Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Setelah keluar dari ruangan eric, zhafira segera kembali ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. dia meluapkan semua rasa kecewanya dengan menangis sejadi-jadinya.
Zhafira merasa bersalah,karena sudah memaksa seseorang untuk terlibat pada kehidupannya. meskipun itu bukan karena keinginannya,namun tetap saja,semua terjadi karena ulah kakeknya sendiri.
Kini zhafira akan melakukan hal yang sama seperti eric. dia akan menganggap pernikahan ini, semata membayar kesalahan kakeknya yang sudah memaksa eric untuk menikahinya.
***
Di ruangan eric
Louis menatap tajam eric, yang sedang berdiri menatap ke arah luar jendela.
"Eric, kakek harap kamu tidak terlalu kasar pada istri mu. Bagaimana pun juga, semua ini terjadi bukan karena keinginannya." ujar Louis,tegas.
Terdengar helaan nafas kasar dari bibir eric. " Aku tidak bersikap seperti itu, kek! Aku hanya memperingati dia, jika kehadirannya di sini tidak lain karena sebagai rasa terima kasih ku saja."
"Justru karena itu kakek meminta mu, agar memperlakukannya layaknya seorang istri. Buanglah ego mu, eric. Kakek yakin fira itu wanita baik-baik."
Eric mulai kesal dengan percakapannya dengan Louis, yang terdengar menyudutkannya.
"Apa menurut kakek sikap ku ini kasar?" tanya nya kesal.
Louis menghela nafas. "Lihatlah sosok ayah mu Eric! Meskipun dia seorang mafia kejam, tapi dia tidak pernah sedikit pun, bersikap kasar pada ibumu,yang waktu itu pun di antara mereka tidak ada cinta."
Eric terdiam,baru saja menyadari jika Louis sedang menceritakan sosok orang yang dia kagumi selama ini.
"Benarkah, kek?" Eric memicingkan mata, mencari kebohongan pada Louis.
Louis terkekeh. "Apa kamu tidak percaya kepada kakek tua ini?" guraunya.
"Ayolah kek, jangan merahasiakan semuanya dari ku. Aku ingin tahu bagaimana sosok ketua mafia kejam pada seorang wanita?" tanya eric, penasaran.
"Untuk itu,kamu sendiri akan mengalaminya. Dan kakek harap kamu sedikit membuka hati, untuk menerima fira sebagai istri, mu!" Louis beranjak dari duduknya,dan pergi dari ruangan eric.
"Dan satu hal lagi,kakek minta agar kamu memasukkan fira ke universitas yang sama dengan, mu." Sebelum benar-benar pergi, Louis mengingatkan sesuatu pada Eric.
Kini Louis pun pergi dari ruangan itu. kini tinggallah eric yang diam termenung, memikirkan semua hal yang baru saja terjadi.
Dan tidak lama kemudian eric pun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Edward! Masukan wanita itu, ke Universitas yang sama dengan ku. Dan pastikan,dia tidak satu kelas dengan, ku!" ujar eric memberi perintah.
"Baik king, akan saya lakukan segera!"
"Bagus dan pastikan, semua orang tidak tahu jika wanita itu istri, ku!"
"Baik king!"
Eric pun menghela nafas, entah apa yang dia lakukan ini sudah benar. sungguh dia benar-benar, terjebak dengan semua ini.
***
Keesokan harinya
Zhafira pagi ini memulai tugasnya sebagai istri, namun seperti peringatan eric (Tidak boleh melibatkan perasaan).
Zhafira tersenyum tipis, jika mengingat hal itu.kini zhafira menuju ke kamar eric yang berada di samping kamarnya.
Sebelum masuk, zhafira mengetuk pintu dulu.
Tok... tok... tok...
Terdengar seruan dari dalam kamar,dan zhafira pun memberanikan diri untuk masuk.
Saat memasuki kamar eric,hal pertama yang di lihat zhafira adalah sosok laki-laki tampan dengan penampilannya yang sedikit berantakan.
Namun zhafira segera menyadarkan lamunannya,karena dia menyadari kedatangannya ke kamar itu untuk menyiapkan semua keperluan eric.
"Ma-maf apa yang harus aku lakukan sekarang." Zhafira menundukkan kepala, karena tak sanggup membalas tatapan tajam yang eric layangkan.
"Siapkan baju untuk saya! Hari ini saya ada kelas pagi, jadi saya mau, kamu siapkan baju yang tidak terlalu formal." seru eric dengan suara serak khas bangun tidur.
Zhafira mengangguk dan pergi berjalan untuk mencari lemari.
Eric yang melihat hal itu merasa heran, dengan sikap zhafira yang seakan mencari sesuatu.eric pun turun dari ranjang dan menghampirinya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dingin.
Zhafira yang tersentak pun, segera memundurkan langkahnya. "Ma-maaf! Aku sedang mencari lemari untuk mengambil baju mu."
Eric tersenyum miring dan berjalan melewati zhafira. "Jangan samakan rumah ku dengan rumah mu! Di sini sangat lah berbeda dengan di sana!" ujar eric, sombong.
Zhafira meremas ujung bajunya, merasakan sakit pada hatinya. dia sadar diri,jika kehidupan eric lebih mewah dari pada dirinya yang tidak mempunyai apa-apa.
"Kamu cari baju saya di sini! Dan awas! Jangan pernah menyentuh apapun selain baju-baju saya!" Peringat eric, yang membuka walk in closet.
Zhafira pun mengangguk dan segera masuk ke ruangan yang terlihat besar itu.
Mata zhafira terbelalak,saat melihat isi koleksi baju eric yang terlihat banyak.bahkan kini mata zhafira,tertuju pada koleksi jubah hitam eric tergantung di sana.
Zhafira tidak ingin membuat eric marah. dia pun segera mengambil pakaian yang menurutnya bagus untuk di gunakan ke kampus.
Zhafira mengambil kaos putih dan jaket denim beserta celana jeans hitamnya.merasa puas dengan baju pilihannya, zhafira menyimpannya dia atas ranjang king.
Setelah itu zhafira, pun pergi ke bawah untuk menyiapkan sarapan.
Sebelum mulai memasak zhafira, terlebih dahulu mengikat cepol rambutnya hingga menampilkan leher jenjangnya, yang putih terekspos.
Tak lupa dia memakai apron dan mulai untuk memasak.
"Nona apa yang sedang anda lakukan?" pekik windi terkejut, saat melihat zhafira sedang berkutat di dapur.
Zhafira tersenyum. " Aku sedang memasak." jawabnya singkat.
"Nona biar saya saja, yang memasak. Nanti tuan king bisa marah." seru windi, menghampiri zhafira dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Marah? Aku yakin dia tidak akan marah. Setiap wanita, kan memang harus melakukan hal ini." ujar zhafira santai.
Windi menghela nafas, saat melihat sikap zhafira yang begitu keras kepala.
"Apa yang sedang kamu lakukan,zhafira?" seru eric,dengan suara baritonnya yang dingin.
Windi menundukkan kepala, saat tatapan tajam eric mengarah kepadanya.
"Maaf king. Saya sudah melarang nona untuk memasak, tapi nona..." Windi menghentikan ucapan, saat eric memberi isyarat agar pergi dari sana.
Windi yang mengerti pun segera pergi, meninggalkan zhafira yang masih menyelesaikan pekerjaannya.
Eric menatap tajam zhafira. "Apa yang kamu lakukan di sana? Cepat kembali ke kamar, mu!" titah Eric tegas.
"Maaf king! Aku hanya ingin menyiapkan sarapan untuk mu." sahut zhafira sedikit takut.
Eric memicingkan mata. "Siapa yang menyuruh mu, memanggil ku, king?"
"Aku hanya mengikuti semua orang di rumah ini, yang memanggil mu dengan sebutan, king. "
Eric menghela nafas. "Panggil saja aku, eric!" sahutnya dingin.
Zhafira pun tersenyum tipis,mendengar penuturan Eric.
Dia pun segera menyiapkan sarapan,untuk eric di meja makan. eric yang berada di sana segera mencengkram tangan zhafira,yang hendak kembali ke dapur.
"Awsh... sakit!" desis zhafira kesakitan.
"Apa yang kamu lakukan? " Menatap tajam, zhafira. " Apa kamu sengaja, berpenampilan seperti ini di hadapan semua orang!" ujarnya dingin.
Zhafira bingung,dengan apa yang dikatakan oleh Eric. tanpa aba-aba, Eric pun melepaskan ikat rambut zhafira.
"Saya tidak suka, jika semua orang melihat apa yang sudah menjadi milik saya."