seorang gadis "bar-bar" dengan sikap blak-blakan dan keberanian yang menantang siapa saja, tak pernah peduli pada siapa pun—termasuk seorang pria berbahaya seperti Rafael.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lince.T, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan untuk perang
Pagi itu, Liana bangun dengan perasaan campur aduk. Ia menatap langit yang cerah dari jendela apartemennya, namun bayang-bayang malam sebelumnya masih mengisi pikirannya. Keputusan untuk terlibat lebih jauh dalam dunia Rafael bukanlah keputusan yang mudah. Namun, ia tahu, setelah kata-kata terakhir Rafael semalam, tidak ada jalan kembali. Dunia ini sudah menjadi bagian dari dirinya, dan ia harus bersiap menghadapinya.
Liana bergegas menyiapkan diri, mengenakan pakaian yang lebih praktis dari biasanya. Sebuah kemeja hitam ketat dan celana jeans gelap, membuatnya tampak siap untuk bertindak. Sesaat, ia berhenti di depan cermin dan menatap pantulan dirinya, merasa sedikit asing. Dulu, hidupnya sederhana—tanpa ancaman, tanpa keterlibatan dalam pertempuran dunia bawah tanah. Namun sekarang, entah apa yang ia cari, ia sudah terjebak di dalamnya.
Ketika ia keluar dari apartemennya, Victor sudah menunggu di luar, berdiri di samping mobil hitam mewah yang tampak seperti mobil dinas. Liana hanya mengangguk tanpa berkata banyak, lalu memasuki mobil itu. Victor yang duduk di kursi depan memulai percakapan dengan tenang, namun Liana tahu ada ketegangan yang mengendap di udara.
“Kamu sudah siap?” tanya Victor, suaranya serius namun tidak sepenuhnya dingin.
Liana menatap lurus ke depan. “Aku nggak tahu. Tapi aku nggak punya pilihan.”
Victor mengangguk, lalu menoleh sejenak padanya. “Memang tidak ada pilihan. Tapi ini bukan hanya tentang bertahan hidup. Ini soal bagaimana kita bisa mengubah permainan.”
Liana menatapnya, penasaran. “Mengubah permainan? Maksudnya?”
Victor tersenyum sedikit. “Darius tidak hanya datang untuk mengalahkan Rafael. Dia ingin menghancurkan semuanya. Jika kita tidak bergerak cepat, kita akan terjebak dalam permainan yang sudah dirancang untuk kita kalah.”
Liana mencerna perkataan Victor itu. Sepertinya, apa yang ia pikirkan selama ini tentang dunia ini—hanya sekadar perkelahian antar mafia—ternyata jauh lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan. Darius bukan hanya musuh biasa. Ia adalah ancaman yang lebih dari sekadar orang yang ingin menguasai wilayah.
Mobil berhenti di sebuah gedung tinggi yang tampaknya tidak jauh berbeda dari tempat-tempat yang biasa dilihat Rafael. Di dalamnya, suasana tampak sangat berbeda—ada orang-orang yang bergerak cepat, berbicara dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka yang benar-benar tahu dunia ini.
Victor mengarahkannya ke sebuah ruang rapat besar, di mana Rafael sudah menunggu bersama beberapa orang lainnya. Liana bisa merasakan udara yang penuh ketegangan di dalam ruangan itu. Ada beberapa orang yang dikenal Victor, dan mereka semua tampak serius. Di ujung meja, Rafael duduk dengan tangan terlipat, menatap layar monitor besar yang menampilkan peta kota.
“Kamu sudah datang,” Rafael berkata, suaranya tenang namun penuh perintah. “Kami sudah mempersiapkan semuanya.”
Liana duduk di kursi yang disediakan, mencoba untuk tidak terlihat gugup. Semua ini terasa begitu asing baginya, namun ia tahu, jika ia tidak ikut terlibat sepenuhnya, ia akan menjadi sasaran selanjutnya.
“Darius sudah mulai bergerak,” Rafael melanjutkan, matanya masih menatap peta. “Ini bukan hanya soal kita melawan mereka—kita harus menyerang mereka dulu sebelum mereka bisa menyusun serangan lebih besar.”
Liana mengangkat alis, penasaran. “Bagaimana caranya? Apa yang kita lakukan?”
Rafael menatapnya dengan tatapan tajam. “Kita akan menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk mengalahkan mereka. Darius merasa aman dengan pasukannya, dan itu adalah kelemahan terbesar mereka. Kita akan mengubah cara mereka melihat kita. Dan untuk itu, kita perlu seseorang yang bisa bergerak cepat, tanpa terdeteksi.”
Liana menatap Rafael dengan rasa tak percaya. “Kamu serius? Kau ingin aku melakukan ini?”
“Bukan hanya kamu. Kami semua akan terlibat, tetapi kamu yang memiliki cara untuk menyusup ke tempat-tempat yang tak bisa dijangkau oleh kami.” Rafael menjelaskan sambil menatapnya. “Kamu yang tahu bagaimana bergerak di antara mereka, Liana. Kamu yang bisa mengakses tempat-tempat yang mereka anggap aman.”
Liana merasa sedikit terkejut, namun ia mencoba untuk tetap tenang. “Dan bagaimana aku bisa tahu mereka tidak akan membunuhku begitu aku tiba di sana?”
Victor yang berada di sampingnya mengangguk. “Itulah sebabnya kita harus membuat mereka berpikir kamu ada di pihak mereka. Mereka harus yakin bahwa kamu adalah bagian dari rencana mereka. Kita akan memanfaatkan informasi yang sudah kita dapatkan.”
Liana terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan itu. Ia tidak pernah merasa begitu berbahaya sebelumnya. Namun, di balik semua itu, ia tahu ada satu hal yang mengikatnya pada Rafael—dan itu adalah rasa ingin tahu tentang apa yang sebenarnya ada di balik semua ini. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertempuran. Sesuatu yang memancing hatinya, meski ia berusaha untuk mengabaikannya.
“Aku setuju,” jawab Liana akhirnya, suaranya penuh keyakinan. “Tapi aku ingin tahu lebih banyak. Apa yang benar-benar terjadi di balik layar semua ini?”
Rafael menatapnya tanpa bicara, lalu perlahan ia berdiri. “Semua akan terungkap pada waktunya. Tapi untuk sekarang, kamu harus siap. Kita tidak punya waktu.”
Liana mengangguk, dan saat itu, ia menyadari bahwa hidupnya sudah berubah selamanya. Dunia yang ia kenal kini sudah hilang, dan ia tidak bisa lagi mundur. Ia harus berjuang untuk dirinya sendiri, untuk Rafael, dan untuk masa depan yang tidak pernah ia bayangkan.Rafael menatap Liana dengan tajam, seolah menilai sesuatu yang lebih dalam darinya. Tatapannya penuh kepercayaan, tetapi ada juga ketegasan yang sulit dipahami. Liana bisa merasakannya, ada yang lebih dari sekadar perintah di mata Rafael. Ada suatu tantangan yang ia tahu harus ia hadapi, meskipun tidak sepenuhnya siap.
"Liana," suara Rafael kali ini sedikit lebih lembut, namun tetap menggema penuh perintah. "Kamu harus ingat, dunia ini tidak memaafkan kelemahan. Apa yang kamu pilih untuk lakukan sekarang akan menentukan jalannya hidupmu. Darius tidak hanya ingin menguasai. Dia ingin menghabisi kita semua. Jadi, jangan pernah ragu. Setiap keputusan yang kamu ambil akan berkonsekuensi besar."
Liana mendengarkan setiap kata Rafael dengan serius. Meski rasanya semua ini lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, ia tahu tak ada pilihan lain. Dunia ini, yang semula begitu asing, kini telah menyelimutinya.
"Tentu," jawab Liana akhirnya, suara tegas dan mantap meskipun hatinya masih bergelora. "Aku akan melakukannya."
Rafael mengangguk, tampaknya puas dengan jawaban itu. "Langkah pertama adalah menyusup ke dalam. Darius punya banyak orang yang setia, dan kita butuh informasi dari mereka. Kamu akan memulai dari sana. Kau sudah terbiasa berbaur dengan orang-orang seperti mereka, kan?"
Liana mengangguk. Itu bukan hal baru baginya. Dunia bawah tanah, tempat di mana orang-orang datang dan pergi begitu saja, bukan sesuatu yang asing. Meskipun ia bukan bagian dari dunia itu sebelumnya, ia tahu bagaimana beradaptasi.