Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas. Tapi Lisya mempunyai tekad kuat untuk membalas dendam kepada para pembully.
Ternyata ada seorang peneror yang yang aneh. Mengirim pesan aneh pada orang orang tertentu. Lebih anehnya lagi peneror itu memakai nama who?
Akhirnya Lisya tau jika Velia bukan bunuh diri melainkan ada campur tangan orang lain
"Who is the perpetrator?" "(siapakah pelakunya?)"
Apakah ada hubungannya dengan peneror itu?
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya. Itu yang terjadi pada Lisya yang terjebak dengan laki-laki yang dekat dengan para pembully. Ia memanfaatkan laki-laki itu untuk membalas dendam tanpa tau jika laki-laki itu menaruh perasaan pada Lisya. Dan lebih dari satu orang.
Mari lihat kisah manis percintaan ini dan bagaimana akhir kisah manis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sasya menangis?
"Sini lo anj" umpat Lisya sambil menjambak rambut Vino dengan kasar
"Arghh dek dek bisa botak gue dek" ringis Vino sambil mencoba melepaskan tangan mungil itu dari kepalanya
Setelah keluar dari ruang OSIS, Lisya langsung menangkap Vino yang bersembunyi di koridor sekolah. Agak jauh dari kelas dan ruang OSIS.
"Lo ngeselin!"
"Ssshh ya maaf, gak lagi deh. Lepasin dulu kita ngomong baik-baik"
Lisya melepaskan cengkraman nya dengan kasar. Melotot ke arah Vino yang masih meringis memegangi kepalanya
"Botak beneran kalau gini" Vino mengelus rambut nya yang sudah banyak rontok karena jambakan maut
"Biarin! Biar jadi tuyul sekalian"
"Apaan?! Muka ganteng gue mana cocok jadi tuyul. Lagian ya duit gue udah banyak. Buat apa nuyul?!"
"Songong banget. Duit bonyok palingan"
"Kan gue anaknya berarti duit gue juga"
"Lo mah beban ortu"
"Pedes banget dah mulut lo" ujar Vino sinis
"Biarin! mulut mulut gue. Gak suka?!" sarkas Lisya nyolot
"Buset dah. Gini deh biar lo gak ngamuk ngamuk lagi ke gue. Gue kasih hadiah deh karena udah gantiin gue"
"Hadiah? Gue cuma pengen lo babak belur" Lisya berujar dengan santai
"Sadis bener lo dek. Gue traktir aja ya"
Lisya nampak berpikir sejenak "boleh deh. Lo gak boleh protes ya kalau dompet lo terkuras habis"
"Gak masalah. Duit gue banyak" ujar Vino merangkul Lisya dan berjalan di koridor sekolah
Memang benar jika Vino termasuk orang yang ber uang. Sudah dikatakan PHS adalah tempat orang-orang berduit.
"Lo pengen apa?" tanya Vino menatap cewek di samping nya yang sedang menepis rangkulannya
"Apa ya? Belum tau sih gue"
"Gue tunggu terus. Silahkan calling Abang Vino kalau udah kepikiran"
"Ck abang abangan" decak Lisya
"Btw tadi gimana bisa lo bikin Jewar mau ngejawab terus nelpon gue?"
"Pakai pesona kecantikan gue" ujar Lisya asal asalan
"Beh pasti kecantol"
Mereka hening sejenak sambil menaiki tangga.
"Vino" panggil Lisya
Vino berdehem "Mm kenapa dek?"
"Jewar berantem sama orang?"
"Oh masalah luka dia ya? Gue sih juga gak tau" jawab Vino
"Gimana sih! Lo kan temennya"
Vino menghela nafas "Jewar pas dateng udah kayak gitu. Gue nanyain terus orangnya gak nyaut. Dari perbedaan yang gue liat, Jewar sedang dalam mood awur awuran. Daripada gue jadi korban kemarahannya lebih baik gue cari aman"
"Jadi emang dari pagi kek gitu?"
"Iya" jawab Vino
Kemudian Vino kembali berujar "peduli amat sama dia"
"Ya peduli lah. Orang udah luka gitu, kan kasian" ujar Lisya
"Ya udah sana obatin"
"Udah di obatin"
Vino berhenti lalu megang kedua bahu Lisya secara berhadapan "Lo seriusan? Lo ngobatin dia? Jewar gak marah lo sentuh?"
"Beneran! walau awalnya dia nolak. Lagian kenapa kalau gue sentuh. Emang bisa ngobatin tanpa nyentuh?" ujar Lisya dengan malas karena pertanyaan aneh
Vino tersenyum kecil sambil menepuk kepala Lisya dengan ringan
"Harus jadian sih lo berdua"
"Yeuuu ngapain gue harus jadian sama dia"
"Fyi, Jewar itu anti cewek bukan berarti dia belok. Cuma ya bagi dia risih aja deket cewek yang gatelin ke dia. Dan lo bisa dek! bisa!"
"Anjir! gue cuma obatin"
"Berawal dari ngobatin udah itu pacaran"
"Stres! Minum obat sana"
...****************...
"Lo kenapa?" tanya Seira menatap Sasya yang menangis di pelukan Ara.
Sekarang mereka bertiga sedang berada di rooftop. Seira dan Ara langsung berlari kemari karena ditelpon Sasya dengan suara serak khas orang nangis.
"Jawab Sasya" ujar Ara
Sasya menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Ara tapi langsung menutup wajahnya yang sembab "hiks gu-gue-"
"Tempat kita udah diambil, eh lo nangis?" sindir Alan lalu terhenti karena salah satu dari mereka sedang sesenggukan
Sasya sedang menangis!
"Hayo kalian apain" ujar Aren menunjuk Seira
"Gak mungkin gue ngapa ngapain temen sendiri. Kita itu besti" ujar Seira sinis lalu tersenyum manis karena ada Revan
"Lo nangis beneran? Langka banget sih ini" ujar Alan sambil duduk disamping Sasya.ia menatap Sasya yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Alan jangan gitu! Kita harus tenangin Sasya" ujar Ara menatap Alan sinis
"Kita? Lo berdua lah yang harus nenangin. Kan kalian besti" ujar Alan santai sambil meniru suara Seira saat mengucapkan kata terakhir.
"Kenapa bisa sampai nangis gitu?" tanya Kalvin duduk disamping Ara
Ara menoleh pada Kalvin "gak tau. Udah daritadi kek gini. Ditanya malah gak dijawab"
"Biasanya, kalau udah nangis kayak gitu artinya lagi sakit hati" ujar Aren sok tau. Tapi playboy emang pengalaman sama yang namanya sakit hati
"Hah? beneran gitu?" tanya Ara
"Mantan mantan gue yang gak pernah nangis malah jadi cewek cengeng kalau gue putusin. Ni cewek kan juga galak, jarang nangis, berarti emang lagi sakit hati"
"Diambil dari pengalaman hidup Aren. Mana tau emang bener terjadi sama temen lo ini" timpal Alan
"Sya, lo beneran lagi sakit hati?"
"ENGGAK!" ujar Sasya keras
Mereka semua terperanjat
"Syok berat gue!. Ren, cewek yang lo putusin marah marah gak kalau di tanyain?" tanya Alan pada Aren
"Mana gue tau. Kalau udah putus buat apa gue tanya tanyain lagi. Mending cari baru" jawab Aren santai
"Mungkin ada hubungannya sama Jewar" tebak Alan mengingat jika laki-laki itu sangat sering Sasya ceritakan
"Sya jujur! Lo sakit hati? Apa ada hubungannya sama Jewar?" tanya Ara beruntun
Sasya tak menjawab dan tetap menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Tapi didalam hati ia mengiyakan pertanyaan Ara
Sasya sakit hati. Sakit hati karena pemuda yang ia cintai menolaknya. Ia pikir setelah mengakui segala kelakuan dan rasa sukanya pada Jewar, Jewar menjadi peka akan perasaannya dan membalas nya.
Ternyata tidak, ia ditolak mentah-mentah. Belum lagi harus menanggung malu akan perbuatannya, malu karena menyatakan perasaan nya, malu karena ketahuan Jewar membuat berita palsu, malu karena ada seseorang yang melihatnya dan memvideokan kejadian itu. Dan sekarang ia malu mengakui hal yang terjadi pada teman-temannya.
"Beneran ada hubungannya sama Jewar?" tanya Seira
Sasya tak menjawab karena tak tau harus menjawab apa.
"Woi lo ditanyain! Sejak kapan lo suka nangis lebay kayak gini. Tunjukin lagi muka galak lo" celetuk Alan
Rasanya Sasya pengen nonjok mulut pedas Alan itu. Orang lagi sakit hati juga.
"Di tunggu tenang dulu. Nanti baru tanyain lagi" ujar Kalvin pada Ara yang terlihat ingin bertanya lagi
Ara hanya menghela nafas dan menatap Sasya prihatin. Dari sekian lama mereka berteman, baru kali ini ia melihat Sasya menangis.
...----------------...