Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Menjadi Lebih Kuat
Setelah berpikir matang-matang, Lin Tian akahirnya memutuskan untuk mendaki puncak itu ketika tengah hari agar suhu udara disana sedikit lebih hangat. Itulah yang diharapkan Lin Tian namun kenyataan telah membuatnya kecewa, suhu disana sama sekali tidak ada rasa hangat sedikitpun!! Yang ada hanyalah dingin, dingin, dan dingin!!
Terlihat Lin Tian saat ini sedang bersusah payah untuk mendaki puncak tertinggi tersebut, jalan yang dilewatinya penuh dengan batu-batuan yang tertutup oleh salju tebal, memaksa Lin Tian untuk terus menyalurkan tenaga dalamnya ke telapak kaki agar tidak terpeleset. Dia juga menyalurkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuh untuk melawan hawa dingin yang menusuk ini.
Walaupun tubuhnya sudah terselimuti oleh baju tebal dan lapisan tenaga dalam akan tetapi suhu dingin yang dirasakan oleh Lin Tian saat ini benar-benar sangat mengerikan. Bahkan sekarang ini ia merasa bahwa tubuhnya seperti sudah lumpuh dan aliran darahnya sudah berhenti mengalir. Jika bukan karena tekadnya yang ingin menjadi sosok pelindung Nona mudanya, mungkin sekarang Lin Tian lebih memilih untuk mati daripada harus menghadapi semua siksaan ini.
Padahal sekarang ini Lin Tian belum tiba di puncak namun suhu disini sudah begini mengerikan apalagi yang berada di puncak. Memikirkan hal ini Lin Tian hampir putus asa, tetapi ia tetap meneguhkan hatinya dan terus melangkah.
Beberapa jam berlalu dan akhirnya Lin Tian sampai juga di puncak tertinggi Pegunungan Tembok Surga ini. Ketika sampai disana, wajah Lin Tian seperti bukan wajah manusia lagi, lebih pantas disebut sebagai wajah hantu karena mukanya sudah sangat pucat seperti sudah tidak ada lagi aliran darah yang mengalir.
"Hah...hah....hah....akhirnya sampai juga...." Gumam Lin Tian ngos-ngosan karena terus menerus mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia melihat di puncak itu sangat luas, bahkan mungkin lima kali lebih luas dari puncak tempatnya berlatih selama ini. Di sana ada sebuah telaga yang cukup besar dan ditengahnya terdapat sebuah pulau kecil yang terbuat daripada es, dari tepi daratan terlihat deretan batu-batu hitam mengkilap yang membentuk garis lurus seperti sebuah jembatan menuju kearah pulau kecil itu.
Di sebelah timur telaga itu, terdapat sebuah hamparan luas yang ditumbuhi berbagai macam rumput dan bunga, namun semua tumbuhan itu beku dan tertutup salju. Di sebelah barat telaga nampak sebuah bukit kecil yang dibawahnya terdapat goa, goa ini tidak terlalu besar namun dari tempat Lin Tian berdiri saat ini, dia bisa menyimpulkan bahwa goa ini sangatlah dalam.
Lin Tian tidak mempedulikan goa dan pemandangan tumbuh-tumbuhan beku itu, ia lebih tertarik dengan telaga yang berada di depannya, lebih tepatnya kepada deretan batu-batu itu. Melihat dari susunannya yang sangat rapi, batu-batu hitam itu seolah-olah sengaja disusun oleh seseorang untuk dijadikan sebagai jembatan ke tengah pulau.
Dengan langkah kaku karena menahan suhu dingin yang menusuk ini, Lin Tian berjalan menuju telaga tersebut. Setelah sampai, Lin Tian terkejut melihat pemandangan di depannya, pasalnya telaga itu dalamnya kurang lebih hanya setinggi mata kaki, jika begitu untuk apa dibuat jembatan batu ini?? begitulah pikir Lin Tian.
Karena penasaran, Lin Tian kemudian mencoba untuk mencelupkan tangannya ke dalam air telaga, dia merasa telaga ini tidak sesederhana seperti yang terlihat.
Dan benar saja, ketika ujung kukunya menyentuh air, kepalanya langsung terasa pening karena dinginnya air tersebut. Spontan Lin Tian langsung menarik tangannya dan bergidik ngeri, baru ujung kukunya saja rasanya sudah membuat seluruh tubuh seperti membeku apalagi jika tadi ia tidak berhati-hati dan mencelupkan seluruh tangannya.
"Hiiii...apa-apaan air ini??" Teriak Lin Tian tanpa sadar akibat keterkejutannya.
Setelah itu dia menatap deretan batu itu, tahulah ia jika batu ini memang digunakan sebagai jembatan untuk menuju ketengah telaga. Tanpa ragu-ragu lagi, Lin Tian lalu melangkahkan kakinya untuk melewati jembatan batu itu, ia memang hendak pergi ke pulau kecil tersebut untuk dijadikan tempat bermeditasi di puncak ini.
Ketika sampai di pulau, Lin Tian kembali dikejutkan dengan fenomena aneh lainnya. Ketika Lin Tian menginjakkan kakinya di pulau itu, walau suhu disekitarnya masih terbilang dingin, namun jauh lebih baik dibandingkan suhu didaratan bahkan suhu di pulau ini bisa dibilang lebih hangat jika dibandingkan dengan puncak gunung yang dijadikan tempat berlatih Lin Tian selama tujuh tahun lamanya.
"Ada apa ini sebenarnya." Ucap Lin Tian heran dengan semua fenomena aneh yang dialaminya.
"Huh...terserahlah, semoga saja semua ini bukanlah hal yang buruk." Akhirnya Lin Tian memilih tidak mempedulikan semua itu dan langsung duduk bersila untuk bermeditasi.
Lin Tian mulai mengambil nafas panjang untuk memfokuskan pikirannya, tak lama kemudian ia menutup matanya untuk memulai meditasinya. Namun....
"Deggg!! uhuukkk....!!"
Tiba-tiba jantung Lin Tian serasa berhenti dan pemuda ini langsung memuntahkan darah segar.
Lin Tian membulatkan bola matanya karena kaget sekaligus heran. Dia baru saja menyerap sedikit hawa dingin disekitarnya namun entah mengapa sensasi dingin itu rasanya sama persis seperti ketika ia menyentuh air telaga. Yang membuatnya terkejut adalah pulau disini seharusnya memiliki suhu yang lebih hangat dibanding dengan didarat bahkan dengan air telaga, namun kenapa ketika dia mencoba untuk menyerapnya, suhu disana tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin mengerikan??
"Uhuukk....uhukk...tempat yang mengerikan." Gumam Lin Tian sambil memegangi dadanya yang sesak.
Dia tidak mau menyerah begitu saja, Lin Tian lalu mencoba bermeditasi sekali lagi namun kali ini ia lebih berhati-hati dari sebelumnya. Memang awalnya terasa sangat dingin seperti akan membekukan jantung Lin Tian, tetapi lama kelamaan dia mulai terbiasa dan mampu menyerap hawa dingin disana tanpa masalah sedikitpun.
*******
Sudah seminggu lamanya Lin Tian duduk di tengah pulau itu untuk bermeditasi tanpa bergerak sedikitpun. Hari ini dia akhirnya membuka matanya.
"Haaaaaaaahhhh....."
Terlihat sebuah kabut tipis keluar dari helaan nafas Lin Tian.
Dia kemudian bangkit berdiri dan melihat sekeliling, tidak ada yang berubah. Lin Tian tak sadar jika dia sudah duduk diam disitu selama sepekan lamanya tanpa makan dan minum sedikitpun. Lalu ia langsung melesat cepat melewati deretan batu-batu hitam itu untuk kembali ke daratan.
Lin Tian heran karena merasa bahwa suhu disekitarnya terasa biasa-biasa saja, sungguh sangat jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum ia bangun dari meditasinya.
Lalu ia terpikirnya sesuatu yang tiba-tiba membuatnya penasaran.
" Hm...bagaimana jadinya jika aku mencelupkan tanganku ke air telaga sekarang ini? apakah masih sama seperti dulu?" Demikianlah pikir Lin Tian dalam hati.
Tanpa ragu-ragu lagi, Lin Tian langsung mencelupkan tangannya sedalam pergelangan tangan kedalam telaga tersebut. Aneh, sama sekali tidak menyiksa seperti dulu. Hal ini tentu membuat Lin Tian merasa sangat senang karena itu berarti bahwa kemampuan tenaga dalamnya saat ini sudah meningkat pesat.
"Hahahahaha....luar biasa!! tidak sia-sia aku hampir mati untuk mendaki gunung ini."
Kemudian Lin Tian melakukan serangkaian gerakan dari Ilmu Silat Halimun Sakti ciptaannya, Lalu ia memukulkan telapak tangannya ke arah air telaga itu.
"Booommm!! byuuur!!"
Hasilnya sungguh luar biasa, hawa pukulannya mampu menciptakan sebuah ombak besar yang bergulung-gulung dari air telaga tersebut.
"Woow...."
Lin Tian berdecak kagum karena terkejut dengan kekuatannya sendiri.
"Hahaha...bagus!! dengan begini aku bisa segera menyusul Nona muda. Tunggulah kedatangan saya Nonaaaaa!!" Lin Tian berteriak penuh semangat dan hendak berlari untuk menuruni puncak itu, namun perhatiannya secara tidak sengaja tertuju kepada sebuah goa yang berada di sebelah barat telaga.
Lin Tian tiba-tiba menghentikan kakinya dan berdiri memandangi goa tersebut, entah mengapa ia merasa sangat penasaran dengan isi goa itu.
"Tunggu sebentar lagi Nona." Akhirnya tanpa sadar Lin Tian melangkahkan kakinya menghampiri goa tersebut.
|•BERSAMBUNG•|