seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 29
Sidang perceraian Ayana dan Devano dimulai. Ruang sidang dipenuhi oleh suasana yang penuh ketegangan. Di meja pengadilan, Ayana duduk di samping pengacaranya, Zhang Ziyi, yang terlihat sangat fokus. Di sisi lain, Devano duduk bersama pengacaranya, memandang Ayana dengan tatapan penuh emosi. Para saksi, termasuk Raka, Iris, dan Jihan, hadir di ruang sidang untuk memberikan keterangan yang mendukung Ayana. Biantara juga duduk di barisan belakang, memberikan dukungan moral, namun dengan sikap yang tetap tenang dan terkendali.
Hakim berbicara dengan suara tegas
"Sidang perceraian antara Ayana dan Devano dimulai. Kami akan mendengarkan pihak pertama, pengacara dari Ayana."
Zhang Ziyi berdiri dengan percaya diri, merapikan jasnya. Dia melangkah ke depan, berbicara dengan jelas dan tegas, memulai argumennya.
Zhang Ziyi"Yang Mulia, hadirin yang terhormat, izinkan saya untuk memperkenalkan fakta-fakta yang mendasari permohonan perceraian ini. Klien saya, Ayana, telah mengalami tekanan emosional yang luar biasa selama tujuh tahun pernikahan dengan Tuan Devano. Pernikahan ini bukanlah pilihan Ayana, melainkan hasil dari paksaan orang tuanya, yang terus memaksanya berada dalam hubungan yang penuh tekanan."
Zhang Ziyi berhenti sejenak, menatap Ayana dengan tatapan penuh empati. Ayana mengangguk perlahan, menenangkan diri.
"Selama bertahun-tahun, Ayana telah mencoba untuk mencintai Tuan Devano, namun cinta itu tidak ada. Hatinya tetap untuk orang lain—untuk seseorang yang ia cintai sebelum pernikahannya, yang dengan terpaksa harus diputuskan demi menjaga kehormatan keluarga. Ini adalah dasar dari konflik yang ada dalam pernikahan mereka."ziyi melanjutkan
Zhang Ziyi menatap ke arah Devano, yang tetap diam, matanya penuh dengan amarah namun berusaha mengendalikan diri.
"Juga, saya ingin menekankan bahwa klien saya telah menghadapi depresi yang semakin parah akibat tekanan mental ini. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan ini, hanya perasaan terjebak dan keputusasaan. Ayana berhak untuk bebas dan menemukan kebahagiaannya sendiri." Zhang Ziyi
Zhang Ziyi mengakhiri pernyataannya, duduk kembali di kursinya, dan memberikan anggukan singkat kepada Ayana untuk memberi semangat.
Hakim beralih ke pengacara Devano
"Pihak kedua, silakan menyampaikan argumennya."
Pengacara Devano, seorang pria berusia paruh baya, berdiri dan memulai pembelaannya dengan suara penuh keyakinan.
Pengacara Devano:
"Yang Mulia, saya menghargai pernyataan pihak pertama, namun kami ingin menegaskan bahwa perceraian ini seharusnya tidak terjadi. Tuan Devano adalah seorang suami yang setia dan bertanggung jawab. Tentu saja, kami tidak menampik adanya konflik dalam pernikahan ini, namun tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menceraikan Tuan Devano, terutama mengingat cintanya kepada nona Ayana sangat besar."
Pengacara Devano berhenti sejenak, melirik ke arah Devano yang tampak mencoba menahan emosinya, lalu melanjutkan.
"Sebagai tambahan, kami juga memiliki bukti bahwa Ayana memiliki hubungan dengan pihak ketiga—yaitu Biantara—selama masa pernikahannya dengan Tuan Devano. Ini menunjukkan bahwa Ayana tidak sepenuhnya berkomitmen pada pernikahannya. Kami meminta agar pertimbangan ini menjadi bahan pertimbangan dalam keputusan pengadilan."
Suasana ruang sidang menjadi lebih tegang setelah pengacara Devano mengungkapkan hubungan Ayana dengan Biantara. Zhang Ziyi terlihat sedikit terkejut, namun ia tetap tenang. Biantara yang duduk di belakang, mendengarkan dengan cermat, merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Ayana menundukkan kepala, merasa cemas akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Zhang Ziyi mendekatkan dirinya ke meja pengadilan, dengan suara yang lebih lantang dan tegas
"Yang Mulia, saya ingin menanggapi pernyataan tersebut. Biantara adalah sahabat Ayana, seseorang yang telah membantu Ayana dalam masa-masa sulit. Tidak ada hubungan romantis di antara mereka selama ini. Kami akan menunjukkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa klaim tersebut tidak benar."
Zhang Ziyi memberikan beberapa dokumen kepada hakim yang membuktikan bahwa Biantara tidak memiliki hubungan romantis dengan Ayana, dan bahwa pernyataan pengacara Devano adalah spekulasi semata.
"Yang Mulia, saya ingin menegaskan bahwa perceraian ini bukan karena orang ketiga, namun lebih kepada bagaimana pernikahan ini dipaksakan tanpa persetujuan dan tanpa cinta sejak awal. Ayana berhak untuk hidup bebas, untuk sembuh dari trauma emosional yang ia alami."
Hakim mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak. Suasana dalam ruang sidang sangat serius, namun terdapat ketegangan emosional yang semakin memuncak, baik bagi Ayana maupun Biantara.
Hakim setelah beberapa saat, dengan suara yang lebih rendah dan penuh pertimbangan
"Saya akan mempertimbangkan semua argumen yang telah disampaikan oleh kedua belah pihak. Sidang ini akan dilanjutkan pada bulan depan untuk memberikan keputusan."
Ruang sidang kemudian dibuka, dan semua pihak keluar. Biantara menghampiri Ayana yang terlihat kelelahan namun lega setelah sesi yang penuh ketegangan. Ziyi, meski tetap humoris, tahu bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai.
Biantara berbisik pada Ayana
"Apa pun yang terjadi, kamu tidak sendiri."
Ayana mengangkat wajahnya, sedikit tersenyum, merasakan ketulusan dalam setiap kata yang diucapkan Biantara.
Setelah sidang, Ayana terlihat keluar dengan langkah lelah namun sedikit lega. Di luar, Raka dan Iris telah menunggu, tampak cemas. Jihan berdiri di samping mereka, mencoba memberikan dukungan moral. Namun, suasana berubah ketika Ayana tiba-tiba dihampiri oleh ibunya, yang muncul dengan ekspresi marah.
Ibu Ayana berteriak, wajah merah padam karena emosi dan seketika kemudian menampar ayana lalu berkata
"Ayana! Kamu benar-benar tega bercerai hanya karena alasan bodoh itu? Kamu berpikir kamu bisa melawan orang tuamu? Apa yang kamu lakukan ini hanya akan merusak segalanya! Kenapa harus menceraikan Devano? Dia sudah memberi semuanya untukmu!"
Ayana terkejut, mundur sedikit dengan ekspresi cemas, merasa terpojok oleh kemarahan ibunya. Ia ingin berkata sesuatu, namun terdiam karena tekanan yang begitu besar.
Ibu Ayana lanjut dengan suara meninggi
"Kamu tak tahu berterima kasih! Kamu memilih jalan ini hanya karena pengaruh orang lain! Hati-hati, Ayana, karena ini akan berbalik menghancurkan hidupmu!"
Biantara yang berada di belakang, melihat ketegangan yang mulai meningkat. Melihat ibunya yang semakin emosional, ia merasa tidak bisa membiarkan hal itu berlanjut. Biantara melangkah maju dengan tenang namun tegas, matanya tajam dan penuh kewaspadaan.
dengan suara rendah dan penuh ancaman bian berkata
"Bu, saya sarankan Anda berhenti. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Jika Anda terus mengancam dan mengatur hidup Ayana, maka Anda harus siap menghadapi konsekuensinya."
Ibu Ayana terkejut, mendengar suara Biantara yang penuh ketegasan. Ia memandang Biantara dengan tatapan bingung, namun ada kekhawatiran yang mulai terlihat di matanya.
Biantara melangkah lebih dekat, tatapannya semakin tajam
"Siapa pun yang berani menentang Ayana, saya akan pastikan mereka tidak akan pernah bisa melawan. Termasuk Devano. Jika Anda terus menekan Ayana, saya akan membuat kehidupan orang-orang seperti Devano hancur seketika."
Suasana menjadi sangat tegang. Ayana terpaku, terkejut dengan kalimat keras dari Biantara. Ibu Ayana, yang semula tampak marah, kini terlihat ragu dan mundur sedikit. Ia tidak pernah menyangka bahwa Biantara bisa bertindak sekeras itu.
Biantara dengan nada semakin serius dan tegas
"Jangan pernah pikirkan untuk menekan Ayana lagi. Jika kamu mencintainya sebagai ibu, maka biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri. Jangan paksa dia kembali pada kehidupan yang hanya membuatnya menderita."
Ibu Ayana terlihat terdiam, mulutnya terbuka sedikit seolah ingin melawan, namun ia tahu ini bukan saat yang tepat. Biantara, dengan caranya yang tenang namun berwibawa, telah menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sangat berpengaruh dan siap melindungi Ayana dari siapa pun yang berusaha menghalanginya.
Setelah beberapa detik hening, Ibu Ayana akhirnya berbalik dan pergi tanpa kata. Suasana tetap tegang, tetapi Ayana kini bisa merasakan perlindungan dan dukungan dari Biantara, yang selalu ada di sisinya.
Ayana perlahan mendekati Biantara, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, suara lirih
"Terima kasih... Aku... aku tidak tahu..."
Biantara dengan lembut, menyentuh bahu Ayana dengan penuh perhatian
"Kamu tidak perlu berkata apa-apa, Ayana. Aku ada di sini, dan aku akan selalu ada untukmu."
Ayana menarik napas panjang, merasakan kehangatan dari kata-kata Biantara. Meskipun situasi masih sulit, ada rasa lega dan kenyamanan yang ia dapatkan dari kehadiran Biantara, yang dengan tegas melindunginya dari semua tekanan luar.
"ibu benar benar keterlaluan" raka sedikit cemas melihat adiknya mendapat tamparan dari ibunya.
Tadinya raka berencana maju namun melihat bian yang sigap menarik Ayana ke belakangnya tindakan raka terhenti dan sedikit bersyukur karenanya ibunya cukup terpengaruh oleh tekanan yang bian berikan.