Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM TIGA BELAS
Sebenarnya, pergi bersama Rayyan hanya alasan, selebihnya Fasha ingin menanyakan perihal cara meretas ponsel seseorang pada adiknya tersebut.
Walau awalnya dicecar untuk apa menanyakan hal seperti itu. Tapi, beruntung Fasha bisa berkilah sebisanya.
Yah, ... Mungkin meretas ponsel bisa dia gunakan untuk membuka tabir kepalsuan seorang Azahra yang dia yakini memang perempuan ular berkedok wanita alim.
Fasha kembali ke kamar setelah mendapat informasi terkait hal itu. Di sana, Bachrie baru saja selesai teleponan.
Tanpa dijelaskan, sudah jelas siapa yang menelepon jika dilihat dari raut muka setelah dipergoki oleh Fasha.
Fasha tak menanggapi hal itu, Fasha berlanjut ke kamar mandi dan mengambil air wudhu untuk menjalankan ibadah shalat Maghrib tanpa menunggu Bachrie mengimami.
Bachrie hanya menghela napas berat sebelum ia juga ambil air wudhu dan ikut menjalankan ibadahnya seperti hari- hari biasanya hingga selesai.
Namun, sambil membaca Alqur'an, Fasha tak beranjak dari sajadah hingga masuk shalat isya dan langsung mengakhiri harinya dengan memasuki selimut tebalnya kembali.
Tak lama, Bachrie ikut menyusul hingga keduanya tertidur bersama. Dan hari pun berjalan semestinya.
Setelah kemarin berdebat hebat, rencananya Bachrie ingin membujuk Fasha dengan cara lama. Dulu, hanya diajak makan malam atau nonton film, Fasha luluh.
Makanya, usai subuh Bachrie mencoba mengajak Fasha bicara. Bachrie ingin memperbaiki hubungan yang mulai hambar.
"Kita nonton, mau? ... Sudah lama kan kita nggak pergi bareng, Sayang?"
Di depan cermin rias, Fasha mengenakan jilbabnya hingga rapi, lalu beringsut ke arah suaminya berdiri. "Hari ini Acha ada urusan."
"Sama siapa?" sela Bachrie.
"Pengacara Acha."
Bachrie mengernyit keheranan, tak dipungkiri, bulu kuduknya kian meremang. "Untuk apa kamu ketemu pengacara?"
"Gugatan cerai."
Bak petir menyambar terik mentari, Bachrie mendelik penuh. "Yang benar saja kamu, Sayang!"
"Kita sudah tidak cocok lagi," sela Fasha.
Bachrie cekal lengan Fasha, menajamkan tatapannya. "Sudah kubilang, aku tidak akan pernah menceraikan mu!"
"Kalau begitu kembalikan Bachrie ku yang dulu! Bachrie yang hanya milik Acha!" sergah Fasha.
"Bagaimana bisa?" Bachrie kemudian lirih karena itu tidak mungkin. "Azahra dan Azalea juga sudah sah menjadi tanggung jawab ku!"
"Sekarang aku tanya, kapan terakhir kamu transfer uang ke rekening ku? Terakhir, enam bulan lalu sebelum kamu menikah lagi, Mas! Sementara baru sore kemarin, Azahra kamu transfer setengah milyar untuk belanjanya!"
"Tabungan kamu kan sudah banyak, selama ini cuma kamu yang aku transfer. Sudah ku bilang, Azahra juga istri sah ku, sudah masuk sebagai tanggung jawab ku, dia juga butuh pakaian baru seperti mu, apa lagi Azalea yang masih perlu ini dan itu. Apa sesulit itu kamu paham soal hak Azahra dan Azalea, hm?"
"Apa harus setengah milyar?" tanya Fasha. Dia saja tidak pernah ditransfer sebanyak itu semenjak menjadi istri Bachrie.
"Ibu angkat Zahra sakit. Mereka memang butuh uang untuk berobat. Kamu pasti akan melakukan hal yang sama andai menjadi aku, Ning."
"Andai aku jadi kamu." Fasha tertawa samar untuk ke sekian kalinya. "Aku akan ceraikan, istri pertama ku, Mas!"
Bachrie hanya memejamkan mata yang lelah atas permintaan cerai Fasha. Tidak mungkin dia ceraikan Fasha.
Sejatinya Bachrie bahagia memiliki Fasha, asal tahu saja. Dia mencintai wanita cantik ini tulus dari dalam lubuk hatinya.
Tak hanya cantiknya, bahkan hal yang kurang dari Fasha pun tidak pernah Bachrie bahas sama sekali, sebab Bachrie menerima Fasha lengkap dengan kurangnya.
Namun, akhir- akhir ini Bachrie memang mengakui, ia merasa Azahra dihadirkan di dalam kehidupannya untuk melengkapi kekurangan yang ada pada diri Fasha.
Azalea yang tak bisa Fasha miliki, Azahra telah memberikannya. Menyenangkan dalam hal perut dan obrolan seputar ranjang yang tak Fasha bisa, Azahra mampu berikan.
Namun, andai disuruh bercerai dari Fasha, Bachrie takkan pernah rela. Sampai mati pun, Bachrie takkan pernah menalak istrinya.
Siapa yang akan mendamaikan hatinya ketika sedang lelah? Sementara kedamaian Fasha lah yang selalu menjadi obat bagi gundahnya.
Sebab memandangi wanita itu ketika sedang dalam kondisi tertidur, sudah menjadi keasyikan tersendiri baginya selama ini.
Terlebih, siapa yang akan Bachrie pamerkan saat datang ke pesta temannya? Siapa yang dia pamerkan ketika ada undangan makan malam di tempat kerjanya?
Sejauh ini, Fasha tak pernah gagal membuat Bachrie bangga dengan wujud, paras dan background pendidikan serta asal usul yang nyaris bisa dikatakan sempurna.
"Kamu hanya sedang emosi." Bachrie merangkum pipi Fasha yang tak mau menatap matanya.
"Lagi pula apa salahnya menerima Azahra? Anggap Azalea layaknya putrimu sendiri, itu pahala juga untuk mu," lirih Bachrie.
"Sayangnya aku tidak butuh anak dari hasil hubungan yang tidak terpuji!"
"Fasha!"
Kembali, Fasha menerima tamparan keras di pipinya yang kian memerah. Fasha terdiam cukup lama sambil memegangi pipinya.
Kali ini rasa sakitnya sudah berlipat- lipat ganda dari pada yang kemarin. Setidaknya, kemarin Bachrie segera meminta maaf.
"Kamu keterlaluan, Fasha! Bicara seburuk itu untuk bayi yang tidak berdosa. Azalea itu anak ku, dia putra Mas Manaf. Dia amanah yang Mas Manaf titipkan untuk ku. Putri kecil yang belum bisa kamu berikan untuk ku!"
Sakit mendengarnya. Fasha akui, dia sudah keterlaluan karena mengumpat keberadaan Azalea. Makanya dari pada terus menerus membuat dosa, Fasha ingin menyerah.
"Kalau begitu permudah perceraian kita, Mas, jangan dipersulit lagi. Pengacara ku yang akan mengurus gugatannya."
Bachrie mengusap kening yang rasanya sudah mau meledak. "Sayang!"
Fasha tak pedulikan panggilan itu, Fasha tetap keluar dari kamar, berlari menuruni anak tangga dan diekori kaki- kaki suaminya.
Di bawah, Papa King dan Mimi Aisha baru saja tiba di mansion. Kemarin, saat Rayyan memberitahukan kabar kehamilan Fasha, Papa King masih di Singapura bersama Mimi Aisha.
"Masha Allah, Acha!" Fasha menghambur ke pelukan ibunya. Aisha terharu hingga saat putrinya menangis ia pun ikut menangis.
Fasha beralih memeluk ayahnya. King juga menapuk punggungnya pelan, lalu mengusap kepala hingga berakhir di punggung lagi.
Bachrie tertunduk segan. Ia tahu betul jika yang ditumpahkan Fasha bukanlah tangisan haru atau rindu, melainkan tangisan lelah yang sudah cukup parah.
"Selamat untuk kehamilan mu, Acha."
Bachrie tercenung mendengar ucapan selamat dari mulut mertuanya. "Akhirnya setelah sekian lama, kamu hamil juga."
Bachrie masih tak beranjak dari kediamannya saat ini. Sungguh, Bachrie tak paham dengan apa pun yang mertuanya bicarakan.
"Maaf, ya, Nak." Aisya menepuk lengan Bachrie yang sontak buyar dari lamunan.
"Maaf. Mimi sama Papa baru pulang ke sini. Kemarin, Papa King sibuk banget sama kantor cabangnya."
Bukannya menjawab, Bachrie justru terpegun lebih dalam. Barusan saja Fasha meminta perceraian, tapi di sisi lain, ada berita yang seharusnya membuatnya senang.
Dia masih menjadi suami Fasha. Bisa- bisanya, Fasha tidak memberitahukan berita kehamilannya padanya?
"Bachrie!"
Sontak, Bachrie menatap King Miller yang tampak membuka jaketnya. "Kamu undang keluarga mu ke sini. Papa yang akan adakan syukuran kehamilan Acha besok malam."