banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Zahra keluar dari kamarnya sangat pagi sekali, karena kata William tidak ada pembantu di rumah ini maka ia harus mengerjakan semuanya seorang diri.
Dengan tangan yang diperban Zahra mengerjakan pekerjaan rumah walau sedikit kesakitan dan kesusahan.
Kini Zahra sedang masak didapur hingga dirinya terlonjak kaget mendengar teriakan dari arah kamarnya.
"Zahraaaaaaaa". Teriak William begitu kencang.
Zahra hanya menghela nafas berat kala suara itu seakan memekik ditelinga padahal rumah ini begitu besar tapi suara William masih didengar begitu jelas.
"Ada apa lagi dia berteriak memanggilku". Kata Zahra berlari kecil kearah sumber suara.
Disana sudah ada William yang mondar mandir mencarinya.
"Ada apa tuan manggil saya, bahkan suara anda sampai menembus gendang telinga". Kata Zahra santai.
Zahra begitu muak akan sikap kasar yang ditunjukkan William, maka dari itu dia harus melawan agar tidak ditindas terus.
"Berani sekali kamu berkata seperti itu, apa nyalimu begitu tinggi". Ucap William berjalan kearah Zahra berdiri.
"Apa saya harus diam ketika anda berbicara ? Ketika saya diam anda akan marah setelah saya menjawab anda juga marah. Saya ini punya mulut tuan". Balas Zahra dengan keberanian walaupun kini dalam hatinya begitu takut.
"Hahahaha, kamu sudah berani rupanya, kini aku sudah melihat sifat aslimu bahwa betapa rend*hnya dirimu. Sudah berapa banyak laki-laki yang kamu jerat diluar sana untuk menjajakan tubuh murahan mu itu". Hina William yang menatap jijik kepada Zahra seakan Zahra adalah seorang p*lacur dimata nya.
"Terserah apa kata anda tuan, jika anda mengatakan saya m*rahan maka tenggelam lah dalam pikiran anda sendiri. Sekalipun saya membela diri pasti anda tidak akan mempercayai saya. Buktinya anda bahkan menuduh saya menculik calon istri anda yang jelas adalah mbak saya sendiri.
Sungguh saya begitu menyesal menerima pernikahan ini karena anda tak ubahnya adalah iblis yang berwujud manusia". Zahra balik memaki William.
Zahra sudah muak sekali dengan laki-laki yang kini berdiri dihadapannya, bagaimana tidak Zahra selalu dihina bahkan dituduh yang tidak dirinya perbuat bukan cuman itu bahkan Zahra harus menerima siksaan dari William yang begitu sadis.
Willim menatap tajam kearah Zahra begitupun Zahra menantang balik tatapan itu tak kalah tajamnya.
Plak
Plak
dua tamparan keras mendarat di pipi Zahra hingga membuatnya tersungkur dengan ujung bibir yang berd*rah.
"Jangan pernah kamu mem*kiku dengan mulut rend*han mu itu. Jika aku mendengar lagi maka kamu tidak akan melihat dunia lagi perempuan murahan". Tunjuk William tepat di wajah Zahra.
Zahra tersenyum dan mengusap darah dibibirnya mendengar ucapan William "kenapa ? Silahkan b*nuh saya, biar anda puas tuan William Alexander. Bahkan saya sudah siap jika anda ingin memb*nuh saya. Dengan begitu saya tidak akan lagi melihat wajah anda yang seperti iblis itu".
Tangan William langsung mencengkram dagu Zahra begitu kuat "iblis seperti ini yang kamu maksud HAAA!!!". Teriak William dihadapan Zahra membuat Zahra memejamkan mata sesaat, nafasnya kini tersengal.
"Hahahah, berteriak lah perempuan m*rahan. Aku adalah iblis yang akan membuat hidup mu menderita hingga kamu m*ninggal secara perlahan-lahan HAHAHA". Tawa William menggema diruangan dapur tersebut.
Zahra hanya bisa pasrah sekarang, sebab cengkraman William saat ini begitu kuat bahkan Zahra begitu sulit bernafas.
'yaAllah jika ini akhir hidup ku, aku ikhlas yaAllah. Tapi ketika hamba meninggal nanti hamba ingin laki-laki ini menyesal atas perbuatannya karena telah menyiksaku'. Batin Zahra.
"ASTAGA WILL APA YANG KAMU LAKUKAN HAAAAA!!!". teriak seorang perempuan yang kini masuk dalam rumah itu ditemani dengan suaminya yang juga tak kalah kaget nya.
Natasha, istri dari Arnan berlari kencang kearah William yang masih mencengkram dagu Zahra, begitu juga Arnan mengikuti istrinya.
Kedatangan sepasang suami istri tersebut tak membuat William melepaskan cengkraman nya Bahkan kini Zahra sudah tak sadarkan diri.
Tangan William dihempas kuat oleh Arnan hingga cengkraman tersebut terlepas, lalu Natasha dengan sigap menolong Zahra.
"Mas, cepat angkat Zahra kekamar nya". Teriak Natasha panik karena tubuh Zahra sudah pucat.
Dengan sigap Arnan mengangkat Zahra menuju kamar pembantu "kenapa dibawa kekamar belakang mas!!!!". Teriaknya lagi.
"Disanalah kamar nya sayang, sudah kita tak punya banyak waktu". Kata Arnan yang terus berjalan menggendong tubuh pucat Zahra.
Natasha menatap tajam kearah William yang kini mematung melihat Arnan yang mengangkat istrinya.
"Jika terjadi apa-apa dengan adik ipar, aku tidak akan segan-segan menghajar mu". Ancam Natasha kemudian berlalu dengan cepat menuju kamar Zahra.
Kini Zahra diperiksa oleh Natasha "apakah dia masih hidup sayang". Tanya Arnan suami Natasha.
"Entahlah mas, aku tak merasakan nadinya lagi". Jawab Natasha begitu panik.
"Lihatlah jari-jari nya bergerak sayang, cepat periksa kembali". Ucap Arnan melihat tangan Zahra sedikit bergerak.
Dengan cepat Natasha memeriksa kembali dan bernafas lega karena Zahra masih hidup "Alhamdulillah mas, Zahra masih hidup".
Arnan mengucap syukur mendengar ucapan istrinya, dirinya kemudian pamit untuk keluar menemui William. Sedangkan Natasha mengantikan perban tangan Zahra yang sudah berdarah.
"Kasihan kamu Zahra, harus menanggung penderitaan ini. Padahal kamu tidak salah apa-apa". Ucap Natasha membuka perban tangan Zahra.
Zahra seakan mendengar ucapan Natasha, dirinya meneteskan air mata walau matanya terpejam.
Sedangkan diluar, William Kini berdiri didepan kolam renang dengan menghisap rokok nya bahkan kedatangan Arnan tak digubris nya.
"Aku tidak habis fikir dengan mu, apa yang ada dalam pikiran kamu hingga hampir memb*nuh istrimu sendiri meninggal" kata Arnan berdiri tepat disamping William.
"Bahkan Zahra rela meninggalkan impian nya demi mengantikan kakaknya yang hilang begitu saja. Apa kamu tak tahu caranya berterima kasih hingga menyiksanya seperti itu ?". Ucap kembali Arnan menatap lurus begitu pun William
"Itu bukan urusan mu, jadi jangan ikut campur dalam rumah tanggaku". Balas William tanpa menatap Arnan.
Arnan tersenyum dengan jawaban sepupunya itu "ini memang rumah tanggamu, tapi kamu sudah keterlaluan menjadi manusia bahkan kamu menyiksa istrimu sendiri begitu sadis. Mungkin hati nurani mu tertutup sekarang".
Batang rokok yang tinggal sedikit dibuang kesembarang arah "kamu tidak tahu akar permasalahannya, jadi tidak usah ikut campur".
"Permasalahannya apa yang tidak aku ketahui, apa kamu tidak pernah kasihan kepadanya rela menerima pernikahan ini dengan terpaksa ?". Tanya Arnan.
"Dia terlibat dalam hilangnya kekasihku. Jika kamu diposisiku apakah kamu akan diam saja ketika perempuan sok lugu itu menyembunyikan calon istrimu ? Bukannya menjawab tapi William memberi pertanyaan kembali.
Arnan menghela nafas berat "apa kamu sudah menyelidikinya jika Zahra terlibat dalam hilangnya calon istrimu ? Aku bahkan bisa menjamin jika Zahra tidak tahu apa-apa mengenai hilangnya intan. Kamu tahukan jika Natasha dan Zahra teman yang begitu dekat sejak duduk di bangku SMA. Tapi sayangnya nasibnya begitu jauh berbeda".
William terdiam dengan ucapan Arnan, memang benar apa yang diucapkan sepupunya itu bahwa dirinya tak pernah mencari tahu apakah istrinya terlibat atau tidak. William hanya mengikuti pikirannya yang tertuju pada Zahra.
"Kamu mempunyai banyak koneksi bukan, cobalah untuk mencari tahu sebelum kamu menyesal karena telah menyiksanya". Ucap Arnan segera berlalu meninggalkan William dengan segala pemikiran nya.
'tidak mungkin intan kabur dengan sendirinya pasti perempuan mur*han itu terlibat juga. Yah pasti dia dibalik hilangnya intan'. Gumam William.
Karena egonya dan kebenciannya yang sudah mendalam maka William tetap menyalahkan Zahra.
Bersambung...