"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Cahaya remang-remang menembus jendela kamar pasien, menciptakan bayangan-bayangan aneh di dinding.
Suara monitor detak jantung berbunyi monoton, memecah keheningan malam. Aroma obat-obatan menyengat memenuhi ruangan, bercampur dengan bau keringat pasien yang terbaring lemah di ranjang.
Jeslyn terduduk tak tenang sembari menatap satu persatu manusia yang tengah menatap nya penuh tanda tanya, siapa lagi jika bukan Celia dan Disya, kedua wanita itu terus menyoroti nya penuh selidik.
"Bagaimana bisa?" Celia membuka suara terlebih dahulu dengan intonasi tenang, tak berniat membuat keributan sedikit pun, takut terusir.
Sedangkan Disya mengangguk, didalam benak nya pun bertanya-tanya, mengenai apa yang terjadi pada kedua manusia itu sehingga harus menikah secara dadakan dalam satu malam?
"Ya bisa saja."
Jeslyn menjawab seadanya, tarikan pada sudut bibir nya membentuk sebuah senyuman kikuk, ia benar-benar tak ingin menghadapi situasi ini, bagai tahanan yang diinterogasi.
Sayang nya Celia dan Disya tak membiarkan, kedua wanita bersuami itu masih terus bertanya bagai bocah untuk mengetahui, alasan, sebab, akibat, kapan, mengapa? Ah banyak sekali yang mereka tanyakan.
"Aku bertanya pada mu Jeslyn, jawab yang benar!" Pinta Disya bersama tatapan jengkel nya, entah alasan apa yang membuat Jeslyn tak mau mengaku dan terus berbelit-belit.
Jeslyn menahan bibir nya kedalam, lantas mengelus tekuk leher nya canggung, "Aku sudah menjawab nya." Tandas nya memberi cengiran kuda.
Bukan bermaksud apapun, namun Jeslyn merasa bahwa ia tak perlu memberitahu alasan pernikahan mereka yang cukup absurd, itu memalukan, sangat-sangat memalukan.
Toh juga Louis memberitahu Jeslyn, untuk tidak memberitahu alasan pernikahan ataupun perkara kontrak yang mereka sepakati, itu juga sesuai keinginan Jeslyn untuk tidak melakukan resepsi.
Demi kebaikan dan untuk menjaga reputasi walaupun esok berujung pada perceraian.
"Bukan itu jawaban yang ku mau!" Celia berseru dengan kesal, lantas ia memijat pelipis nya, merasa bahwa Jeslyn maupun Louis sama-sama tak ingin berkata jujur.
Mereka adalah sahabat rasa keluarga kan? Namun entah mengapa kedua manusia berbeda gender yang baru menikah itu, tetap keukeh mempertahankan kebohongan.
Jeslyn menghela nafas kecil, "Lalu, jawaban apa yang kau inginkan?" Tanya nya pasrah, mulai merasa tak nyaman akan pertanyaan yang terus diajukan secara bertubi-tubi.
"Jawab pertanyaan kami dengan jujur dong, mengapa bisa menikah secepat kilat dalam satu malam? Bukan kah itu tanpa persiapan? Kau juga tak mengundang kami jika ingin menikah!" Cerca Disya dengan bibir melekok cepat.
"Lalu bukan kah kau dan Louis itu tak begitu akrab, bahkan belum pernah sama sekali menjalin hubungan kekasih? Aku juga dengar bahwa Louis mencintai masa lalu nya? Apa ini? Lagi mengapa Dareen seolah-olah tak senang akan pernikahan mu, bahkan hampir ingin adu tinju bersama Louis?"
Sekarang, giliran Celia lah yang memberi pertanyaan tanpa henti, sampai-sampai telinga Jeslyn berdengung sendiri.
Memegang telingan nya, Jeslyn berdecak kecil, "Hay, bisa kah kalian memberi pertanyaan satu persatu?" Keluh nya lemas.
"Jawab saja pertanyaan kami! Kita sudah memulai percakapan selama dua jam, dan kau sama sekali tak menjawab pertanyaan satu pun yang benar!" Ketus Celia tak senang, menatap Jeslyn bagai ingin memakan hidup-hidup.
Memangku wajah nya dengan kedua tangan, Jeslyn tersenyum kecil, "Jika kalian memang penasaran, tanya saja pada Tuan Louis."
"Apa? Kalian sudah menikah, tapi tetap memanggil dengan embel-embel tuan? Bukan kah itu mencurigakan?" Selidik Disya, mata wanita itu menyipit curiga.
Memang ada, seorang istri memanggil suami nya sendiri tuan? Itu terdengar aneh, dan seolah-olah Jeslyn masih menjadi babu Louis.
"Benar, itu benar! Tak masuk logika sama sekali, jika kau masih memanggil Louis tuan!" Celia menambahi, setuju akan argumen yang Disya serukan.
Salah lagi salah lagi, batin Jeslyn sedari tadi terus menggerutu, mengeluarkan segala umpatan kasar, karena terus dipojokan oleh dua wanita didepan nya, sialan memang.
"Yaa, itu sebagai bentuk menghargai saja." Jawab Jeslyn mencari alasan, walaupun jawaban yang ia beri tak nyambung, masa bodoh, asalkan ia dapat menjawab.
Celia mengerutkan kening, "Apa, menghargai? Jika menghargai panggil Louis, sayang, atau suami ku?" Telak nya sembari menjulidkan bibir.
Tergagap Jeslyn meringis bodoh, meruntuki diri nya sendiri, karena apa yang diucapkan Celia maupun Disya benar ada nya, sekarang ia bagai tahanan yang ke-gap.
"It-u." Jeslyn tergugu, binggung jawaban apa yang akan ia beri, "Ah- Karena aku menyukai panggilan itu." Seru nya tersenyum culas.
Mengerutkan kening, Disya menyenggol bahu Celia pelan, "Benarkah? Panggilan tuan? Kau menyukai nya? Bukan kah itu terdengar sedikit gila?"
"Bukan gila lagi, tapi memang sudah gila!" Celetuk Celia kasar.
Sejenak Jeslyn menggaruk kepala nya binggung, benar-benar pusing, kepala nya bahkan sampai berdenyut binggung karena tak mengerti jawaban apa yang harus ia beri.