Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Sesampainya di rumah Bude Sari, Ratih langsung memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu, lalu mulai menceritakan perihal kedua orang tuanya yang di tangkap oleh pihak berwajib, di sini Ratih bertingkah seolah korban tanpa peduli apa yang sudah orang tuanya lakukan terhadap Namira.
"Bude, aku sudah tidak tahu lagi dengan cara Namira, yang sudah tega memenjarakan ibu dan bapak, padahal jika dia ngomong baik-baik aku pasti mau untuk mengganti rugi kedainya, hal seperti ini saja di bawa ke kantor polisi," adu Ratih sambil menangis di pelukan Sari.
"Memangnya kenapa Nduk kok tiba-tiba anak itu melaporkan kedua orang tuamu?" tanya Sari menelisik.
"Aku gak tahu kejadiannya seperti apa, kata polisi tadi Ibu dan Bapak membakar kedai Namira hal yang sangat mustahil Bude, mana mungkin Ibu dan Bapak tega melakukan itu," terang Ratih, yang mencoba mempengaruhi Sari.
"Sudah Nduk, kau tenang dulu, si Namira memang tidak pernah rembuk dengan keluarga, sangat di sayangkan kejadian seperti ini harus di bawa ke pihak yang berwajib dan di saksikan oleh para tetangga," sahut Sari yang mencoba menenangkan hati Ratih, tanpa berpikir kalau Namira sebenarnya juga butuh dukungan seperti ini.
"Maka dari itu Bude aku malu, benar-benar malu melihat kedua orang tuaku harus di bawa paksa, Namira benar-benar keterlaluan dan tidak punya hati!" geram Ratih yang tidak terima dengan tindakan Namira.
"Ya sudah diam Nduk, kalau begitu kita datangi saja sekarang rumahnya," ajak Sari sambil memeluk Ratih dari samping.
*****
Namira masih sibuk menyiapkan makanan untuk tukang yang ada di rumahnya, semua peralatan kedai Namira memang sengaja di desain menggunakan kayu, maka dari itu pengerjaannya pun harus di kerjakan langsung dari rumahnya.
Perempuan ini begitu lega, akhirnya satu persatu masalahnya sedikit terselesaikan, mungkin setelah pembangunan kedainya ini selesai dia tidak langsung berjualan, melainkan pergi ke Jakarta, memenuhi janjinya kepada anak laki-lakinya itu.
"Alhamdulillah, segala sesuatunya selalu di lancarkan, tetap berprasangka baik saja, dan selalu yakin, bahwa setelah badai pasti akan ada pelangi yang bersinar indah," ucap Namira seraya menasehati dirinya sendiri, agar tetap kuat berdiri menerjang semua badai kehidupan yang menghantamnya.
Selesai menyajikan makanan untuk dua tukangnya itu, tiba-tiba saja, dari arah depan para saudaranya terlihat menggebu-gebu untuk mendatangi rumahnya, Namira sudah menafsirkan sendiri, pasti setelah Bulik nya di tangkap polisi semua keluarga akan menghakimi dirinya.
Sebenarnya dalam hati Namira begitu sedih di perlakukan pilih kasih seperti itu oleh keluarga dari ibunya sendiri, namun untuk kali ini perempuan itu mencoba untuk kuat dan tidak memperlihatkan kesedihannya terhadap orang-orang yang membenci dirinya.
"Namira, apa maksudmu, memenjarakan saudara kandung dari ibumu sendiri, apa tidak ada cara lain, untuk menyelesaikan masalah ini, kau tahu Namira kalau ibumu masih hidup pasti dia akan kecewa melihat kelakuanmu seperti ini terhadap Narti," ucap Sari dengan nada datarnya namun mampu menusuk ke relung hati Namira.
"Bulik, ayo masuk dulu di dalam tidak enak dilihat para tetangga," ajak Namira dengan sopan.
"Tidak usah sok baik begitu, kau tidak malu mendatangkan polisi ke tempat kami untuk menjemput kedua orang tuaku, kenapa kita datangi seperti ini kau merasa malu," serang Ratih dengan menggebu-gebu.
"Betul sekali apa yang di katakan oleh Ratih," timpal Sari.
"Aku, hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, bukannya di negara ini siapa yang melakukan tindak kejahatan ada sangsinya, sebagai warga negara yang baik, akupun meminta bantuan polisi untuk menangani kasus ini, dari sini dimana letak kesalahanku Bude, di mana!" gertak Namira seolah membalas tatapan sinis Bude Sari terhadapnya.
Semua orang yang di sini tersulit dengan sikap Namira yang di nilai begitu berani terhadap Bude Sari, saudara tertua ibunya. "Kau jangan kurang ajar seperti ini Namira, biar pun begini Bude Sari ini saudara tertua kita," timpal Bulik Salindri.
"Kalau memang Bude Sari saudara tertua seharusnya dia menjadi penengah yang bijak bukan memihak sebelahnya saja, dari dulu aku selalu diam ketika kalian menghina diriku dan menginjak-injak harga diriku, tapi tidak untuk sekarang, aku tidak akan tinggal diam kalau ada seseorang siapapun itu yang mencoba untuk menghancurkan ku, melalui usahaku, maka kalian akan melihat sisi lain dari diriku yang sebenarnya," ungkap Namira dengan tatapan yang nyalang.
"Kau sungguh tega Mbak Namira, melakukan itu terhadap kedua orang tuaku, berapa kerugian yang kau alami bicarakan saja kepada kami berapa nominalnya, maka kami akan membayarnya, jangan dikit-dikit lapor polisi, biar apa Mbak, biar terlihat sama orang-orang kalau keluarga kita ini jahat kepada Mbak Namira," sahut Ratih yang seolah dia lah korban yang sesungguhnya.
"Kau jangan pernah membolak-balikkan fakta Ratih, apa hatimu sudah tertutup untuk menerima kenyataan ini, di sini sudah terlihat jelas bahwa kedua orang tuamu yang sengaja merencanakan dan membakar kedai ku, apa salahku kepada keluargamu Ratih, sehingga keluarga mu tega menghancurkan kedai yang selama ini aku dirikan dengan jerih payahku sendiri," ucap Namira. Yang tidak gentar sama sekali menghadapi ketiga orang ini.
"Kau tahu Ratih, di dalam rumahku ada dua anak yang harus aku penuhi nafkahnya, bagaimana nasib kedua anakku jika usaha yang selama ini aku dirikan di hancurkan begitu saja oleh tangan yang tidak bertanggung jawab seperti keluarga mu itu," imbuh Namira sambil menunjuk muka Ratih dengan jari telunjuknya.
"Tapi, semua ini bisa di bicarakan baik-baik Namira, kau selalu saja keras kepala dari dulu, lagian siapa suruh kau merawat anak orang lain dan hamil di luar pernikahan seperti ini," cibir Sari, yang tidak mau kalah.
"Cukup .... Jangan pernah kau menghina anakku, dari dulu aku sudah cukup diam kalian semua selalu menghina diriku, tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam, mereka berdua itu anakku, aku yang mencari nafkah dan membiayai mereka tanpa meminta uluran dari siapapun termasuk kalian," sergah Namira yang membuat Sari tersulut emosi.
"Yanti, lihat anakmu ini, Yanti, kau mendidiknya dengan cara apa! Sehingga anakmu ini tidak mempunyai hati bahkan dia sudah tega memenjarakan adik kandungmu sendiri dan suaminya, kau kasih nafkah apa anakmu ini sehingga memiliki watak yang begitu buruk!" teriak Sari yang seolah menyalahkan pola didik mendiang ibu Namira.
"Stop! Jangan pernah bawa-bawa nama ibuku, dan asal kalian tahu ibuku selalu mendidik ku dengan baik dan selalu mengajarkan ku untuk tidak berbuat kejahatan ataupun menghakimi seseorang, aku rasa, aku yang seharusnya bertanya kepada kalian, kenapa sifat kalian berbanding balik dengan ibukku," ucap Namira yang membuat para saudaranya terdiam.
"Kau memang benar-benar ya!" geram Sari yang sudah mengangkat tangannya keatas, beruntung Namira segera memegang tangan Sari yang hendak menamparnya.
"Jangan coba-coba untuk menyentuh pipiku Bude, kalaupun Bude mau aku hormati bersikaplah layaknya orang tua yang bijak terhadap anak-anaknya," ucap Namira sambil menurunkan tangan Sari.
Suasana di depan rumah Namira mendadak hening, semua orang yang ada di sini merasa tidak percaya kalau Namira akan berani melawan Sari yang notabennya orang paling di hargai di keluarganya.
"Namira kalau memang cara kita datang ke rumahmu ini salah tolong maafkan tindakan kita ini, tapi aku mohon, pikirkan kembali keputusanmu itu Nak, kalau memang kamu masih menganggap kami saudara tolong cabut tuntutanmu itu terhadap Narti," ucap Salindri tiba-tiba.
"Kalau masalah memaafkan aku sudah memaafkan, tapi proses hukum tetap berlanjut, aku tidak akan mencabut tuntutan itu, dan bagi anda-anda yang tidak suka dengan keputusanku, aku tidak pernah memaksa kalian untuk menyukai keputusanku ini," jelas Namira.
"Aku tidak akan pernah melupakan perlakuanmu ini, Namira suatu saat nanti pasti kau akan mendapatkan balasan yang setimpal," geram Ratih yang hendak menyerang Namira, namun segera di halangi oleh Sari dan juga Salindri.
"Sudah, jangan kau ladeni si Namira, biarkan saja dia berbuat sesuka hatinya," ucap Sari yang langsung membawa pulang Ratih dengan keadaan Ratih yang masih mengamuk.
Namira begitu hancur, bohong baginya jika dia tidak sakit hati melihat pemandangan indah di hadapannya, sebagai seorang keponakan Namira juga ingin di bela dan di perhatikan seperti yang di perbuat kedua saudara ibunya terhadap Ratih, namun sayang, semua itu hanya angan yang sulit untuk di gapai.
"Aku hanya ingin membela diriku, semua orang sudah membenci diriku, termasuk keluargaku, siapa lagi coba yang mau mencintai diriku selain aku sendiri," ucap Namira sambil melihat Ratih yang sedang di rangkul oleh Bude dan juga Bulik nya.
Perjalanan Namira masih panjang tetap temani perjuangan perempuan ini ya, dan jangan pernah bosan🙏🙏🙏🥰🥰🥰
makin penisirin rek
lanjut kak ❤️❤️❤️
semangat 🙏💕
semangat...
maaf thor bisa ga gambar judulnya di ganti soalnya aku ga tega ngeliat nya🙏🙏🙏🙏
apakah Nasa dapat menerima daddy nya
baru skrg mau menyesal nya Sam
seorg ayah yg berwibawa, tegas dan dingin bisa menjadi rapuh demi kebahagiaan anak2nya
ceritanya mkin bagus thor...
semangat 🙏💕
smoga nasa baik2 saja & mampu lepas dr jason.
lanjut kak ❤️❤️❤️