Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Erlangga
Erlangga baru saja selesai shalat Ashar. Ia pun turun ke bawah dan menunggu mobilnya. Kali ini ia akan mengendarai sendiri mobilnya karena masih banyak yang harus dikerjakan. Sedangkan Kendra pulang membawa mobil kantor.
Erlangga melajukan mobilnya menuju rumah Opa. Sesampainya di sana, ia segera masuk ke kamar tamu untuk mengganti pakaian kerjanya dengan kaos dan celana pendek. Setelah itu, Erlangga pergi ke belakang untuk mengecek burung peliharaan Opa. Ada dua burung Murai batu dan dua burung cucak ijo. Erlangga menurunkan sangkar burung tersebut dari gantungannya. Biasanya Opa memang selalu mengurusnya sendiri. Dengan telaten Erlangga membersihkan alas singkat yang sudah penuh dengan kotoran burung. Lalu ua memandikan burung tersebut secara bergantian. Setelah itu ia menambahkan pakan burung ke wadahnya. Hal tersebut memang cukup membutuhkan waktu. Sampai tidak terasa senja sudah menampakkan dirinya.Erlangga mereka kamu keadaan sangkar dan burung yang sudah ia urus agar Opanya tudak khawatir lagi.
"Alhamdulillah, tugas kedua selesai."
Erlangga akan masuk ke dalam rumah. Namun saat di pintu, ia berpapasan dengan Rifka. Bukan hanya berpapasan, bahkan tubuh mereka tidak sengaja berbenturan. Sehingga membuat tubuh Rifka hampir saja terpental. Beruntung Erlangga dengan sigap menahannya.
"K-kamu tidak apa-apa?"
Rifka segera melepaskan diri dari pegangan Erlangga.
"Maaf bukan maksudku.... "
"Iya, sudah. Aku baik-baik saja."
Sebisa mungkin Rifka bersikap biasa saja kepada Erlangga. Ia pun segera menghindari Erlangga dan pergi ke dapur.
Dag dig dug
Jantung keduanya masih saja berdebar kencang setelah insiden benturan barusan.
Keduanya tidak sadar jika ada yang memperhatikan mereka.
Sementara di rumah sakit, Opa Tristan sedang diperiksa dokter. Ia memaksa kepada dokter agar dirawat inap di rumah. Namun Dokter memberi pengertian kepadanya, sehingga Opa tidak ngotot lagi.
"Winda, tanyakan kepada Erlangga! Apa dia sudah mengurus burung-burungku?"
"Iya, bi."
Anak dan menantu yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abinya.
Bunda pun menghubungi Erlangga.
"Sudah, Bunda. Nanti Er kirim vidionya sama Bunda. Biar Opa tidak rewel lagi."
"Nah iya. Begitu lebih baik."
Erlangga pun mengirim video kepada Bunda Winda. Bunda pun menunjukkannya kepada Opa Tristan. Opa pun tersenyum senang melihatnya.
Anak dan menantu Opa Tristan sedang bermusyawarah untuk menjaga di rumah sakit malam ini. Dan keputusannya yang akan menjaga adalah Mami Fatin dan Papi Zaki. Jadi anak dan menantu yang lain bisa pulang terlebih dahulu dan bergantian untuk besok.
Papi Zaki membatalkan kepulangannya ke Jakarta. Ia meminta Rayyan dan Reyhan yang akan menggantikan urusannya.
Di rumah Opa.
Erlangga sedang bersiap shalat Maghrib di Musholla. Kebiasaan di rumah Opa Tristan adalah shalat berjama'ah. Terutama Maghrib dan Isyak. Kali ini hanya ada Erlangga laki-laki di rumah itu. Jadi kali ini dia yang akan menjadi imam untuk semua orang di rumah. Ada dua asisten rumah tangga, Oma Salwa, Erika, Erina, dan Rifka yang akan menjadi makmum Erlangga.
"Ayo Er mulai." Ujar Oma.
"Iya, Oma."
Erlangga pun mulai memimpin shalat. Mereka shalat dengan khusyuk. Setelah selesai shalat mereka berfikir dan berdo'a bersama. Erlangga juga berdo'a untuk kesembuhan Opa. Setelah itu mereka berdo'a masing-masing.
"Ya Allah, orang yang hamba cinta begitu dekat dengan hamba. Bahkan saat ini ia menjadi imam hamba. Engkau selalu mendekat kan kami akhir-akhir ini. Jika itu adalah pertanda baik, tolong satukan kami dengan cara-Mu, amin...." Do'a Rifka.
"Ya Allah... hamba tidak tahu rencana-Mu seperti apa. Namun hamba terus berharap rencana-Mu sesuai dengan harapan hamba, amin... " Do'a Erlangga.
Selesai shalat, Oma Salwa mengajak cucu-cucunya ngobrol. Ia menyampaikan kerinduannya kepada Opa. Meski sudah lanjut usia, keduanya memang selalu bersama. Hari ini adalah waktu terlama mereka tidak bersua.
"Er, antarkan Oma ke rumah sakit sekarang juga. Opa mu pasti merindukan Oma."
"Tapi, Oma.... "
"Er, cuma sebentar saja. Ona janji nanti pulang lagi. Rifka tolong bantu Oma."
"I-iya Oma."
Rifka menuntun Oma masuk ke kamarnya dan membantunya memakai khimarnya. Di masa tuanya Oma Salwa memang sudah tidak memakai cadarnya.
"Sudah, Oma."
"Kamu ganti baju, ayo ikut Oma."
"Rifka, Oma?"
"Iya, kenapa? Kammu tidak mau menemani Oma?"
"Eh iya, ma-mau kok. Sebentar ya, Rifka ganti baju dulu."
"Hem, iya."
Erlangga sudah siap. Ia menunggu Inap di ruang tengah. Setelah Rifka siap, ia menuntun Oma keluar dari kamarnya.
"Ayo berangkat."
"I-iya Oma."
Mereka pun keluar dari rumah. Rifka dan Erlangga menuntun Oma untuk turun dari tangga depan rumah menuju ke mobil. Oma seperti merasakan adanya atmosfer lain saat berdiri di antara kedua cucunya. Erlangga membukakan pintu mobil untuk mereka.
"Rifka, kamu duduk di depan saja. Biar Ee tidak disangka sopir."
"Iya, Oma."
Erlangga pun tancap gas menuju runah sakit. Mereka tidak sadar di pertengahan jalan berpapasan dengan mobil Om Fadil yang menuju arah pulang. Om Fatan, Tante, Windi, dan Bu de Ira pun pulang. Di rumah sakit hanya tinggal Mami Fatin dan suaminya serta Bunda Winda dan suaminya.
Selama perjalanan, Oma merasa sepi karena kedua cucunya itu tak ada yang bicara satu sama lain.
"Er... "
"Iya,, Oma."
"Kamu dan Rifka itu lagi sariawan apa gimana? Dari tadi kalian diam saja. Oma seperti berasa di planet lain."
"Hehe... Oma ini bisa saja. Er sehat kok, Oma. Mungkin di sebelahku yang sariawan." Goda Erlangga. Ia berusaha untuk mencairkan suasana.
"Aku? Ih siapa bilang? Aku sehat kok." Jawab Rifka, sewot.
"Jutek jutek ini yang bikin aku rindu." Batin Erlangga.
Namun hal tersebut justru membuat Erlangga mengulum senyum. Oma pun mengulum senyum melihat kedua cucunya itu.
"Dasar anak muda. Awas kalian ya!" Batin Oma.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Erlangga tidak ingin Omanya capek. Ia mengambil kursi roda untuk Omanya.
"Ayo Oma naik. Biar Er yang dorong."
"Kamu memang cucu yang sholeh." Oma menepuk pipi kanan Erlangga.
Tak terasa hal tersebut membuat Rifka tersenyum. Ia tak sadar jika senyumnya dapat dilihat Erlangga.
"Masyaallah senyumnya. Astagfirullah...tobat Er." Batinnya.
Mereka masuk ke dalam lift dan naik menuju lantai 5. Erlangga mendorong kursi roda Oma menuju kamar rawat Opa. Rifka membuka pintu kamar tersebut.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Rifka.... ya Allah Bunda." Bunda Winda terkejut melihat sang Bunda datang bersama Rifka dan Erlangga. Mami Fatin pun ikut terkejut.
"Mami, jangan marahi kami! Oma yang maksa mau ketemu pujaan hatinya. Katanya Oma rindu sama Opa. " Ujar Rifka.
Opa mengulum senyum melihat istrinya datang.
Oma berkaca-kaca melihat kekasih hatinya terbaring.
"Bunda, kenapa kamu tidak nurut sama anak-anak?" Ujar Opa.
"Kamu juga tidak nurut, by."
Melihat kedua orang tuanya, Mami Fatin dan Bunda Winda terharu. Begitu pun dengan cucu mereka. Erlangga dan dan Rifka tidak sadar bahwa saat ini mereka berdua sedang berdiri sangat dekat.
Bersambung....
...****************...
Maaf kak baru bisa up, author sedang berduka
Baru pulang dari pemakaman. 🙏🙏🙏🙏
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka