NovelToon NovelToon
Bloodlines Of Fate

Bloodlines Of Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.

Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.

Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...

Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Umpan

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Senja mulai merayap di atas kota ketika Monvok, seorang vampir gelap, mengendap menuju rumah Nenek Mika. Hari itu, bibi Lena, yang biasanya menjaga rumah, belum kembali dari pasar. Monvok membuka pintu dengan perlahan, langkahnya nyaris tak terdengar saat dia memasuki rumah tua itu. Tatapan matanya yang gelap langsung menyapu sekeliling ruangan, mencari seseorang yang sudah lama dicarinya.

Nenek Mika, atau Stephanie Grey, duduk di kursi rotan sambil menenun selendang usang. Ia terperanjat saat melihat sosok Monvok berdiri di hadapannya. Wajahnya memucat, mengenali vampir gelap yang seharusnya sudah lama lenyap. Dalam hatinya, ia tak percaya Monvok masih hidup, apalagi berani muncul di sini.

"Stephanie Grey," suara Monvok bergema dingin di dalam ruangan.

"Ka kau, kau masih hidup?" Tanya Nenek Mika dengan terbata-bata merasa tidak percaya Monvok datang ke rumah nya.

"Aku mencari anakmu, Esta Grey. Di mana dia?"

Nenek Mika menggeleng lemah. "Esta sudah meninggal sejak 18 tahun lalu, Monvok. Tak ada yang tersisa darinya."

Monvok mendengus, tak percaya. Ia melangkah lebih dalam ke dalam rumah, menyusuri setiap sudut, membuka pintu-pintu, mengobrak-abrik lemari, mencari sesuatu, atau mungkin seseorang. Setelah memastikan tak ada tanda-tanda keberadaan Esta, kini matanya tertumbuk pada sebuah foto yang tergantung di dinding. Gambar itu menampilkan seorang gadis muda dengan senyum yang tak asing di matanya “Elara… gadis itu, apa dia anak nya Esta?” pikir Monvok.

“Siapa gadis ini?” tanyanya sambil menatap tajam Nenek Mika.

Nenek Mika terdiam, matanya berkilat, penuh kewaspadaan. Ia tahu Monvok adalah vampir gelap yang hanya mencari satu hal yaitu darah suci. Namun, ia juga tahu resiko memberitahu apapun kepada Monvok. Meski ia sendiri tidak pernah mengkonfirmasi bahwa Elara memiliki darah suci, kecurigaan itu tetap ada.

“Elara,” bisik Monvok seraya memicingkan mata. “Dia mirip sekali dengan Esta. Apakah dia anak Esta?”

Nenek Mika menggeleng dengan tegas. “Aku tak tahu apa maksudmu, dan bahkan jika aku tahu, aku tak akan memberitahumu.”

Monvok tertawa dingin. “Jadi, kau lebih memilih membisu, Stephanie? Kau tahu ini hanya membuang waktuku, bukan?”

Tatapan Monvok berubah tajam, kesabarannya telah habis. Ia mendekati Nenek Mika dan menyeringai jahat. “Baiklah kalau begitu. Jika kau tak mau bicara, aku akan membawamu. Mungkin gadis kecil itu akan muncul jika kau menjadi umpanku.”

Dengan kekuatan vampirnya, Monvok menggenggam tangan Nenek Mika yang rapuh dan menghilang dalam kabut senja.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Di tempat lain, Elara tak tahu menahu apa yang terjadi di kampung halamannya. Hari ini, ia merasa sedikit lebih bahagia dari biasanya. Setelah beberapa hari cemas menunggu kabar dari Aiden Valen, akhirnya pria itu kembali dari pencariannya membawa penawar racun untuk Kevin, asistennya. Melihat Aiden kembali dengan keadaan sehat, hati Elara terasa ringan.

"Aiden! Kau baik-baik saja," seru Elara saat melihatnya memasuki rumah dengan membawa sekotak tanaman herbal langka di tangannya.

Aiden tersenyum samar, menatap Elara sejenak sebelum mengangguk. "Ya, dan ini," katanya sambil mengangkat kotak itu, "adalah penawar yang akan menyelamatkan Kevin."

Mereka pun segera bekerja sama untuk meracik ramuan dari tanaman yang langka itu. Elara mengambil pisau kecil untuk memotong jamur purnama, salah satu bahan utama dalam ramuan tersebut. Namun, ketika dia sedang memotongnya, tanpa sengaja tangannya terluka akibat pisau yang tajam. Setetes darahnya mengalir keluar, dan aroma darahnya yang manis memenuhi ruangan.

Aiden menatap luka itu dengan ekspresi terkejut, lalu dengan cepat memberinya tisu. “Hati-hati, Elara.”

Mendengar kekhawatiran di nada suara Aiden, Elara menatapnya bingung. "Apa yang salah? Ini hanya luka kecil."

Aiden menghela napas lega melihat Elara masih mengenakan kalung pemberiannya serta cincin pelindung. Jika saja tidak, ia mungkin tak bisa mengendalikan dirinya. Aiden mengangguk, berusaha tetap tenang.

“Tidak apa-apa. Hanya saja... kau harus lebih berhati-hati,” jawabnya singkat.

Mereka melanjutkan proses pembuatan ramuan, dan setelah beberapa menit, Aiden menyiapkan ramuan tersebut dan membawanya ke kamar Kevin. Mereka menuangkan ramuan itu ke dalam mulut Kevin yang masih lemah, dan tak lama kemudian, tanda-tanda kesadaran mulai muncul di wajah Kevin. Perlahan, matanya terbuka, dan ia menghela napas panjang.

Aiden tersenyum lega. “Selamat datang kembali, Kevin.”

Setelah itu, Elara memutuskan untuk keluar sebentar. Ada perasaan tidak enak di hatinya yang membuatnya gelisah. Ia berjalan keluar, menghirup udara sore, mencoba menenangkan pikirannya. Entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal dalam batinnya, seolah firasat buruk menunggunya di ujung senja ini.

“Ada apa dengan perasaan ku ini?” gumamnya lirih, sambil menatap langit yang mulai gelap.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Sementara itu, Monvok membawa Nenek Mika ke tempat persembunyiannya. Di ruang bawah tanah yang dingin dan gelap, dia mengikat Nenek Mika ke kursi. “Sekarang, mari kita lihat apakah gadis kecilmu akan datang menjemputmu,” katanya dengan seringai licik.

Nenek Mika, meski lemah dan tua, tetap menunjukkan tatapan tajam. “Kau pikir cucu ku akan begitu saja jatuh ke dalam jebakan mu, Monvok? Dia lebih pintar dari yang kau kira.”

Monvok tertawa, “Kita lihat saja nanti, Stephanie. Aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan darah suci keluarga Grey. Tidak ada yang bisa menghalangiku kali ini.”

"Hey! Apa kau pikir dia memiliki darah suci, bahagia jika dia hanya keturunan manusia biasa, kau tau Esta menikah dengan manusia biasa." dengan berani Stephanie berbicara mencoba mengecoh pikiran Monvok.

Monvok tersenyum sinis, "Maka aku punya rencana lain untuk mendapatkan darah suci, dengan daris keturunan yang kau miliki, Elara adalah kunci dari semuanya!"

"Ha ha ha ha" Monvok tertawa sangat puas, suaranya menggema seisi ruangan menyelimuti kegelapan.

"Aku telah mempelajari nya, bagaimana Lucius dulu mempraktekkan garis takdir antara vampir dan manusia untuk menghasilkan darah suci!"

Nenek Mika hanya menggeleng. Ia tahu Elara memiliki kekuatan yang lebih dari yang dipikirkan Monvok, tetapi harapannya hanyalah gadis itu tidak gegabah dalam menghadapi Monvok.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Di rumah, Aiden merasa ada sesuatu yang aneh. Elara yang semula berada di teras rumah masih belum kembali setelah sekian lama. Pikirannya mulai dipenuhi kecemasan, apalagi setelah peristiwa Kevin yang hampir kehilangan nyawa akibat racun. Ia tahu bahaya selalu mengintai mereka, terutama Elara.

“Elara?” Aiden memanggilnya sambil menoleh keluar. Namun, yang menyambutnya hanya keheningan.

Elara mendengar suara Aiden dari kejauhan. Ia menoleh dan berjalan kembali ke dalam rumah. “Ya, aku di sini,” katanya, meski ada nada resah dalam suaranya.

Aiden memerhatikan nya, wajahnya serius. “Apa ada yang kau rasakan, El? Kau terlihat gelisah.”

Elara ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara. “Entahlah, aku merasa... ada sesuatu yang tidak beres.”

Mendengar itu, Aiden mencoba menenangkan hatinya. “Jika ada sesuatu yang terjadi, kau bisa mengandalkan ku. Kau tahu itu, kan?”

Elara tersenyum, namun senyum itu tak mengusir kegelisahannya. “Terima kasih, Aiden. Aku hanya berharap firasat ini tidak benar.”

1
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
NT.RM: Terima kasih banyak sudah mampir dan terus mengikuti Bloodlines of Fate! Senang banget bisa berbagi cerita ini sama kamu. Semoga tetap seru dan bisa terus dinikmati! Jangan ragu buat kasih feedback atau pendapat, ya! 😊
total 1 replies
sella surya amanda
lanjut
KaylaKesya
terbaek thor 😇💪
KaylaKesya: sama2..semangat thor 💪
NT.RM: Terimakasih ya Laya~
total 2 replies
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!