Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #14
Malam hari.
Pukul delapan malam, Abi memutuskan untuk pergi ke rumah Anaya. Dia akan menjelaskan semuanya tentang kekeliruan yang sudah di lakukan lima tahun lalu hingga membuat kehidupan Naya hancur dan terlantar.
Mobil milik Abi telah sampai di halaman rumah sederhana milik Naya, dia turun dari mobil dan melihat jika warung milik Naya sudah tutup.
"Tumben sekali jam segini warungnya sudah tutup." Abi bergumam pelan.
Dia segera mengetuk pintu setelah sampai di teras rumah Anaya.
Tok tok.
Anaya yang sedang menemani Al di dalam kamar langsung menajamkan pendengarannya, terlihat Al sudah memejamkan mata lalu Naya bangkit dari ranjang dan pergi membuka pintu. Dia sangat penasaran siapa orang yang bertamu malam-malam begini.
Ceklek
Pemandangan yang Naya lihat pertama kali adalah senyum di bibir milik Abi, raut wajah Anaya berubah ketika dia tahu siapa yang datang.
"Ada keperluan apa Anda datang ke rumah saya?" Anaya bertanya dengan ketus.
"Aku ingin mengatakan sesuatu, penting."
"Saya sedang tidak ada waktu, lain kali saja." Anaya ingin menutup pintu tetapi Abi dengan cepat menahannya.
"Naya, aku mohon dengarkan penjelasanku sepuluh menit saja." pinta Abi memohon.
Anaya memberikan kesempatan pada Abi karena dia pun ingin tahu apa motif Abi memaksanya bercinta.
Mereka berdua duduk di kursi teras.
"Waktu Anda di mulai dari sekarang." ujar Naya jutek.
"Naya, lima tahun yang lalu aku memiliki masalah besar hingga tanpa sengaja aku merenggut kesucianmu."
"Aku tidak ingin mendengar hal itu lagi."
"Maaf." Abi menatap Naya dengan sendu.
"Kekasihku menikah dengan sepupuku sendiri, aku frustasi dan patah hati sampai aku meminta pada asisten pribadiku agar dia mencarikan wanita penghibur untukku."
Naya tetap menatap lurus ke depan tanpa berniat menjawab atau melihat Abi.
"Aku pikir wanita penghibur itu adalah dirimu karena asisten pribadiku mengatakan jika wanita itu akan datang setelah jam makan siang. Aku sengaja mematikan lampu karena tidak ingin wanita itu melihat wajahku." Abi menunduk.
"Apa sudah selesai?" Naya akhirnya bersuara tetapi bukan untuk menjawab melainkan memberi kode agar Abi cepat menyelesaikan pembicaraan ini.
"Naya, aku mohon berikan aku kesempatan untuk membahagiakan kalian berdua. Aku benar-benar menyesal tidak mendengarkan ucapanmu waktu itu saat kamu mengatakan jika kamu bukanlah wanita penghibur melainkan hanya pengantar bunga."
"Apa saya harus menerima permintaan Anda?"
"Setidaknya berikan aku sekali saja kesempatan. Selama lima tahun ini aku sudah mencarimu, sewaktu aku sudah merenggut kesucianmu asisten pribadiku mengatakan jika wanita penghibur pesanku sedang ada masalah jadi dia datang terlambat. Disitulah aku mulai bingung dan kembali ke hotel tetapi kamu sudah tidak ada lagi disana. Aku mencoba mencari info tentangmu hingga aku menemukan kenyataan jika kamu hanya tinggal bersama Bibimu dan saat kamu dinyatakan hamil, Bibimu langsung mengusirmu dari rumah." Abi mengeluarkan gelang milik Anaya.
"Ini adalah gelang milikmu yang tertinggal di hotel waktu itu, aku masih menyimpannya dan membawanya kemanapun aku pergi."
Anaya menoleh dan menatap Abi, dia melirik gelang yang ada di telapak tangan Abi.
"Aku yakin jika kamu masih mengingat gelang ini."
Anaya mengambil gelang itu dengan tangan gemetaran, dia bingung harus melakukan apa.
"Gelang ini peninggalan Almarhumah Ibuku." lirih Naya sedih sekaligus terharu karena dia menemukan gelang itu .
Abi tersenyum tipis saat melihat raut wajah Naya yang tampak terharu.
"Jadi, apa kamu mau memberikan aku kesempatan? Aku mempunyai bukti chatting dengan asisten pribadiku saat memintanya agar mencarikan wanita penghibur untukku, aku juga punya bukti jika selama ini aku memang mencarimu." Abi mencoba membuat Naya mengerti.
Naya menatap manik mata Abi yang memancarkan kejujuran sejenak kemudian dia melihat gelangnya kembali.
"Aku—" Naya menarik nafas lalu menghembuskan pelan.
Naya tidak ingin menjadi egois dan menjadi pemisah antara Ayah serta anaknya.
"Aku akan memberikan kesempatan pada Anda tetapi jika aku melihat Al bersedih maka jangan harap aku akan kembali memberikan Anda kesempatan." ucap Naya serius.
"Aku pasti tidak akan mengecewakanmu, Naya." Abi tersenyum bahagia dan lega.
Naya terus menatap gelang miliknya, dia sangat merindukan gelang itu.
🌺🌺🌺🌺🌺
Pagi hari.
Abi datang ke rumah Anaya pukul enam pagi, dia sangat bersemangat untuk memulai harinya melakukan pendekatan dengan Anaya. Abi akan mencoba mengambil hati Anaya lalu mengajaknya menikah. Abi tidak ingin menjadi egois serta tidak bertanggungjawab dengan cara membiarkan anaknya dan Naya.
Anaya heran karena suara deru mobil terdengar di halaman rumahnya sementara hari masih pagi buta.
"Ma, siapa yang datang?" Al menatap Naya.
Anaya menggeleng. "Mama juga gak tahu, ayo kita lihat keluar."
Naya dan Al keluar dari rumah, betapa terkejutnya mereka saat melihat Abi yang sudah berdiri tegak di depan pintu.
"P—pak Abi!" pekik Naya kaget.
Abi hanya memasang wajah imut dengan senyum yang tak pernah surut dari bibirnya.
"Selamat pagi, anak Papa." Abi menyapa Al dengan rasa bahagia.
Al mendongak guna menatap Naya lalu melirik Abi, dia heran mengapa Anaya diam saja saat Abi datang ke rumah dan memanggilnya dengan sebutan anak sementara kemarin Anaya begitu marah besar ketika mendengar Abi memanggilnya dengan sebutan anak.
"Ma?" Al seakan meminta penjelasan.
"Tidak apa, Nak. Semuanya baik-baik saja." Anaya pun mengerti akan panggilan Al.
Al menghambur ke dalam pelukan Abi dengan senyum bahagia di bibirnya.
"Papa kok udah ada disini? Padahal masih pagi."
"Papa sengaja datang pagi-pagi karena ingin mengajak Al jalan-jalan, mau gak?''
"Mau-mau! Tapi, Al tanya ke Mama dulu."
Al menarik jari tangan Anaya lalu dia bertanya. "Ma, Al boleh gak jalan-jalan sama Papa?"
Anaya melirik Abi sejenak, terlihat wajah Abi sangat segar pagi ini.
"Apa Papa kamu tidak bekerja?''
"Sekertaris pribadiku sudah menghandle semuanya dan beberapa hari ini aku hanya ingin bersama dengan Putraku tanpa ada hambatan apapun."
Anaya menghela nafas. "Pergilah, tetapi aku minta jangan pulang lama-lama. Aku sangat kesepian jika tidak melihat Al beberapa jam saja."
"Hore!" Al pun bersorak gembira.
Kebetulan sekolahnya libur karena baru selesai mengikuti olimpiade.
Al langsung masuk ke dalam rumah untuk segera bersiap.
"Al menang lomba olimpiade kemarin 'kan?"
Naya mengerutkan dahi. "Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Nay, aku mohon jangan panggil aku dengan sebutan Anda karena itu terdengar sangat formal."
Anaya hanya diam saja. "Sebaiknya Anda jawab saja pertanyaanku, bagaimana Anda bisa tahu jika Al menang lomba kemarin?'
"Al mengabariku lewat sambungan telepon.''
Naya terperangah mendengar jawaban Abi. 'Berarti selama ini mereka sudah sering berkomunikasi? Anak itu benar-benar bijak dan licik.' batin Naya dalam hati merutuki ke pintaran Al hingga dirinya sampai tidak tahu apa yang Al lakukan.
Al sangat pintar memanfaatkan situasi dan melakukan sesuatu tanpa diketahui oleh banyak orang termasuk Mamanya sendiri. Tetapi meskipun seperti itu, hal yang Al lakukan selalu berdampak positif.
•
•
•
**Tbc
😍😍😍💖💖💖💖