Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Krismon Datang
‘’Kami sedang berbincang, Fort!’’ protes seorang wanita paruh baya, yang sepertinya kesal karena pria itu tiba-tiba menginterupsi.
‘’Baiklah, cukup mengganggunya. Dia harus kembali ke resort sekarang. Kalian juga bubarlah,’’ kata Fort menarik Peat pergi.
‘’Fort, jangan pelit!’’
‘’Jangan hanya miliki tamu wanita cantik ini untuk dirimu sendiri!’’
‘’Kau hanya takut dia lebih menyukai kami daripada dirimu!’’
Fort yang mendengarnya hanya tersenyum lebar sebelum Peat melepaskan tangannya, berhenti di jalan setapak.
‘’Menyentuhku di depan umum adalah pelanggaran batasan antara pemandu dan wisatawan,’’ kata Peat.
‘’Tidak ada batasan lagi di antara kita setelah apa yang terjadi kemarin malam. Selain itu, jika aku memiliki sesuatu, aku tidak suka berbagi dengan seseorang.’’
Peat menyilangkan kedua tangan. ‘’Aku seorang aktris. Aku milik semua orang.’’
‘’Kau hanya milikku.’’
‘’Aku tidak mau menjadi milikmu.’’
‘’Kalau begitu aku milikmu.’’
Kalimat Fort membuat Peat kalah telak. Keduanya saling adu tatapan hingga Boss muncul dengan gaya dramatis seperti seorang detektif.
‘’Ah, akhirnya kutemukan dua insan sialan ini!’’
Ia berjalan mendekat, lalu tiba-tiba mengerutkan dahi sambil menatap Peat dengan kemeja pantai yang kebesaran. ‘’Kenapa kemeja pantai kakakku ada di kau?’’
Boss kemudian mengalihkan pandangannya. ‘’Kak Fort juga cuma pakai kaos kinsi.’’
‘’Ditambah lagi aku disuruh tidur di toko semalam dan dilarang pulang ke rumah.’’
Boss mulai mengitari kedua orang itu dengan ekspresi penuh curiga. Begitu tiba kembali di depan, ia memberi tatapan menyelidik. ‘’Apa yang sudah terjadi di rumah itu?’’
Peat menghela nafas. ‘’Adik kecil, jika kau menggunakan setengah otakmu untuk berpikir sebelum bicara, mungkin kau bisa hidup lebih damai.’’
Boss mendekatkan wajah, menatap kakaknya dengan mata menyipit. ‘’Aku yakin ada yang terjadi.’
Saat itu juga, Fort mendorong kepala adiknya dengan kasar, sebelum menarik Peat pergi dari sana.
‘’Eish, dasar Kakak bajingan. Pasti ada sesuatu yang terjadi antara kalian semalam!’’
‘’Mulut adikmu itu harus diikat,’’ kata Peat dengan nada jengkel.
‘’Dia memang spesialis membuat onar,’’ balas Fort santai, tapi sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecil yang tidak bisa disembunyikan.
......................
Setibanya di resort, Peat menatap Fort dengan pandangan sinis. ‘’Aku sudah sampai, apa kau juga ingin mengikuti hingga ke dalam kamar mandi?’’
‘’Itu ide bagus. Kenapa kita tidak mencobanya di kamar mandi kali ini?’’ tanya Fort sambil tersenyum lebar.
Ia dengan cepat mencuri ciuman dari bibir Peat sebelum wanita itu sempat bereaksi.
‘’Akhir-akhir ini kau selalu melakukannya dan itu menggangguku,’’ kata Peat.
‘’Ini tradisi pulau,’’ kata Fort.
Peat berdecih pelan. ‘’Kau benar-benar bajingan.’’
Fort terkekeh. ‘’Tapi kamu sebenarnya suka, kan?’’
Ia memperbaiki posisi sebelum memajukan wajah, hendak mencium wanita itu dengan sungguh-sungguh.
‘’Fujimoto Peat!’’
Keduanya tersentak.
Fort mengepalkan tangan sambil menghela napas berat dan berbalik. ‘’Siapa lagi bajingan ini yang berani mengganggu?’’
Peat terkejut, senang sekaligus bingung. ‘’Krismon?!’’
Pria itu muncul dengan gaya dramatis, mengenakan topi besar, kacamata hitam, dan membawa kipas. Krismon mendekat dengan langkah tegas, menunjuknya dengan ekspresi penuh frustrasi lalu menggeser Fort kasar begitu saja.
‘’Kau di sini?’’
‘’Bagaimana aku di sini,? Video! Kau viral, Nona Bintang! Viral!’’
’’
Flashback on
‘’CCTV? Nihil. GPS? Error. Media sosial? Cuma ada fans-fans yang terus mendukungnya di kolom komentar.’’
Krismon benar-benar kehilangan kesabaran. Di kamar apartemennya, ia memandang keluar jendela sambil berteriak.
‘’Di mana kau sebenarnya?! Dunia ini terlalu besar, terlalu rumit! Kau tahu aku ini buta arah, kan? Kalau kau di ujung dunia, beri sinyal pakai flare atau balon udara! Aduh, kenapa aku merasa seperti tokoh utama drama bodoh sekarang?!’’
Tetangganya mengetuk dinding sambil berteriak, ‘’Hei! Bisa diam tidak?! Kami juga butuh tidur!’’
‘’TIDAK ADA TIDUR SAMPAI WANITA ITU KETEMU!’’ balas Krismon teriak.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, melihat spam chat berkat sebuah unggahan video.
Dalam video itu, Peat terlihat bersinar seperti seorang dewi. Suaranya, rambutnya yang berkibar ditiup angin, gaunnya yang melayang-layang, semuanya menciptakan visual yang memukau. Komentar di video itu penuh dengan pujian dan kekaguman, beberapa bahkan memanggilnya ‘’The Goddess of the Tropics.’’
Flashback off
‘’Seseorang merekamku?’’
‘’Ya! Dan mengunggahnya di internet! Begitu aku melihat ini, aku langsung tahu kau ada di mana,’’ omel Krismon dengan mata berkaca-kaca karena kelelahan sekaligus lega.
Fort menghampiri Boss dengan ekspresi bingung. ‘’Kau datang bersamanya, siapa pria ini?’’
‘’Aku juga tidak tahu. Setelah kalian pergi, pria itu datang dan langsung menanyakan Fujimoto Peat, jadi aku mengantarnya ke sini.’’