Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Malam hari suara gemericik air terdengar, air hangat yang mengalir di tubuhnya seolah menyegarkan kembali pikiran Herlina, guna menghapus rasa lelah dan canggung yang merayap. Setelah beberapa menit, Herlina keluar dari kamar mandi dan kembali mengenakan baju tidurnya.
Malam itu, suasana di kamar terasa berbeda. Meski sudah lelah, tapi pikirannya masih berputar. Kejadian tadi bersama suaminya, membuat perasaannya campur aduk, sulit di jelaskan dengan kata-kata.
Herlina melihat Harlord tidur terlelap, wajahnya terbaring begitu tenang, seakan tidak memiliki kesalahan. Mata Herlina mengerenyit melihat suaminya yang kini hanya berbaring dengan tubuh setengah polos, "Bisa-bisanya dia tidur nyenyak tanpa merasa bersalah sedikitpun!" gerutu Herlina dalam hati.
"Kenapa tubuhnya seperti pria-pria di lukisan sih!!" sejenak hati Herlina terpana melihat tubuh kekar Harlord, seperti maha karya yang indah, sulit mengalihkan matanya dari tubuh yang sedang berbaring didepannya itu.
"Aku selimuti saja." Herlina menarik selimut dan menutupi tubuh suaminya.
Herlina yang sudah mengantuk, terpaksa berbaring di samping suaminya. Sejenak ia memandangi wajah Harlord dalam gelap, hatinya pun berdebar-debar, seperti ada yang berubah saat melihat suaminya. Herlina merasa seakan melangkah dalam fase baru yang belum sepenuhnya ia pahami.
Sambil berbaring, ia memandang langit-langit kamar, Herlina coba menenangkan pikiran yang masih berkelana. Tak lama, kedua matanya pun terasa berat, dan perlahan-lahan ia mulai terlelap, menyerahkan dirinya pada kedamaian malam.
...*****...
Cahaya pagi yang hangat memasuki kamar villa, membangunkan Harlord dari lelapnya. Dengan gerakan perlahan, alis tebalnya terangkat, dan mata yang masih terasa berat pun terbuka.
"Hmm.... " Harlord melirik ke samping.
Ia tersenyum melihat istrinya masih tertidur lelap. "Tidur saja, wajahmu tetap menjadi pemandangan terindah bagiku." dengan hati-hati, Harlord menempelkan telapak tangannya ke pipi Herlina, merasakan kehangatan dan kelembutan kulitnya.
"Herlina," bisik Harlord, suaranya lembut hampir tak terdengar.
Herlina tidak bergerak, tetapi Harlord tahu bahwa ia sudah mulai terbangun. Ia melihat mata Herlina berkedip, dan kemudian terbuka perlahan.
"Hmm.... Nyam... Aku suka kue." gumam Herlina yang sedang mengigau tangannya bergerak-gerak meraba-raba kesamping, hingga memegang sesuatu yang berharga
Hup!
Kedua mata Harlord langsung terbuka lebar, tanpa sadar Herlina menangkap sesuatu yang berbahaya.
"Kue... Aku sudah lapar." gumam Herlina, matanya setengah terpejam, tangannya bergerak menarik-narik sesuatu.
"Bangun...!!" suara bariton yang tegas.
"Bangun! Atau kubuka semua pakaian tidurmu!" ancam Harlord dengan tegas.
Suara tegas dengan kalimat mengerikan, menyadarkan Herlina, matanya mengerjap dan terbuka lebar, lalu ia melirik ker arah Harlord yang sedang duduk dengan tubuh setengah polos.
Harlord memicingkan matanya, menatap sinis pada sang istri yang baru membuka mata, namun tangannya masih menangkap si benda pusaka.
"Mau sampai kapan kamu memegangi milikku!" umpat Harlord.
"Mi... Milikmu....??" Herlina bingung, masih tidak sadar.
"Pagi-pagi tanganmu sudah nakal, boleh saja kalau mau dijadikan mainan kesukaanmu," kekeh Harlord kali ini menggoda istrinya.
Bola mata Herlina bergeser ke bawah. Dan sungguh mencengangkan, tanpa sadar dari tadi tangannya telah menjamah sesuatu yang baru ia kenal kemarin.
"KYAAA!!" teriakkan melengking berkumandang di dalam kamar Villa.
Herlina langsung melompat dari atas ranjang dan lari ke dalam kamar mandi.
Suara air mengalir dari wastafel menyala, Herlina mencuci tangannya, menggosoknya dengan kasar.
"Iiihhh menjijikkan, bisa-bisanya aku memegang benda aneh itu!"
"Apa tadi kamu bilang menjijikan!" ternyata Harlord yang sedang bersandar di pintu kamar mandi.
Herlina memicingkan kedua matanya ke arah suami yang ia benci, mengingat kejadian semalam, emosinya jadi naik menggebu-gebu, "Iya!! Aku sangat jijik dengan milikmu itu!!" ucap Herlina penuh emosi.
"Hoo.... Begitu rupanya, jadi kamu tidak suka." Harlord memperlihatkan seringai jahat, ia mencondongkan tubuhnya lalu...
Puk!
Harlord mendorong istrinya ke dekat bathtub.
"Aaakkhh!!" Herlina jatuh perlahan, namun kedua tangannya langsung berpegang pada lantai dingin kamar mandi.
"Mandikan aku, biar kamu makin terbiasa melayani suami menjijikan ini." Harlord melepaskan celananya.
Herlina tercengang, lagi-lagi melihat benda perkasa itu. "Dasar pria gak waras!!"
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**