Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 31 - Tuan Lucu
Amora pindah ke kursi belakang dan duduk bersama Alex. Sebenarnya dia masih kesal karena Alex tidak mengizinkannya turun untuk menemui Jia, namun lagi-lagi Amora harus mengalah.
Amora tahu, Alex tidak suka pada wanita yang keras kepala. Maka dia harus selalu terlihat manis dihadapan kekasihnya ini.
"Sayang, kenapa wajahmu masih saja nampak kesal, apa Jia lagi-lagi membuat mu marah?" tanya Amora dengan suaranya yang lembut, dia bahkan memeluk lengan Alex, memberi sentuhan yang menenangkan.
Namun entah kenapa, Alex malah merasa risih dengan sentuhan itu. Kini Amora lebih berani melakukan kontak fisik, tidak seperti dulu.
Dengan perlahan Alex menarik tangannya hingga terlepas dari pelukan Amora dan menatap sang kekasih.
"Tidak perlu membahas Jia, biar dia jadi urusanku saja. Aku tidak ingin kamu ikut pusing memikirkan dia."
"Kenapa begitu? bukannya kita harus saling berbagi? hidup Jia sudah enak, bercerai dari kamu dia mendapatkan banyak harta, rumah mobil, lalu kenapa dia masih mengganggumu?"
Alex terdiam.
"Baiklah, tidak usah bicarakan tentang Jia, lebih baik bicarakan tentang kita," ucap Amora lagi.
"Nanti sayang harus temui orang tuaku dulu sebelum pergi, katakan niatan kita untuk menikah," timpal Amora dan Alex tersenyum kecil seraya mengangguk.
"Tentu saja, aku akan segera melamar mu dengan layak, pagi ini aku juga akan menyapa mereka."
Saking bahagianya Amora langsung memeluk Alex, menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.
Namun sungguh, pelukan ini terasa aneh bagi Alex. Tapi dia yakin ini hanyalah masalah waktu, 5 tahun mereka berpisah tentu menimbulkan jarak. Namun lama-lama pasti akan terbiasa juga.
Alex lantas menggerakan satu tangannya dan membalas pelukan Amora.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam setengah 3 sore.
Jia dan Rayden siap pergi ke hotel.
Abbu juga sudsh datang dan menatap heran pada bocah tampan itu, bibirnya terus tersenyum menyambut kedatangan Rayden.
"Sayang, kenalkan ini kakek Abbu," ucap Jia.
"Salam kenal Kek, namaku Rayden. Aku adalah anaknya mommy Jia."
Abbu segera berjongkok dan mensejajarkan diri mereka. Dia terus tersenyum.
"Salam kenal juga Rayden, dan kakek Abbu adalah supir mommy Jia."
Rayden tersenyum.
Setelah perkenalan singkat itu mereka semua segera bergegas pergi ke hotel. Rayden suka sekali naik motor seperti ini. Sensasi baru yang belum pernah dia rasakan. Hembusan angin langsung menerpa wajahnya, dia bahkan sesekali merentangkan kedua tangannya seolah terbang, sementara Jia terus memegangi sang anak yang duduk di tengah.
"Aku mau naik motor lagi!" ucap Rayden antusias ketika motor Abbu sampai di parkiran hotel khusus motor.
Jia tersenyum dan melepas helm.
"Bayar dulu baru naik motor lagi," ucap Abbu.
"Yah tapi Rayden tidak punya uang."
"Kakek tidak minta uang sebagai bayarannya, tapi pelukan."
Mendengar itu Rayden dengan segera memeluk Abbu erat dan semakin lebarlah senyum Jia.
"Ayo kita masuk dulu," ajak Jia.
Tadi diatas motor Jia sudah meminta tolong pada Abbu untuk menjaga anaknya ketika dia bekerja dan Abbu menyanggupi.
Jia memperkenalkan Rayden pada semua rekan kerjanya, termasuk pada Emma. Jia lagi-lagi meminta maaf kepada Emma karena bekerja dengan membawa anak. Namun melihat ketampanan anak Jia, Emma jadi tidak bisa marah. Dia malah bersedia menjaga Rayden saat Jia naik berkeliling.
"Jangan Bu, biar kakeknya saja yang menjaga Rayden."
"Baiklah," jawab Emma.
Jia pun mulai bekerja dengan Lisa. Sementara Abbu mulai mengajak Rayden untuk ke taman kanak-kanak.
"Kakek, sebelum kita main ke taman kita jalan-jalan dulu ya, Rayden mau keliling hotel," pinta Rayden dan Abbu mengangguk.
Tadi Emma pun memberi kartu tanda pengunjung pada Abbu, hingga dia pun bisa melewati bagian pemeriksaan hotel.
Rayden dan Abbu kembali ke lobby, memperhatikan indahnya lantai 1 hotel itu, tempat dimana tamu akan disambut pertama kali.
Dengan riang Rayden berkeliling, sampai akhirnya dia melihat 2 orang pria dewasa yang berjalan tergesa, hingga salah satunya menjatuhkan sapu tangan begitu saja.
"Tuan!" pekik Rayden, menghentikan langkah kaki ke 2 pria itu.
Rayden berlari, mengambil sapu tangan yang jatuh, membersihkannya lalu mengembalikan pada sang pemilik.
"Tuan, sapu tangan Anda jatuh, ini," ucap Rayden.
Pria itu berjongkok dan mengambil sapu tangan pemberian Rayden.
"Terima kasih, siapa namamu?"
"Rayden Tuan, Rayden Carter."
"Baiklah, sekarang aku sedang sangat tergesa, tapi aku akan mencari Rayden dan membelikanmu ice cream sebagai ucapan terima kasih," ucap Pria itu, lalu bangkit dan segera pergi disusul oleh satu pria lainnya yang terus berdiri tegap di belakang pria itu.
Sementara Rayden langsung terkekeh.
"Kakek, Tuan itu tadi lucu sekali, bagaimana bisa dia menemukan Rayden hanya dengan nama," ucap Rayden diantara tawa yang masih tersisa.
"Iya, dia lucu sekali," timpal Abbu pula.
Lalu mereka pergi dari sana dengan bibir yang terus tersenyum.