PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Korban salah paham part 2
"Kampus kita kalah lagi," sungut Shifa kecewa.
"Skornya beda tiipis," sahut Nagita agak menyayangkan.
"Yaaah, tapi ngga apalah. Maennya keren," ujar Nilda memuji sambil melihat tim yang menang sedang dikerubungi puluhan mahasiswa dan mahasiswi yang terus aja mengumandangkan yel yel mereka.
"Ayo, kita kasih semangat juga buat tim kita," ajak Shifa. Teman teman yang lain juga sudah mendekat dan memberikan mereka semangat pada tim agar ngga merasa sedih.
"Aku ke toilet dulu. Kalian duluan aja," ujar Nagita.
"Perlu ditemani?" tanya Shifa agak khawatir.
"Ngga usah. Rame ini," tolak Nagita
"Oke, kalo ada apa apa telpon aja,' ucap Nilda saat melepas Nagita pergi.
"Oke."
Di tempat Emily, Aaron tersenyum lega.
"Syukurlah, auranya damai."
"Ternyata ramalanmu benar, Mil," seru Carmen riang.
"Harusnya kamu traktir Mily, Ron," sambung Nanni.
"Memangnya mau makan angkringan?" ledek Aaron sambil melangkah pergi. Dia sudah melihat keberadaan Nagita
"Di kafe, Ron. Miskin amat," tawa Nanni bercanda.
Carmen juga ngikik.
Emily hanya tersenyum saja sedang Aaron tertawa berderai mendengar ejekan teman teman Emily.
Fokusnya kini ke arah Nagita yang tumben malah menjauhi kerumunan.
Gadis itu sepertinya akan ke toilet.
Dalam hati Aaron mengomel.
Baru saja dijahili, masih saja suka sendirian.
Baru habis batinnya mengata-i gadis yang dia suka, Aaron melihat Lathi dan Martha yang menghadang langkah Nagita di depan pintu masuk toilet.
Untung saja, Aaron cepat bersembunyi. Dia akan melihat situasi dulu. Kalo memang perlu, dia akan langsung menolong.
"Ada apa?" tanya Nagita tenang walau dalam hati agak tergetar juga karena sekitarnya sepi. Nyesal juga karena tadi menolak tawaran Nilda dan Shifa untuk mengantarnya.
"Emm.... Aku mau minta maaf," ucap Lathi terus terang.
Nagita menatap heran.
"Aku yang menyuruh anak anak jalanan itu membuat empat ban mobilmu gembes," lanjutnya lagi. Ngga ada rasa takut di wajahnya saat mengaku.
Walau sudah ada desas desus tentang itu, tapi Nagita berusaha ngga mempercayainya.
Tapi pengakuan yang didengarnya secara langsung membuatnya sesaat terpaku beberapa saat, baru kemudian dia tersenyum hangat.
"Iya, sudahlah. Maaf juga, mungkin ada sikapku yang buat kamu marah."
Lathi saling tatap dengan Martha. Untung dia mendengar saran Martha.
"Nagita tuh baik. Semua juga tau. Makannya banyak yang kaget kok ada yang jahatin dia. Percaya sama aku, Welynya yang gatal."
"Nggak, kamu baik, kok. Aku yang terlalu bodoh. Sekali lagi maaf, ya, Nagita," ucap Lathi dengan sesal yang mulai tampak di wajahnya
"Iya."
Aaron yang mendengarnya menjadi lega, tadinya dia merasa was was, kalo Lathi dan Martha akan menjahati Nagita.
Sesekali Wely memang perlu dihajar, batinnya seraya mengirimkan pesan pada pengawalnya.
Bibirnya tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi pada Wely nanti.
Sementara Lathi dan Martha sudah berlalu pergi, Nagita mulai memasuki toilet.
Aaron menunggu sampai Nagita selesai dari toilet. Dia harus memastikan gadis yang sudah mencuri hatinya itu aman dan baik baik saja. Siapa tau dia butuh pem-bal-ut, Aaron akan dengan senang hati membelikannya.
"Sorry, bang Dewa. Aku terpaksa nikung kamu," gumamnya dengan seringai tipis di wajahnya. Walaupun Dewa lebi tua hampir dua tahun darinya, tapi dia terbiasa memanggil nama. Juga dengan yang lainnya.
Gadis seperti Nagita memang butuh effort yang keras untuk mendapatkannya.
Bodoh amat dia bakal dimusuhi Dewa dan antek anteknya.
*
*
*
"Sudah selesai telponnya? Lama amat," komen Deva. Hampir satu jam Dewa meninggalkan mereka.
"Tadi Sean sempat nyari tapi ngga ketemu. Memangnya kamu nelponnya dimana?" tanya Ziyan sebelum Dewa sempat membuka mulutnya untuk menjawab.
Dewa melirik Sean yang juga kini sedang menatapnya tajam.
Karena ngga tahan dengan perasaan curiganya, Sean pamit mencari Dewa. Tapi sayangnya ngga ketemu.
Perasaan Sean tambah curiga saja.
"Di sudut sana, agak sepi," tunjuk Dewa.
"Ooh.....," dengus Sean. Salahnya tadi dia ke arah yang sebaliknya.
"Kampus Sean sama Ziyan menang, tuh. Ngga sia sia aku nontonnya," senyum Deva.
Ziyan tertawa.
"Ya, syukurlah."
"Ayo kita ke tempat anak anak kampusku. Mereka rada shock tau kamu tunangannya yang berasal dari kampus sebelah," kekeh Sean memancing.
"Oke," sahut Dewa juga tergelak.
"Sebentar, Deva. Agar ngga salah paham, kamu memang mau sama Emily? Bukan Nagita?" todong Dewa langsung saat keduanya hampir melangkah meninggalkan tribun.
Deva menggaruk kepalanya sambil nyengir.
"Tadi aku reflek aja ngomong gitu. Soalnya laki laki tadi agak merepotkan Nagita."
Si-a-lan, maki Dewa dalam hati.
Selalu dia yang kena apesnya.
"Kenapa bukan pake namamu saja," semprot Dewa sebal.
"Kenapa? Kamu lebih suka Emily?" ejek Deva dengan seringai miringnya.
Dewa merasa tertohok mendengarnya. Sean dan Ziyan menatapnya serius.
'Bukan begitu. Aku kaget aja karena kupikir kamu lebih memilih Emily," ngelesnya berusaha tetap tenang.
"Ya enggaklah. Ngga siap aku di kdrt," kekehnya.
"Banyak alasan," cibir Ziyan.
"Kamu maunya sama Vina, kan?" todong Ziyan lagi.
"Makanya waktu mau dijodohin dulu jangan sok sokkan nolak," ejek Sean kemudian ngakak bersama Ziyan. Dewa juga sedikit melebarkan senyumnya.
"Sekarang runyam. Tapi gadis yang namanya Emily pasti juga ngga naksir kamulah," sambung Ziyan yakin. Dia bisa melihat tipe Emily bukan seperti Deva. Tapi lebih ke Dewa.
Deva terkekeh mendengarnya.
Mereka kini melanjutkan langkah mereka.
"Jadi Nagita sudah positif sama lo, Wa?" pancing Sean. Dia yakin dengan feelingnya. Yang di suka Dewa pasti Emily.
"Hemm...." Dewa ngga memberikan jawaban jelas.
"Atau sama Emily aja?" tawar Deva.
Dewa ngga menjawab, tapi dia terus melangkah. Di depannya ada Aaron.
"Itu si Aaron," ujar Ziyan pada sepupu uniknya.
"Mana sepeda lo. Pinjam sini," tukas Sean terkekeh.
Aaron juga terkekeh
"Selamat, ya, Kampus kalian yang menang," ucap Aaron sambil mengulurkan tangan yang langsung disambut Ziyan dam bergantian dengan Sean.
Mereka kini melangkah ke kantin. Perhatian mahasiswa dan mahasiswi kini tertuju pada mereka.
Hanya heran kenapa Aaron bisa nyempil di sana.
Memang Aaron tampak setara saja saat berjalan dengannya.
Aneh aja. Tapi Aaron memang terlihat pantas pantas saja beriringan dengan empat laki laki tampan dan super kaya itu.
Auranya sebagai orang kaya memang ada, sayangnya dia miskin karena hanya punya sepeda gunung.
"Aku heran lihat Aaron," ujar Carmen yang masih memperhatikan kelima laki laki keren itu termasuk Aaron. Mereka memasuki kantin kampus yang sudah dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi yang akan merayakan hubungan mereka.
"Sama," timpal Nanni.
"Dia nampak wajar saja barengan dengan mereka,' timpal Carmen.
"Dia punya kharisma jadi anak orang kaya. Kalo orang orang ngga lihat tongkrongannya, pasti mereka akan percaya," kekeh Nanni.
"Kalian ini, jangan suka menghina orang. Kalo nanti ketahuan ternyata dia anak konglomerat, nyaho, kan," kekeh Emily menasehati.
"Konglomerat dari mana? Tampangnya memang iya. Tapi dompetnya loh." Carmen langsung cekikikan dan diikuti Nanni.
Emily hanya menggelengkan kepalanya saja sambil matanya yang sedang memperhatikan Aaron bertabrakan dengan netra elang Dewa.
Anehnya tatapan laki laki itu seolah memendam sesuatu yang membuat Emily ngga ngerti.
Tapi dia tersentak ketika melihat kembaran kurang ajar itu mengusap pipinya.
Dia mau balas dendam?
Emily mendengus. Ternyata mereka sama aja nyebelinnya.
Dewa hampir saja meledakkan senyumnya saat melihat wajah yang awalnya nampak manis itu berubah masam.
Boleh juga idenya Deva dia praktekkan, batinnya jahil.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..