Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Ternyata menjadi istri saudagar kaya tidak bisa di katakan enak. Meski merasa tidak kekurangan materi, namun, perlu kalian tau Dinar harus merelakan waktu bersama suaminya dalam waktu yang cukup lama.
Rindu? Jelas saja rindu, Dinar selalu merindukan suaminya pada saat sang suami pergi meninggalkan-nya. Rasanya berat, suaminya harus terpaksa meninggalkan-nya lagi, untuk pekerjaannya.
Ranjangnya selalu saja terasa dingin. Tidak ada belaian lembut, atau sekedar kecupan ringan yang menghujami wajah wanita itu. Kali ini lagi-lagi Dinar merindukannya, sangat merindukannya.
Ingin rasanya Dinar mendekap aroma tubuh Vano dengan dalam, sebagai pengobat rindunya.
Dinar menghela napas, sambil menatap layar ponselnya. Dia pandangi foto pernikahan mereka yang dia gunakan sebagai wallpaper layar ponselnya.
Dinar menatap sambil tersenyum tipis. Ibu jarinya mengelus tepat di wajah Vano. Rindu ini begitu menyekiknya, ternyata benar yang dikatakan orang-orang bahwa rindu itu berat.
Arin yang berada di sampingnya, sejak tadi memperhatikan Dinar. Dia menghela napas melihat wanita itu.
"Hmmm.. Besok sih aku enggak bakal mau cari suami kayak Mas Vano lah, Mbak," Katanya tiba-tiba.
Dinar tertegun mendengarnya, "Loh, kenapa Rin? Bukannya Mas kamu itu baik banget, bahkan orang desa segan kali sama Mas Vano."
"Iyaa emang, Mbak. Tapi nggak mau aja di tinggal-tinggal seperti Mbak Dinar. Arin maunya yang tiap hari bareng, Mbak. Pokoknya gak mau deh suami bang toyib yang gak pulang-pulang."
Dinar tertawa, "Kalau udah takdir, kita bisa apa? Nikah itu bukan cuma ijab qobul aja terus selesai. Tantangannya ya baru mulai habis itu."
"Tetap aja nggak mau dapat Bang Toyib, Mbak. Pokoknya Arin gamau, titik."
"Semoga aja, Rin."
"Arin cuma bisa bilang buat sabar aja sih Mbak, dapat suami Bang toyib. Nanti kalau sabarnya habis, Arin kasih semangat deh buat sabaran lagi haha..."
Dinar kembali terkekeh mendengar ujarannya, "Iyaa. Mbak coba terbiasa, Rin. Lagi pula, ada kamu sama Bapak. Jadi, Mbak gak terlalu kesepian."
Semenjak kepergian Vano, Arin belakangan ini tidak banyak ke luar rumah. Mungkin dia tau Dinar akan merasa kesepian. Pak Arga juga belakangan menyibukan diri di ladang, karena musim panen pasti segera tiba.
Dinar menyimpan ponsel di celana, lalu berdiri. Ini sudah menunjukan waktu siang hari. Sudah saatnya dia mempersiapkan makan untuk Bapak mertuanya di sawah.
"Mbak, mau siapkan makan siang buat Bapak dulu. Kamu lanjut mengerjain tugas, jangan gak di kerjakan," Nasihatnya.
"Iyaa, Mbak. Ini kan juga dicicil ngerjain, ok deh."
Menuju ke dapur. Dinar ambil rantang yang biasa dia bawa saat mengantarkan makan untuk Pak Arga di sawah. Lalu, di isi dengan nasi, kemudian lauk yang sudah dia masak tadi pagi.
Setelah semuanya siap, dia langsung membawa menuju ke sawah di mana Bapak mertuanya berada.
Kebetulan cuaca tidak terlalu panas, dia hanya mengenakan rok selutut berenda, dengan motif bunga yang terlihat sangat kalem. Tidak lupa dengan baju lengan pendek, warna merah jambu.
Dalam perjalanan ke sawah, banyak sekali dia berpapasan dengan ibu-ibu tetangga desa. Dinar pun hanya tersenyum, sebagai sapaan sambil berjalan.
"Mau ke mana Bu? Siang-siang rapi kali?" Sapanya pada ibu-ibu yang berpapasan dengannya.
"Mau ke rumah saudara dulu, Neng. Ke desa sebrang, di sana ada acara kecil-kecilan. Neng Dinar mau anter makanan buat Pak Arga ya?"
"Iya Bu. Makan siang buat Bapak."
"Tadi sih saya lihat di belakang gubuk. Kayaknya lagi rehat, kecapean kali."
"Makasih buat informasinya, Bu. Yaudah kalau gitu, saya lanjut jalan Bu, takut malah udah ditunggu Bapak."
"Silahkan atuh Neng!" Dinar merasa tidak enak setelah mendengarnya. Apa Pak Arga tengah sakit?
Dia melangkahkan kaki cepat untuk sampai menuju ke sawah. Saat dia hampir sampai, dilihat Bapak mertuanya sedang beristirahat di belakang gubuk.
...BERSAMBUNG, ...
Dinar sll nyaman dan merasa diperhatikan sm pak Arga...
Vano tidak bs melupakan masalalunya sm mantan kekasih dea....
Lita berusaha menggoda Arga bs tidurnya dasar kegatelan.....
Sebenarnya dinar telah jatuh cinta sm pak Arga sll dekatnya merasa aman dan nyaman.....
knp baru menyadari dinar itu emang dosa bermain gila dgn Bpk mertuamu.....
Krn sering ditinggal suaminya lama dinar sering kesepian dan merindukan belaian...
Gmn ya perasaan Vano sampai tahu istrinya berselingkuh dgn ayahnya....
lanjut thor update lagi....