Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -17- Permintaan Meyza
Arzian lagi-lagi dibuat terkejut, tanpa aba-aba Yumna memanggilnya dengan panggilan sayang. Apalagi di depan pria yang cukup asing bagi Arzian sendiri.
"Om Ardy, ini Arzian Farelly. Tunangan saya." Arzian dan Om Ardy berjabat tangan.
"Arzian, kau tahu. Setelah Gustav meninggal, saya sempat ingin menjodohkan Danu putra saya dengan Yumna. Tetapi sayang sekali, Yumna menolak. Tidak saya sangka, ternyata Yumna sudah memiliki tambatan hati," katanya tampa berfikir. Mendengar hal itu, entah kenapa Arzian tidak suka mendengarnya. Seperti ada hawa cemburu di dalam dadanya, padahal ia dan Yumna bertunangan karena paksaan Yumna bukan karena cinta.
Ardy memang benar-benar menjodohkan Danu dan Yumna, apalagi kalau bukan karena harta Kavendra yang telah dikuasai Yumna. Ardy bukan orang miskin, bagian hartanya cukup banyak sebenarnya. Namun, ia adalah pria serakah yang ingin harta yang lebih banyak lagi. Untuk apalagi Ardy menikahkan putranya dengan seorang janda dari keponakannya sendiri, secantik apapun Yumna. Sedangkan ia sangat yakin, Danu putranya bisa mendapatkan wanita cantik di luar sana, dan masih gadis tentunya.
Yumna sendiri jelas tahu hal itu. Makanya ia menolaknya. Tentu ia juga tidak berfikir untuk menikah lagi sebelumnya.
"Om Ardy di sini sendirikah? Kok sejak tadi saya tidak melihat Tante Nara, Danu atau Dina?" Yumna sengaja bertanya seperti itu untuk mengalihkan pembicaraan yang baru saja Ardy bahas.
"Kamu undangnya dadakan, Yumna. Kalau Om tidak sedang ada urusan bisnis di Indonesia, mungkin Om juga tidak bisa di sini. Tante Nara, Danu dan Dina masih sangat sibuk dengan perjalanan bisnis mereka," jawabnya dengan sombong.
Yumna mengangguk mengerti, ia sadar sekali keluarga Ardy memang semuanya sibuk. Toh hadir tidaknya sebenarnya tidak begitu berarti untuknya, tetapi tentu saja berbeda dengan Sarita. Yumna tahu Omanya itu merindukan anak dan cucu-cucunya yang tinggal jauh darinya. Apalagi mereka jarang sekali datang ke mansion hanya sekadar untuk menemui Sarita.
"Menginaplah di mansion malam, ini Om. Oma pasti akan senang sekali bisa melepaskan rindunya pada Om," katanya sambil melirik Sarita yang berada tidak jauh darinya. Sarita sendiri sedang mengobrol dengan salah sath temannya yang merupakkan tamu undangannya.
"Tentu, kalau itu mau kamu, pasti akan Om turuti."
"Terima kasih, Om. Saya dan calon suami saya harus bertemu dengan yang lain dulu," pamitnya.
Yumna mengandeng tangan Arzian pergi dari hadapan Ardy, Arzian hanya bisa pasrah saja. Karena ia tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Yumna setelah ini, Membiarkan Yumna memperlakukannya bagai boneka, adalah yang pria itu lakukam sekarang.
"Oma! Kak Yumna!" teriak Arveeta dengan histeris. Gadis itu baru saja datang, lalu berteriak-teriak yang mengagetkan seluruh tamu yang masih ada. Termasuk keluarga Kavendra sendiri. Sarita dan Yumna yang namanya dipanggil oleh Arveeta, segera menghampiri gadis itu.
"Tenang dulu, Vee. Kamu kenapa sebenarnya?"
"Aku nggak bisa tenang, Kak. Ayo Kakak sama Oma ikut aku, ini bakal gawat banget kalau kita sampai terlambat," katanya. Yumna tidak mengerti, apa yang menurut Arveeta gawat sampai membuatnya sepanik itu. Sarita dan Yumna menurut untuk ikut dengan Arveeta, ternyata para tamu termasuk Arzian juga penasaran. Mereka mengikuti Yumna dari belakang.
Ternyata Arveeta mengajak Yumna dan Sarita ke kamar Serra, setelah Yumna, Arveeta dan Sarita masuk orang-orang yang begitu penasaran juga ingin ikut masyk. Untung Amara dan Alien bisa mencegahnya, Arzian saja yang mereka biarkan masuk.
Yumna, Arzian, Sarita menatapnya tak percaya, Serra memang pisau yang diarahkan ke pergelangan tangannya. "Ngapain kalian di sini? Biarin aja aku bunuh diri, semua orang jahat nggak ada yang perduli sama aku. Tuhan saja enggak adil padaku, setelah segala penderitaan yang telah diberikan. Namun, aku tetap tidak dibiarkan bahagia."
Bukan terfokus pada Serra yang mencoba bunuh diri, Yumna malah melihat Meyza menangis tidak jauh dari tempat Serra berada. Gadis kecil itu tentu tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada mamanya. Namun, karena masih terlalu kecil ia hanya bisa menangis.
Melihat kedatangan Yumna, gadis kecil itu bangkit dan berlari memeluk Yumna. "Tante Yumna tolongin Mama. Meyza enggak mau Mama kenapa-napa," katanya sambil menangis. Yumna menghela nafas, ia tidak bisa diam saja sekarang. Kalau dibiarkan nyawa Serra bisa benar-benar melayang, Yumna melihat sang Oma memohon pada Serra agar tidak melakukan percobaan bunuh diri. Namun, Serra tidak mengindahkannya, ia masih tetap ingin memotong urat nadi di pergelangan tangannya.
Belum sampai mengenai pergelangan tangannya, Yumna dengan cekatan merebut pisau itu dari tangan Serra. Saat pisau sudah di tangannya, Yumna melepaskan pisau ke sembarang arah. Tentunya tempat yang jauh dari orang-orang.
Yumna mendekat untuk mencengkram wajah Serra. "Apa kamu masih mau bunuh diri?" tanyanya dengan menyeringai.
"Kalau iya, kenapa?" Jawaban Serra seperti tengah menantang Yumna, hingga sebuah tamparan yang sangat keraslah yang Serra dapatkan.
"Sebaiknya kamu segera sadar, Serra. Memang kamu nggak mikir kalau bunuh diri kamu berhasil, belum tentu kamu akan langsung mati. Kamu bisa saja masuk rumah sakit dan merasakkan sakit dulu, jelas hal itu pasti akan menyusahkan semua orang. Belum lagi, tidakkah kasihan pada anakmu yang menangis sejak tadi. Takut kamu menyakiti dirimu sendiri. Kamu seorang Ibu, Serra. Jangan egois hanya memikirkan dirimu sendiri. Oma dan adik-adikmu tidak malah sedih."
"Kamu cuma bisa memarahiku, Kak. Tanpa mau mengerti perasaanku. Kalau kamu bilang aku egois, kamu lebih egois, Kak," jawabnya dengan tatapan nyalang. Yumna malah tersenyum sinis pada adik iparnya itu. "Masalah Arzian lagi? Itulah alasan kamu melakukan bunuh diri seperti ini? Terlalu dangkal ya otakmu, tidak memikirkan semua terlebih dahulu. Kamu kira meluhat kamu akan bunuh diri, aku akan mengalah membiarkan kamu yang menikah dengan Arzian? Jangan mimpi disiang bolong? Kamu nggak pernah belajar ya ternyata, apa kamu tidak sadar bahwa apapun keputusan yang aku buat tidak akan bisa diganggu gugat oleh siapapun. Termasuk kamu, jadi jangan mimpi."
"Jahat!"
"Terserah kamu mau bilang apa! Kalau kamu masih mau mati, enggak usah bunuh diri. Dengan tanganku sendiri pun berani membunuhmu, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Termasuk kali ini, kamu tau itu kan, Serra." Yumna jelas tambah memanas-manasi Serra, ia tahu sebenarnya yang adik iparnya lakukan hanyalah pura-pura bunuh diri semata. Adik iparnya itu memang nekad, Yumna tau itu. Tapi untuk melakukan bunuh diri, tidak akan mungkin. Buktinya, jika Serra memang berniat bunuh diri. Sudah ia lakukan sejak tadi, saat tidak ada orang. Tidak perlu menunggu siapapun, jika ia berani. Sayangnya kan tidak.