itu terlalu kuat.

Gadis itu menatap Kael yang kesulitan, dan sesuatu dalam dirinya terpanggil. Cahaya dari dadanya mulai memancar lebih terang, dan tanpa sadar, ia mengangkat tangannya. Sebuah semburan cahaya melesat dari tubuhnya, menghantam makhluk itu dengan kekuatan besar.

Makhluk itu melolong kesakitan sebelum akhirnya menghilang menjadi debu.

Kael berbalik, terkejut. "Kau..."

Gadis itu terengah-engah, tubuhnya gemetar. "Aku tidak tahu bagaimana aku melakukannya... itu terjadi begitu saja."

Kael menghampirinya, menggenggam tangannya. "Itu adalah kekuatan segelmu. Kau semakin terhubung dengannya."

Namun, di balik rasa lega mereka, Kael tahu ini baru awal dari ancaman yang lebih besar. Perjalanan menuju Kuil Lumina hanya akan menjadi lebih berbahaya, dan mereka harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Pagi itu, Kael memimpin perjalanan dengan langkah tegas. Hatinya berat, namun tekadnya tetap tak tergoyahkan. Setelah serangan makhluk gelap tadi malam, ia tahu bahwa mereka sedang diawasi oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ancaman biasa.

Di belakangnya, gadis itu berjalan perlahan, tangannya menggenggam jubah Kael dengan lembut. Ia masih terkejut dengan kekuatan yang muncul dari dirinya sendiri, seolah-olah segel cahaya itu memiliki kesadaran yang menuntunnya.

"Kael," panggilnya pelan, memecah keheningan.

Kael menoleh sedikit tanpa memperlambat langkah. "Ada apa?"

"Apakah menurutmu aku bisa mengendalikan kekuatan ini?" tanyanya dengan nada penuh keraguan.

Kael berhenti sejenak dan memandangnya. "Aku tidak tahu pasti. Tapi jika segel itu memilihmu, pasti ada alasan di baliknya. Dan aku akan membantumu mencari tahu."

Gadis itu tersenyum tipis, meskipun matanya tetap memancarkan keraguan. "Terima kasih... aku merasa tidak sendirian saat kau ada di sini."

Kael membalas senyumnya dengan anggukan kecil sebelum kembali memimpin perjalanan.

###

Hari mulai gelap ketika mereka mencapai sebuah tebing curam yang menghadap ke lembah. Di bawah mereka, terlihat reruntuhan sebuah bangunan tua yang diselimuti kabut tebal. Kael menghela napas lega.

"Itu Kuil Lumina," katanya sambil menunjuk ke arah reruntuhan.

Gadis itu memandang ke bawah dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Apa yang akan kita temukan di sana?"

"Jawaban," jawab Kael singkat. "Dan mungkin... ancaman yang lebih besar."

Mereka mulai menuruni tebing dengan hati-hati. Kabut tebal membuat langkah mereka terasa lebih berat, tetapi Kael terus memimpin dengan keteguhan hati.

Saat mereka hampir mencapai dasar lembah, suara aneh mulai terdengar dari arah kuil. Kael langsung mengangkat tangannya, memberi isyarat agar gadis itu berhenti.

"Kau mendengar itu?" bisiknya.

Gadis itu mengangguk. Suara itu seperti bisikan ribuan suara sekaligus, mengalun pelan namun mengancam.

Kael mencabut pedangnya, langkahnya semakin waspada. "Tetap di belakangku."

###

Ketika mereka memasuki area kuil, suasana berubah drastis. Udara terasa berat, dipenuhi oleh energi yang tidak wajar. Reruntuhan itu dipenuhi dengan ukiran-ukiran bercahaya, seolah-olah masih hidup meskipun bangunannya telah lama hancur.

Di tengah reruntuhan, berdiri sebuah altar besar yang memancarkan cahaya biru samar. Namun, sebelum mereka bisa mendekat, bayangan-bayangan mulai bergerak di sekitar mereka.

"Kael..." Gadis itu meraih lengan Kael dengan gugup.

Kael menatap sekeliling dengan tajam. "Aku tahu. Mereka datang."

Dari bayang-bayang, muncul makhluk-makhluk menyerupai prajurit gelap dengan tubuh yang terbuat dari asap dan cahaya merah menyala di mata mereka. Mereka mengelilingi Kael dan gadis itu, mengeluarkan suara gemuruh rendah.

"Sang pembawa segel telah tiba," salah satu makhluk itu berbicara, suaranya serak dan menakutkan. "Serahkan segel itu, dan kami akan membiarkanmu pergi dengan damai."

Kael mendengus, mengangkat pedangnya. "Kalau kau ingin segel itu, kau harus melewati aku dulu."

Makhluk-makhluk itu tertawa dingin. "Manusia bodoh. Kau hanyalah alat kecil dalam permainan ini. Segel itu tidak akan menyelamatkanmu."

Tanpa peringatan, salah satu makhluk melompat ke arah Kael. Ia menangkis serangan itu dengan cepat, tetapi jumlah mereka terlalu banyak. Pertarungan sengit terjadi, Kael bertarung dengan segala kemampuannya, meskipun ia tahu ia sedang kalah jumlah.

Gadis itu berdiri di belakang Kael, tangannya gemetar. Cahaya di dadanya mulai bersinar lagi, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengendalikannya.

“Kael! Apa yang harus aku lakukan?” teriaknya.

“Percaya pada dirimu sendiri!” Kael menjawab sambil menangkis serangan lainnya. "Cahaya itu adalah milikmu. Gunakan untuk melindungi kita!"

Gadis itu memejamkan mata, mencoba merasakan cahaya itu di dalam dirinya. Ia mendengar suara lembut, suara yang terasa seperti Elarya.

“Kau tidak sendirian. Cahaya itu akan memandumu.”

Ketika ia membuka matanya, cahaya dari tubuhnya menyala terang, memaksa makhluk-makhluk itu mundur. Gadis itu mengangkat tangannya, dan sebuah semburan cahaya kuat melesat, menghancurkan makhluk-makhluk itu satu per satu.

Kael tertegun, matanya terpaku pada gadis itu. "Kau berhasil..."

Gadis itu tersenyum samar, meskipun tubuhnya gemetar karena kelelahan. "Aku hanya mengikuti kata hatiku."

Namun, sebelum mereka bisa merasa lega, altar di tengah kuil mulai bergetar. Dari cahaya biru yang terpancar, sebuah sosok muncul—lebih besar dan lebih mengancam dari makhluk-makhluk sebelumnya.

"Selamat datang, pembawa segel," suara itu menggema. "Pertunjukan baru saja dimulai."

Kael menggenggam pedangnya lebih erat, bersiap menghadapi ancaman baru yang lebih besar. "Kita belum selesai di sini."

1
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!