Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Aurora Steffani Leandra, seorang gadis polos yang berusia 18 tahun. Aurora masih berstatus sebagai pelajar di sebuah sekolah negeri. Sekarang dia sudah berada di kelas 12, yang artinya sebentar lagi dirinya akan lulus.
Dengan wajah cerianya, Aurora keluar dari kamarnya untuk menuju meja makan. Rumah Aurora memang tidak terlalu besar, dia tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah yang bisa dibilang sederhana.
Walaupun sederhana, Aurora tetap merasa sangat senang. Dia tidak perduli tinggal dimana, yang terpenting adalah dirinya tinggal bersama kedua orang tuanya yang sangat menyayanginya.
Aurora adalah putri tunggal dari pasangan Aditya Carlos Leandra dan Agatha Leandra. Mereka berdua sangat menyayangi putri mereka.
Apapun akan mereka lakukan untuk kebahagiaan Aurora.
"Selamat pagi pah".
"Selamat pagi mah" ucap Aurora dengan senyum manisnya.
"Selamat pagi sayang, ayo cepat sarapan dulu. Nanti kamu bisa terlambat ke sekolah" ucap Agatha.
"Iya mah" jawab Aurora.
"Sayang, hari ini kamu berangkat ke sekolah sendiri ya. Papah ada urusan penting pagi ini, jadi gak bisa mengantar kamu ke sekolah" ucap Aditya.
"Memangnya papah mau kemana?" tanya Aurora.
"Papah dan mamah mau menemui seseorang" ucap Aditya.
"Yaudah deh, aku berangkat naik bus aja" ucap Aurora.
"Maaf ya sayang" ucap Agatha.
"Gak papa mah, gak perlu meminta maaf. Kalau gitu aku berangkat sekarang aja ya takut telat" ucap Aurora.
"Iya sayang, hati-hati di jalan ya" ucap Agatha.
"Iya mah".
"Kalian berdua juga hati-hati perginya" ucap Aurora.
Setelah putrinya berangkat ke sekolah, kini Aditya dan Agatha langsung bersiap untuk pergi.
Hari ini mereka berdua mau menemui orang yang sudah memberikan pinjaman kepada mereka.
"Pah, bagaimana kalau dia marah karena kita belum bisa mengembalikan uang yang pernah kita pinjam".
"Mamah takut dia akan mencelakai putri kita" ucap Agatha.
"Mamah tenang aja, papah tidak akan membiarkan putri kita ikut terseret dalam masalah ini" ucap Aditya.
"Yaudah, sebaiknya kita pergi sekarang ya" ajak Aditya.
"Iya ayo pah, mamah juga udah siap" ucap Agatha.
Aditya dan Agatha langsung masuk ke dalam mobil. Keluarga Aurora memang memiliki sebuah mobil, yaitu mobil tua yang sudah sering mogok.
Tapi mereka semua masih bersyukur karena dengan adanya mobil tua ini mereka tidak perlu kehujanan atau kepanasan jika mau pergi kemana-mana.
"Emm pah, kenapa perasaan mamah tiba-tiba gak enak ya. Apa terjadi sesuatu pada Aurora" ucap Agatha.
"Jangan bilang seperti itu, aku yakin Aurora pasti baik-baik aja" ucap Aditya.
"Tapi entah kenapa, mamah merasa akan terjadi sesuatu ya" ucap Agatha.
"Mungkin kamu lelah mah, udah lebih baik istirahat saja. Lagipula perjalanan masih jauh kan" ucap Aditya.
"Mamah coba hubungi Aurora dulu deh, untuk memastikan dia baik-baik saja" ucap Agatha.
Agatha langsung menghubungi putrinya, dia merasa tiba-tiba perasaannya tidak enak. Dia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada putrinya itu. Apalagi hari ini Aurora berangkat menggunakan bus.
Sudah beberapa kali Agatha menghubungi putrinya tapi tetap saja Aurora tidak mengangkat panggilannya.
"Pah, kok Aurora tidak mengangkat panggilan mamah ya" ucap Agatha.
"Tenang mah, mungkin saja Aurora masih berada didalam bus, karena itu dia tidak bisa mengangkat panggilan dari kamu" ucap Aditya.
"Bisa jadi ya, tapi tetap saja kenapa perasaan mamah gak enak ya" ucap Agatha.
"Udah, kamu harus yakin tidak akan terjadi sesuatu pada putri kita" ucap Aditya mencoba menenangkan istrinya.
"Papah benar, mamah harus selalu berfikiran positif. Jangan sampai kekhawatiran mamah menjadi kenyataan" ucap Agatha.
Sedangkan Aurora yang masih berada didalam bus tidak mengetahui kalau ponselnya berbunyi. Aurora memang menonaktifkan nada ponselnya.
Didalam bus, Aurora harus berdesakan dengan penumpang lain. Karena entah kenapa hari ini banyak sekali orang yang pergi menggunakan bus.
Karena itu juga, Aurora tidak sempat melihat ponselnya.
"Hufttt, aku telat gak ya. Kayanya jalanan didepan macet deh" gumam Aurora.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya Aurora sampai di sekolah. Beruntung dirinya belum terlambat, karena masih 5 menit lagi bel akan berbunyi.
"Aurora" teriak seorang gadis.
"Astaga, kuping aku bisa pecah mendengar teriakan Risa setiap pagi" gumam Aurora.
Risa Andriani, sahabat satu-satunya Aurora dan juga teman sebangku Aurora. Sifat Risa yang cerewet dan berisik membuat Aurora sering pusing menghadapi perilaku Risa.
Tapi walaupun begitu, Aurora sangat menyayangi Risa. Dia sudah menganggap Risa sebagai saudaranya sendiri.
Disekolah ini Aurora memang tidak banyak memiliki teman. Bahkan bukan tidak banyak lagi, tapi hanya Risa seorang yang menjadi teman Aurora.
Risa langsung berlari mengejar Aurora. Setelah berada didekatnya, Risa langsung merangkul pundak Aurora.
"Tumben kamu berangkat naik bus, memangnya gak dianterin sama papah kamu?" tanya Risa.
"Enggak, papah katanya ada urusan sama mamah. Karena itu aku berangkat naik bus" ucap Aurora.
"Ohh gitu, yaudah kita langsung masuk ke kelas aja. Bentar lagi bel masuk akan berbunyi" ucap Risa.
Aurora dan Lisa langsung berjalan ke kelas mereka. Aurora bukanlah murid populer disekolah ini. Dia murid yang lebih senang menyendiri dan tidak suka membuat masalah.
Sampai di kelas, Aurora dan Lisa langsung duduk di bangku kedua dari depan. Suasana kelas sudah sangat ramai saat mereka berdua datang.
"Oh iya Ra, kamu udah denger belum kalau orang tua Jeni ditangkap sama polisi karena kasus korupsi" ucap Risa mulai bergosip.
"Jangan bergosip Risa, ini masih pagi" ucap Aurora.
"Ihh ini tuh bukan gosip tapi fakta" ucap Risa.
"Memangnya kamu dengar dari siapa, jangan asal bicara takutnya kamu dimarahi oleh Jeni dan gengnya itu".
"Aku gak mau ya kamu berurusan sama gengnya Jeni. Selama ini kan kamu tahu bagaimana kejamnya geng mereka kalau membully murid lain" ucap Aurora.
Jeni adalah salah satu murid populer di sekolah ini. Selain cantik, Jeni juga terkenal anak orang kaya. Karena itu banyak murid yang ingin berteman dengannya.
Tapi Jeni memiliki sifat sombong dan selalu membully murid-murid yang lemah. Karena itu juga banyak murid yang tidak suka dengan Jeni dan teman-temannya.
Jeni memiliki dua teman yang memiliki sifat sama dengannya yaitu Lisa dan Sasya. Mereka berdua sama dengan Jeni suka membully murid-murid lain.
"Tapi apa yang aku bilang ini fakta Ra, aku dengar dari murid-murid lain saat di bus tadi" ucap Risa.
"Udah ya, sebaiknya kita gak usah ikut campur urusan Jeni dan keluarganya. Kita pura-pura gak tahu aja" ucap Aurora.
"Yahh kamu mah Ra, gak seru lah kalau diajak gosip" ucap Risa.
Aurora hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Risa.
"Udah, daripada gosip lebih baik kamu keluarin buku pelajaran. Sebentar lagi guru akan datang" ucap Aurora.
"Astaga, kamu bilang buku pelajaran aku baru ingat sekarang. Kemarin kan kita ada tugas suruh merangkum, tapi aku lupa belum ngerjain".
"Emm Ra, kamu pasti udah kan. Aku pinjem dong" ucap Risa dengan wajah melasnya.
"Hufttt kebiasaan deh kamu, kalau ada tugas pasti lupa. Makanya jangan kebanyakan gosip, jadi gitu kan tugas sampai lupa di kerjain" ucap Aurora.
"Yah Ra, aku kan lupa. Ini gak ada hubungannya sama aku yang suka gosip" ucap Risa sambil tersenyum.
"Yaudah nih, gak usah senyum-senyum terus cepetan salin sebelum guru datang" ucap Aurora.
"Makasih banyak Ra, kamu adalah sahabat sekaligus penolong aku dari hukuman guru" ucap Risa dramatis.