NovelToon NovelToon
KUTUKAN 99 HARI

KUTUKAN 99 HARI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Matabatin / Mata Batin / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Seorang pria muda yang sedang menunggu interview dan seraya menunggu panggilan, dia memilih meluangkan waktunya untuk menjadi driver ojek online, tapi pria yang bernama Junaidi ini cukup apes dan apesnya ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.

Singkatnya, pada malam itu pria muda tersebut tengah terburu-buru untuk mengantarkan pesanannya, tanpa sengaja, dia menyerempet nenek tua yang sedang menyebrang jalan.
Bukannya menolong, dia justru acuh tak acuh dengan alasan takut diberi bintang satu jika terlambat datang.

Namun, siapa sangka kalau nenek yang dia serempet bukanlah sembarang nenek dan setelah malam itu, mata batinnya terbuka. Inilah KUTUKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN HARI yang harus Junaidi terima.

Cerita ini merupakan karya fiksi murni. Nama tempat, kejadian dan karakter yang disebutkan tidak memiliki koneksi dengan kenyataan dan hanya untuk tujuan kreatif semata ditulis oleh Tsaniova.

Jam Update pukul 9.00 pagi dan malam pukul 19.00 wib

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua Terlihat Sama, Seperti Jin Hitam Di Mata Rumi

"Astaga!" seru Junaidi saat melihat Sami yang sedang dipukuli oleh Rumi. Mendengar suara Junaidi, Rumi pun menoleh.

"Juna!" sergahnya, Rumi yang ketakutan setengah mati itu segera berlari ke arah sahabatnya, dia berlindung di balik badan Junaidi, menunjuk Sami yang sudah babak belur di ranjang.

"Jun, dia ngikutin gua terus! Dia bilang dia mau ambil nyawa gua, Jun!" kata Rumi dengan paniknya.

Sekarang, Junaidi membantu Sami untuk bangun, dia sendiri bingung harus membantu yang mana dulu, membawa Sami ke rumah sakit berarti harus meninggalkan Rumi di kos sendiri, sedangkan sama sekali tidak aman bagi Rumi untuk sendiri.

Akhirnya, dengan terpaksa Junaidi mengikat Rumi di kursi. "Jun, kenapa lu ikat gua, hah? Ada yang lagi ngincer gua, Jun! Jahat, lu!" teriak Rumi dan saat itu, Junaidi menundukkan kepala, menangisi keadaan sahabatnya.

"Seandainya gua nggak cerita soal pocong itu, mungkin keadaan Rumi sekarang baik-baik aja," tangisnya, sebagai pejantan tangguh, Junaidi pun segera menghapus air matanya.

"Mel, gua titip Rumi dulu, ya. Tolong jaga dia, gua harus anter Sami ke rumah sakit," pintanya pada hantu perawan yang berdiri di belakang kursi Rumi.

"Tapi, Bang. Ini ada kekuatan besar, aku kalah jauh. Abang jangan lama-lama!" jawab Melati, dia bergegas untuk mengunci jendela kamar tersebut membuat Sami yang sedang merintih menggeleng.

"Sialan, lu! Lu pulang bawa apaan, hah?" tanya Sami pada Junaidi yang juga memperhatikan jendela yang mengunci dengan sendirinya.

"Tenang aja, dia baik, kok. Ayo, kita ke rumah sakit!" ajak Junaidi seraya membantu sahabatnya bangun, dia memapahnya.

"Jun, gua khawatir sama Rumi, mendingan kita ke klinik depan aja itu, gua nggak papa," kata Sami dan Junaidi pun mengiyakan.

Singkat cerita, mereka sudah berada di IGD klinik dan Sami sudah mendapatkan penanganan. Junaidi yang menunggu itu merasa gelisah, pikirannya selalu tertuju pada Rumi yang sedang ketakutan di kamar kos.

Melihat kegelisahan sahabatnya membuat Sami mengerti, dia pun menyuruh sahabatnya untuk ke kos.

"Gua tinggal nggak papa, Sam? Gua kepikiran terus sama Rumi," tanya Junaidi dan Sami yang sedang diobati itu menjawab dengan mengangguk.

Pria berpakaian seragam cleaning servis berwarna biru mix abu-abu itu bergegas, dia mempercepat langkahnya membuatnya tergesa-gesa dan tanpa sengaja menabrak seorang kakek tua yang sepertinya ingin berobat juga ke klinik tersebut.

"Maaf, Kek. Kakek nggak papa?" tanya Junaidi seraya membantunya untuk berdiri dan kakek yang terjengkang itu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Nggak papa, kakek baik aja," jawab kakek tersebut seraya memperhatikan wajah Junaidi.

"Kamu lagi cemas? Ada masalah?" tanya kakek tersebut.

Kemudian, Junaidi menuntun kakek itu ke kursi panjang yang tersedia di depan klinik seraya menjawab pertanyaannya. "Iya, Kek. Saya lagi buru-buru juga."

"Nak, ingatkan diri pada Tuhan, InsyaAllah kita akan selamat," ucapnya, Junaidi terdiam, dia tersadar akan sesuatu yaitu selama ini dirinya jauh dari Tuhannya. Pria yang semula kebingungan pun kini sudah tau apa yang harus dilakukan.

"Terima kasih nasehatnya, Kek. Saya permisi," kata Junaidi yang kemudian segera pergi.

Sementara itu, di kamar kos, Melati sedang bertatap muka dengan sosok jin hitam yang sedang mengganggu Rumi. Tersadar kalau kekuatannya tak sebanding membuat Melati memilih pergi, dia menyusul Junaidi dan saat itu mereka berpapasan di gerbang kos.

"Mel, ada apa?" tanya Junaidi seraya terus melangkah, Melati yang berjalan di depannya itu menjawab, "Bahaya, Bang. Dia mau jadiin Bang Rumi tumbal."

Deg! Terkejut bukan main, Junaidi merasa kalau dirinya harus bertanggungjawab, bahkan dia merasa kalau seharusnya dialah yang diincar oleh pemilik warung, kenapa jadi Rumi? Benar-benar membuat Junaidi semakin merasa bersalah.

Sekarang, mereka sudah sampai di kamar, pria tampan kusut itu pun segera membuka pintu dan melihat Rumi menatapnya dengan tatapan kosong.

"Rum, lu nggak papa?" tanya Junaidi seraya membuka ikatan sahabatnya dan yang ditanya hanya diam.

"Jangan-jangan mereka udah berhasil bawa sukma Rumi?" tanya Junaidi dalam hati. Dia memperhatikan sekeliling kamar dan tak melihat sosok apapun, mungkinkah sudah pergi?

Lalu, Junaidi yang teringat dengan pesan kakek pun segera mengambil wudhu, dia ingin melaksanakan sholat, dia juga mengajak Rumi.

"Rum, sebaiknya kita sholat," ajak Junaidi dan Rumi masih terdiam, hanya menatapnya kosong dan tiba-tiba saja menjerit ketakutan.

Pria yang kaosnya memiliki bekas darah itu segera mendorong Junaidi. "Pergi, sialan lu!" geram Rumi.

Sekarang, Junaidi berbisik di telinga Rumi, dia terus berusaha membacakan ayat kursi walau sahabatnya itu terus meronta yang lama-kelamaan sekarang sudah sadar kembali, Rumi pun memeluk Junaidi.

"Jun, lu dari mana aja, sih? Gua takut, gua liat sosok jelek item itu dimana-mana, Jun!" tangis Rumi.

"Nggak papa, dia sama seperti kita yang ciptaan Tuhan. Sekarang, kita sholat dhuhur, yuk!" ajak Junaidi dan Rumi mengangguk.

Dengan telaten, Junaidi membatu Rumi yang masih ketakutan, dia menggantikan pakaiannya yang sudah kotor.

Dan saat mereka sedang sholat, saat itu juga Sami datang. Dia menunggu di depan pintu kamar kosnya karena Junaidi dan Sami sholat tepat di belakang pintu.

Lalu, seseorang menghampiri Sami. "Maaf, di kamar kamu ada apa? Kenapa berisik sekali?" tanya penghuni kos yang lain.

"Maaf, Mas. Temen saya lagi sakit, do'ain biar cepat sembuh, ya!" jawab Sami seraya mengatupkan dua telapak tangannya dengan kepala sedikit mengangguk.

****

Sementara itu, Junaidi yang belum juga kembali ke kantor menjadi bahan gosip, dia digosipkan kalau sama seperti OB lainnya yang tidak tahan dengan gangguan hantu Melati.

Seseorang yang ingin memastikan soal taruhan itu pun menghubungi Rumi.

"Halo, ada apa, Ren?" tanya Rumi yang masih duduk di atas sajadahnya.

"Temen lu, Juna itu udah nggak kerja, ya? Berarti lu kalah taruhan, dong?"

"Dia masih kerja, gua lagi sakit jadi dia nungguin di kos, ntar juga berangkat lagi," jawab Rumi, setelah itu, dia pun memutuskan sambungan teleponnya.

"Kenapa, Rum?" tanya Sami dan Junaidi bersamaan. Sami meletakkan obatnya di atas meja kerja dan saat itu, Rumi melihatnya babak belur, dia pun bertanya, "Kenapa, lu? Kenapa babak-babak belur?"

"Ban*ke, ini semua kerjaan lu! Lu yang nonjok gua, lu bilang gua setan lah, jelek lah!" gerutu Sami seraya menoyornya. Dia sendiri tidak bisa marah pada Rumi teringat dirinya sedang menjadi incaran tumbal seseorang.

"Jun, gimana soal hantu Melati?" tanya Rumi dan Junaidi yang duduk di tepi ranjang itu melirik pada Melati yang berdiri di dekat jendela.

"Dia udah nggak ganggu lagi, percaya sama gua," jawab Junaidi, dia masih menatap Melati yang sekarang sedang tersenyum padanya dan tanpa sadar, Junaidi pun membalas senyum itu.

Rumi dan Sami melihat ke arah jendela dimana Melati berdiri, tapi mereka tidak dapat melihatnya.

"Oh, iya. Jangan lupa berdoa, sholat juga, kalau bisa sholat malam juga, Rum. Minta pertolongan sama Allah, kita pasti selamat!" Junaidi bangun dari duduk, dia menepuk bahu Rumi dan pria itu menurut, nyatanya setelah melaksanakan sholat dzuhur tadi hatinya merasa tenang.

Rumi juga mulai menghafal ayat kursi membuat pemilik warung itu merasa panas.

"Bu, bapak panas banget, bapak pulang dulu," ucap pria berkumis tipis itu dan tidak menyangka kalau menjadikan Rumi sebagai tumbal tidak semudah itu.

"Mungkin karena bantuan temennya? Dia kayanya punya ilmu, atau harus ku singkirkan dia dulu baru Rumi?" tanyanya pada diri sendiri.

1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Kebanyakan enncumm tu pikiran tman mu juneddd😂
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞: Tak perlu 😂
Tsaniova: 😂😂😂😂 jangan kasih clue
total 4 replies
Aono Morimiya
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
Tsaniova: Terima kasih, kak. 😇😇
total 1 replies
Sukemis Kemis
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Tsaniova: Alhamdulillah, makasih akak. 😇😇😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!