Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Argggh! Ternyata seperti ini rasanya patah hati. Rasanya lebih menyakitkan dari yang pernah aku rasakan saat hubunganku dengan Kenan berakhir dulu." pekik Angela sembari mengusap air matanya dengan kasar.
Sebelum pulang ke rumah, Angela mampir terlebih dahulu ke sebuah danau yang lumayan sepi. Gadis itu menangis sejadi-jadinya di sana, hanya untuk meluapkan kesedihannya setelah mengetahui Arayan sudah memiliki seorang kekasih.
"Dasar stress!" cibir seseorang yang kebetulan ada di danau itu pula dan memperhatikan Angela sedari tadi, namun Angela tak bergeming sedikitpun. Angela hanya ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum ia pulang ke rumah.
"Apa kau melupakan janjimu Arayan? Kenapa kau tidak mencariku dan malah menjalin hubungan dengan wanita lain?" lirih Angela sembari melempar batu kerikil ke tengah danau.
Cukup lama Angela menghabiskan waktunya di danau itu. Setelah perasaannya mulai membaik, barulah Angela memutuskan untuk pulang.
***
"Sayang kau kenapa?" cemas Emily saat melihat sang putri datang dalam keadaan mata sembab, rambut berantakan serta pakaian yang kusut.
"Aku sedang patah hati mah." gadis cantik itu menghamburkan dirinya dalam pelukan sang mama, dan kembali menangis sejadi-jadinya di sana.
"Apa kau bilang patah hati?" tanya Emily dengan dahi yang mengkerut.
"Pacaran saja tidak pernah, bagaimana mungkin kau bisa patah hati? Hahaha..." cicit Emily diakhiri tawa renyah.
"Mama!" kesal Angela saat perasaannya jadi bahan cibiran wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu.
"Sudah, sudah! Lebih baik kau segera bersiap! Karna sebentar lagi Dafa dan keluarganya akan datang." Titah Emily sembari menarik tangan Angela menuju kamarnya.
"Tapi mah, aku sangat lelah. Setidaknya biarkan aku istirahat sebentar." pinta Angela, suasana hatinya sedang buruk sekarang. Ia jadi malas melakukan kegiatan apapun.
"Tidak ada waktu lagi sayang. Dafa bilang, dia sudah dalam perjalanan menuju ke rumah kita. Jadi kau hanya punya waktu 15 menit untuk bersiap. Mengerti!" ucap Emily dengan lugas.
"Whatt! 15 menit?" pekik Angela. Mana bisa ia bersiap dalam waktu sesingkat itu.
"Hem, salahmu sendiri pulang terlambat. Mamakan sudah peringatkan untuk pulang cepat hari ini."
"Tapi mah..."
"Sayang, semakin lama kita berdebat. Waktumu untuk bersiap akan semakin berkurang!" Emily mengingatkan sembari berkacak pinggang.
"Iya mah..." dengan langkah gontai, gadis cantik itu akhirnya berjalan menuju kamar mandi.
"Ckckck. Usianya sudah hampir 25 tahun dan merupakan dokter terbaik di rumah sakit. Tapi lihatlah kelakuannya masih seperti anak berusia 5 tahun saja." gumam Emily sembari meletakan jas kedokteran dan tas milik sang putri yang semula berserakan di atas lantai ke tempatnya.
"Bagaimana kehidupannya setelah menikah nanti? Semoga suaminya akan sabar menghadapi dia." ucap ibu dua orang anak itu lagi.
Bruk!
"Suara apa itu?" jantung Emily seperti akan jatuh dari tempatnya saat sebuah buku tiba-tiba terjatuh dari atas meja.
"Oh hanya buku terjatuh." Emily mengambil buku yang terjatuh tadi, lalu kembali meletakannya di atas meja.
Bruk!
Namun tak lama setelah Emily meletakan buku itu di atas meja, buku itu kembali terjatuh.
"Junior, aku tahu kau tidak suka mendengar aku membicarakan Angela. Tapi gadis itu harus diingatkan agar ada pria yang mau menikahinya dan dia tidak jadi perawan tua." ucap Emily entah pada siapa, karna hanya dia sendiri saja yang ada di kamar itu sekarang.
Namun Emily sangat yakin, yang telah menjatuhkan buku tadi adalah Junior. Teman gaib Angela sedari kecil.
"Jadi jangan menggangguku lagi!" ucap Emily sembari meletakan buku tersebut kembali di atas meja. Emily bersikap seolah tidak takut pada mahluk tak kasat mata itu, padahal hatinya menciut juga.
Bruk! Bruk! Bruk!
Namun bukannya berhenti, Junior malah semakin menjadi. Kini bukan hanya buku saja yang terjatuh, tapi semua benda yang ada di atas meja juga.
"Akkkkkk!!!!" Teriak Emily ketakutan, sembari berlari meninggalkan kamar Angela.
"Mah, ada apa?" Angela segera keluar dari kamar mandi setelah mendengar suara jeritan sang mama.
"Dimana mama? Apa kau mengganggunya lagi?" tanya Angela pada Junior.
"Wanita menyebalkan itu berbicara hal jelek tentangmu Angela. Jadi aku memberinya sedikit pelajaran." balas Junior tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Junior, bukankah sudah aku bilang kalau wanita menyebalkan itu adalah mamaku. Jadi kau tidak boleh berbuat seperti itu kepadanya. Paham!" Angela menasihati Junior, sama seperti sedang menasehati adiknya sendiri jika telah berbuat nakal.
"Apa semua mama itu seperti mamamu Angela? Menyebalkan dan suka seenaknya. Sama seperti ibuku." Junior kembali teringat pada sosok sang ibu semasa mereka masih hidup.
"Ibuku telah meninggalkan aku dan tidak pernah mencariku lagi." cicit Junior dengan netra berkaca-kaca.
Saat itu Junior dan ibunya sedang mencari tanaman obat di hutan. Tapi mereka berdua terpisah, Junior tersesat dan tak tahu arah jalan pulang hingga meninggal di hutan tersebut karna dehidrasi dan kelaparan.
Dan puluhan tahun kemudian, hutan itu telah berubah jadi perumahan elit. Tempat jasad Junior berada kini telah menjadi kamar Angela, karna itulah mereka jadi berteman baik.
Bersambung.
apa dia berani ngungkapin perasaannya ke Ara yang g y
semangat nulis dan sehat selalu tor👍