Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rambut panjang
"Ca, emergency" Sabela memekik setelah membuka pintu kamar Lisya dengan keras
"Sialan ngagetin aja lo, baru aja tadi ketemu" Lisya mengelus dadanya yang berdebar. Padahal baru tadi mereka pulang dengan satu mobil tapi sekarang Sabela sudah datang saja kerumahnya.
"Gawat darurat, big problem" Sabela terengah-engah. Saat sudah tiba dirumah Lisya ia langsung turun dan berlari cepat ke kamar Lisya. Ibu Lisya saja syok saat dia tiba-tiba menggedor pintu seperti dikejar setan.
"Oke oke oke, tapi sekarang tarik nafas buang tarik lagi tahan terus terus terus tahan aja terus" Sabela mengikutinya lalu membuang nafas kasar saat Lisya selalu mengatakan tahan.
"Mati lah gua anjir" Sabela menepuk bahu Lisya keras
Lisya mengusap bahunya "biar bisa ketemuan sama Velia, bel" ujar Lisya santai
"Lo aja sana, gua mah ogah" Sabela tiba-tiba merinding
Sabela tiba-tiba teringat tujuan nya ke rumah Lisya "oh iya" pekiknya tiba-tiba membuat Lisya terperanjat kaget
"Apa-"
"Ca, lo harus bantuin gue eh- kami"
"Kami? Bantuin apa?"
"Lo taukan ultah sekolah bentar lagi. Nah terus gue kan masuk club dance jadi kami nampilin cover dance KPop pas ultah itu. Tapi salah satu temen gue yang ikut cover malah pindah sekolah. Jadi gue minta tolong sama lo buat gantiin dia" mohon Sabela
"Gimana ya? Gue kan juga sibuk sebagai anak OSIS" ujar Lisya tak enak hati
Sabela menurunkan bahunya lemah "plis tolongin dong, kami udah gak tau mau minta tolong siapa lagi. Setau gue cuma lo yang bisa dance malahan dance lo itu bagus banget loh. Mau yaa" Sabela menatap Lisya dengan binar harapan yang tinggi
"Eh kan lo masih ada misi bikin Seira iri, nah bisa tuh. Dia tu pernah masuk club dance juga tapi gerakannya kaku semua jadi dia keluar mungkin sadar diri gak berbakat ngedance" sambung Sabela
Lisya tampak berpikir sejenak "boleh deh"
"Aaa thankyou, nanti koreografi nya gue ajarin" Sabela memeluk Lisya erat dengan senangnya
"Iya iya, plis lepasin, sesek" Lisya terengah-engah setelah pelukan itu dilepas
"Hehehe sorry"
...****************...
"Member baru kita" Sabela merangkul Lisya pada teman temannya
Sekarang Lisya dan Sabela berada di ruang dance. Sesuai dengan permohonan Sabela untuk ikut serta cover dance persembahan ulang tahun sekolah mereka.
"Oh god, visual nya" salah satu dari mereka berujar dengan antusias
"Bisa dance gak nih? Entar kaku kayak si Seira"
"Kedengeran orangnya mampus lo"
"Eitss tenang aja selain cakep kelenturan dia jangan ditanya. Kalau kita gak cepet nariknya dia mungkin udah diseret duluan sama anak tari yang laen" Sabela tersenyum dengan bangganya karena berhasil merayu Lisya
"Lisya, lo gak keberatan kan?"
Lisya terperanjat "enggak kok, gue juga suka dance. Seneng banget bisa ikutan sama kalian"
"Okeyy sekarang kita mulai latihan aja, eh kayaknya kita harus ajarin member baru kita dulu" mereka semua mengambil tempat untuk memulai latihan
Sementara di sisi lain, tepatnya di rooftop sekolah. Seira, Ara dan Sasya baru saja datang dan menghampiri 4 pemuda tampan.
"Kalvin, tebak apa yang beda dari aku hari ini" Ara dengan antusias memutar mutar tubuhnya di depan Kalvin
"Rambut" jawab Kalvin singkat
Ara memanyunkan bibirnya "Ih kok kamu bisa cepet nebaknya. Rambutnya aku pendekin dikit, jelek gak?"
"Cantik"
"Perasaan sama aja" gumam Alan yang didengar Aren
"Biarin aja biarin, daripada tantrum tu cewek" bisik Aren pada Alan
"Revan, menurut kamu aku harus potong rambut juga gak?" Seira menatap Revan, ia jadi tertarik untuk potong rambut usai mendengar Kalvin memuji Ara.
"Gak usah" jawab Revan singkat
Seira menatapnya bertanya-tanya "Kenapa gak usah?"
"Bagus panjang" jawabnya singkat
Seira tersipu malu, ia menjadi semangat untuk memanjangkan rambutnya yang panjangnya masih dibawah bahu.
"Rambut panjang ngingetin gue ke Lisya" ujar Aren
"Iya banget, Lisya emang cantik pake banget dengan rambut panjang" uajr Ara antusias
"Wajahnya jadi keliatan mungil makanya keliatan cantik" ujar Sasya menambahkan
Aren menatap Sasya "mana yayang gue?"
Sasya menoleh saat tatapan Aren mengarah padanya "ikut dance dianya"
"Hah? Dance?" beo Aren
"Yap, kan club dance mau nampilin cover dance KPop tapi anggotanya kurang satu jadi minta Lisya buat join" jelas Ara
"Gak sabar pengen nonton" ujar Aren tersenyum senang
"Udah OSIS terus dance, Lisya kita nobatkan siswi baru tersibuk tahun ini" ujar Alan
"Lo pada gak mau ikut ekskul apa?"
"Gue anak OSIS juga kalau lo lupa" ujar Sasya
"Kalau gue sama Seira sih gak mau ribet, mending gak ikut apa-apa biar bebas, ya kan sei" Ara menatap Seira yang sedang melamun
"Sei!" pekik Ara
Seira menoleh terkejut pada Ara "apa?"
"Lo ngelamun?" tanya Sasya
Ya Seira melamun atau lebih tepatnya overthinking karena ucapan Aren tadi. Perkara rambut panjang sangat cocok untuk di cantik Lisya. Ia menjadi berpikir apakah Revan mengatakan rambut panjang itu cantik karena cocok dengan Lisya.
Setelah diingat ingat dulu saat mereka 3 SMP Revan mengatakan menyukai perempuan rambut pendek hingga Seira memotong rambutnya bondol. Dan sekarang tiba-tiba Revan mengatakan menyukai perempuan rambut panjang. Aneh kan? Siapa yang gak overthinking kalau begini? Tapi nyatanya memang Seira yang selalu berlebihan.
"Kasian amat cewek Kalvin, gak didenger temennya" Alan tertawa pelan lalu dijitak oleh Kalvin
"Emang lo ngomong apa?" tanya Seira sambil menatap Ara
"Itu loh, kan kita ngebahas Lisya yang sekarang super super sibuk karena jadi anak OSIS tapi ikut dance juga. Terus kan kita gak ikut ekskul biar bebas dan gak ribet, setuju kan?" Ara menjelaskan ulang pada Seira
"Iya" Seira menjawab seadanya. Ia juga baru tahu jika Lisya ikut dance.
Ada rasa tak suka dihati Seira saat pembahasan terus mengarah pada Lisya. Lisya cantik juga berbakat hingga semua orang menyukainya berbanding terbalik dengan dirinya yang dicap sebagai antagonis.
Seira menepis rasa insecure nya yang ingin naik. Hidupnya sempurna dan gadis seperti Lisya bukan lah tandingannya. Ia lebih memfokuskan mencari perhatian pada Revan yang merogoh saku mungkin hendak merokok. Tanpa sengaja Revan menjatuhkan 'sesuatu' dari sakunya.
'Sesuatu' itu kecil tapi mampu membuat overthinking nya merajalela
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan