Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?
“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Kaset yang Tertinggal
Hari itu terasa berbeda. Danu yang biasanya santai dan cuek, tiba-tiba muncul dengan wajah yang sedikit lebih serius dari biasanya. Di tangan kanannya, ada sebuah kotak kaset baru yang dia bawa dengan sangat hati-hati, seolah benda itu lebih berharga dari apapun. Ketika Rina melihatnya, dia tidak bisa menahan rasa penasaran. Setiap kali Danu memberinya kaset, itu selalu berarti sesuatu yang spesial. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dari cara Danu memegang kaset itu, dan hal itu membuat hati Rina berdegup lebih cepat.
“Ini,” Danu menyerahkan kotak kaset itu, “Untukmu, Rina.”
Rina menerima kotak itu dengan canggung. Ia berusaha menunjukkan wajah tenang, meskipun hatinya mulai penuh dengan pertanyaan. Apa yang akan ditemukan dalam kaset ini? Apakah ada pesan tersembunyi lagi seperti yang pernah ada dalam kaset-kaset sebelumnya? Apakah Danu mencoba mengungkapkan sesuatu dengan cara yang lebih dalam kali ini? Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan, tetapi ia berusaha tidak terlalu berpikir jauh.
“Terima kasih,” jawab Rina pelan, berusaha tersenyum sambil menatap kotak kaset di tangannya.
Danu tidak berkata apa-apa lagi setelah itu. Dia hanya memberi senyum singkat, lalu pergi meninggalkan Rina yang masih memegang kotak kaset tersebut. Seperti biasa, Danu lebih memilih untuk tidak menjelaskan apa-apa lebih lanjut. Rina pun berjalan menuju kelas dengan perasaan yang semakin campur aduk.
Di dalam kelas, perhatian Rina tidak bisa terfokus pada pelajaran. Matanya berkali-kali melirik ke arah tasnya yang diletakkan di samping meja, tempat di mana kotak kaset itu masih berada. Di luar sana, dunia seolah berhenti sejenak. Apa maksud Danu? Mengapa kaset itu berbeda? Danu selalu memberi kaset yang bagus, tetapi kali ini, dia terlihat begitu serius.
Sesampainya di rumah, Rina langsung menuju kamarnya dan membuka kotak kaset itu. Pita kaset dengan label tulisan tangan "Untuk Rina" di atasnya membuat jantungnya semakin berdebar. Dalam hati, ia berharap kaset itu akan memberikan jawabannya—jawaban atas kebingungannya selama ini tentang perasaan Danu yang sulit dimengerti. Ia menaruh kaset itu di pemutar kasetnya, lalu menekan tombol play.
Saat suara pertama dari kaset itu keluar, Rina merasa seolah ia mendengar suara hati Danu yang sebenarnya. Lagu pertama yang mengalun adalah lagu yang sudah sering mereka dengar bersama, sebuah lagu yang ringan dan ceria, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Tidak seperti biasanya, kali ini lagu itu terasa lebih dalam, seolah ada pesan yang terselip di balik setiap liriknya. Rina mendengarkan dengan seksama, berharap bisa menangkap apa yang ingin disampaikan Danu.
Setelah lagu pertama selesai, lagu kedua dimulai, dan Rina merasakan sebuah perubahan dalam atmosfer kaset itu. Lagu-lagu yang disajikan kali ini lebih serius, lebih introspektif, dan terdengar lebih puitis. Ada sebuah perasaan melankolis yang menyelip di dalam lirik-liriknya, seolah Danu sedang berusaha menyampaikan perasaan yang tidak bisa dia katakan langsung. Rina merasa semakin terhanyut dalam lagu-lagu tersebut, tetapi di saat yang sama, ia semakin bingung.
Di akhir kaset, ada satu lagu terakhir yang berjudul “Cinta Tak Harus Memiliki.” Lagu itu terdengar sangat berbeda dari yang lainnya. Liriknya berbicara tentang cinta yang tulus tanpa mengharapkan balasan, tentang perasaan yang tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata. Rina menatap pemutar kasetnya dengan mata terbuka lebar. Apa maksud Danu dengan semua ini? Apa yang coba dia katakan lewat lagu-lagu ini? Apakah ini adalah cara Danu untuk mengungkapkan perasaannya padanya?
Rina merasa perasaan campur aduk dalam dirinya. Di satu sisi, ia merasa bahwa Danu sedang mengungkapkan sesuatu yang sangat pribadi lewat kaset itu, namun di sisi lain, ia merasa bingung. Danu tidak pernah langsung mengatakan apapun yang jelas. Ia hanya menyampaikan perasaan melalui lagu, dan meskipun itu terasa indah, itu juga membuat Rina merasa semakin tidak pasti. Apa Danu benar-benar mencintainya? Atau, apakah Danu hanya ingin tetap berteman seperti biasa?
Setelah beberapa saat merenung, Rina memutuskan untuk berbicara dengan Sari tentang kaset itu. Temannya itu selalu bisa memberikan perspektif yang berbeda, dan mungkin Sari bisa membantu meredakan kebingungannya. Mereka bertemu di kantin setelah sekolah, seperti biasa, dan Rina langsung meluncurkan ceritanya.
"Sari, aku dapat kaset baru dari Danu," kata Rina sambil duduk di meja makan, mengambil napas panjang.
"Kaset baru? Lagi?" jawab Sari dengan tawa kecil. "Kamu sudah punya koleksi kaset Danu yang nggak habis-habis, ya?"
"Iya, tapi ini beda. Kaset kali ini bener-bener aneh," ujar Rina, membuka percakapan dengan serius. "Lagu-lagu yang dia pilih kayak... lebih dalam, lebih personal. Aku bahkan nggak ngerti lagi, Sari. Ada satu lagu yang judulnya 'Cinta Tak Harus Memiliki.' Itu kan kayak... Cinta nggak harus memiliki, gitu. Maksudnya apa, sih?"
Sari memiringkan kepala, tampak berpikir sejenak. "Mungkin dia nggak mau langsung ngomong, jadi dia pake kaset buat nyampein perasaannya. Danu kan bukan tipe orang yang bisa langsung ngomong tentang perasaannya, kan? Mungkin dia lebih nyaman pake cara itu."
Rina terdiam sejenak. "Tapi itu malah bikin aku makin bingung. Aku nggak tahu apa dia suka aku atau nggak. Kaset ini kayak nyuruh aku buat ngerti tanpa harus ngomong langsung."
Sari menyeringai. "Gitu, ya? Kalau menurut aku, Danu itu agak lari-lari dari kenyataan. Dia suka sama kamu, tapi takut kalau langsung ngomong, dia bakal kehilangan kamu sebagai teman. Jadi dia mutusin buat ngasih kode-kode lewat kaset itu."
Rina merasa ada sesuatu yang menyentuh dalam perkataan Sari. Mungkin benar, Danu memang takut. Tapi apakah Rina juga siap untuk mengambil langkah yang lebih besar? Ia ingin tahu lebih banyak tentang perasaan Danu, namun takut jika itu akan merusak segalanya.
"Mungkin aku perlu waktu buat mikir," kata Rina, meremas tasnya dengan tangan yang sedikit gemetar. "Tapi kaset ini... itu buat aku