Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Sesuai janjinya, sore hari Jovan mengantar Rara periksa kandungan. Sebenarnya tubuhnya masih sedikit lelah, tapi infromasi yang dia dapat, dokter kandungan rekomendasi temannya praktek sore ini. Mencari dokter kandungan wanita memang sedikit sulit, karena rata-rata, dokter kandungan laki-laki. Setelah mendapatkan beberapa pelecehan di kantor dan pelecehan verbal di media sosial, Rara masih sedikit trauma. Dia tak ingin disentuh laki-laki, meski itu dokter, dia takut akan kembali dilecehkan jika tahu jika dia adalah wanita di video viral tersebut.
Melihat banyaknya orang di rumah sakit, Rara yang hendak masuk ke lobi, menghentikan langkahnya. Di balik cadar, wajahnya pucat pasi, tangannya gemetar, dan keringan dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya.
"Kenapa?" Jovan menoleh, menatap Rara.
"A, aku takut."
Jovan bisa merasakan tangan Rara yang basah dan dingin. Dia tahu, wanita itu masih takut untuk bertemu orang banyak, efek dari video viral mereka.
"Ada aku," Jovan mengeratkan genggaman tangan mereka. "Gak usah takut, gak ada yang ngenalin kamu."
"Tapi.... " dia menatap Jovan.
"Semua akan baik-baik saja," sebelah tangan Jovan mengusap lengan Rara.
Setelah mendaftar dan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti berat badan, tensi dan lain-lain, Rara dan Jovan menunggu di depan poli kandungan. Rara sedikit gelisah saat merasa jika beberapa mata menatap ke arahnya.
"Gak usah cemas," bisik Jovan. "Mereka bukan mengenali kamu, cuma biasalah, orang yang pakai cadar, kadang masih suka jadi pusat perhatian. Gak usah takut."
Rara mengangguk sambil mengeratkan genggaman tangannya dan Jovan.
"Mau minum gak, aku beliin?"
Rara menggeleng. "Kamu disini aja." Saat ini bukan minum yang dia butuhkan, melainkan rasa nyaman dari keberadaan Jovan disisinya.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya tiba giliran Rara. Mereka berdua lalu masuk ke ruang pemeriksaan.
"Ini kantung janinnya." Dokter Aini menunjuk titik kecil yang ada di layar. "Usianya sekitar 5 minggu dan ukurannya sesuai. Detak jantung belum terdengar, mungkin pada pemeriksaan berikutnya akan terdengar."
Jika Rara hanya diam saja, beda halnya dengan Jovan, banyak sekali pertanyaan yang dilayangkan oleh pria itu. Hal itu membuat Rara senang, karena Jovan tidak berbohong tadi, pria itu sayang anaknya, dia excited sekali menyambut anak pertamanya. Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba sedikit terusik saat dia ingat Dista. Bagaimana jika Dista sebentar lagi hamil. Mungkinkah sayang Jovan pada anak dalam kandungannya akan masih sama, atau akan berkurang karena ada anak lainnya, anak dari wanita yang dia cintai.
Setelah dari dokter, Jovan bersama Rara langsung pulang, bukan ke rumah Jovan, tapi ke rumah Rara. Dalam perjalanan, Rara melepas cadarnya karena dia ingin makan donat. Di depan rumah sakit tadi ada toko donat, dan dia mampir untuk beli dua kotak.
"Mau?" Rara mendekatkan donat yang baru dia keluarkan dari kotak ke depan mulut Jovan. Namun tiba-tiba, dia menarik kembali donat tersebut. "Maaf lupa, Pak bos gak makan manis setelah jam 6 malam." Bisa-bisanya dia lupa hal sepenting itu. Dia lalu memakan sendiri donat tersebut.
"Bilang aja mau dihabiskan sendiri," Jovan menoleh sekilas ke arah Rara sambil tersenyum.
"Kamu kan takut banget perutnya buncit," cibir Rara. "Takut saingan sama aku kan?"
Jovan langsung tergelak. "Meski aku ngabisin satu kotak donat, bakal lebih menang kamu." Dia menggerakkan tangannya, membentuk setengah lingkaran di depan perut.
"Mana sembilan bulan pula, nunggu kempesnya," Rara tertawa cekikikan.
Disaat mereka tengah asyik becanda, ponsel Jovan tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari Dista.
"Jawab aja," Rara memberi izin.
Setelah memasang earphone, Jovan menjawab panggilan dari Dista. "Iya, Dis."
"Kamu dimana, Mas?"
Jovan melihat ke arah Rara. "Aku baru pulang dari rumah sakit, nganter Rara periksa kandungan."
Rara mengalihkan pandangan ke arah jendela sebelahnya. Berusaha untuk tidak menyimak obrolan mereka. Beberapa saat yang lalu, dia terbuai, merasa jika Jovan adalah miliknya sendiri, namun dia langsung ditampar kenyataan, jika suaminya itu, bukan hanya miliknya, tapi milik wanita lain juga.
Saat memutuskan untuk dipoligami, dia fikir semuanya akan berjalan mudah, dia hanya perlu memikirkan cara untuk balas dendam pada Dista, tapi ternyata, berat. Jalan balas dendam yang dia pilih, membuat hatinya tersiksa, sakit.
Sesampainya di rumah, Jovan memarkirkan mobilnya di depan rumah. Di halaman, ada sebuah mobil yang terparkir disana.
"Ada tamu, Ra?"
"Itu mobilnya Bang Haidar."
"Untuk apa dia kesini?"
Rara tersenyum. "Ya main lah, Bang. Ini kan rumah Om nya." Dia melepas seatbelt lalu turun bersama Jovan. Rara menoleh sambil mengerutkan kening ketika berjalan masuk, tiba-tiba Jovan menarik tangannya lalu menggenggamnya.
"Assalamu'alaikum," ucap Rara sambil memasuki rumah yang dalam kondisi terbuka itu.
"Waalaikumsalam," sahut beberapa orang dari dalam. Rupanya mereka tengah berkumpul di ruang keluarga saat Rara dan Jovan masuk. Selain Haidar, ada juga kedua orang tuanya disana. Jovan dan Rara langsung mendekat untuk mencium tangan para orang tua.
"Kamu kenapa, Ra?" Ternyata sebelum Mama Rere, Haidar malah lebih dulu melihat luka di pipi Rara, bekas cakaran Dista.
"Em.... gak papa, Bang."
Gara-gara itu, semua orang langsung memperhatikan wajah Rara, termasuk Mama Rere yang langsung memegang dagu putrinya, memperhatikan luka di pipi.
"Kamu apain Rara?" Haidar langsung berdiri, mendorong bahu Jovan.
sana sini udah kek WC umum istri tersayang Jovan...
nikmati hasil jebakanmu Dista...
goyang gih sampe gempor 🤣🤣🤣🤣
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..