Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
senyum senyum
"Belajar menembak hari ini selesai. Kita lanjut besok!"
"I iya."
"Malam ini, kau tidur di kamarku!" ucap Albert berlalu dari sana.
Bella yang belum menjawab hanya bisa mendengus kesal. Memang sudah dua kali ia tidur bersama Albert, akan tetapi, ia juga merasa risih, sebab lelaki itu bukan suaminya.
Mengapa harus tidur di kamarnya lagi sih?
Mika yang baru saja ke halaman belakang berpapasan dengan Albert membuat dirinya harus membungkuk hormat. Setelah Albert menghilang, ia segera berlari menghampiri Bella.
"Ayo Nona kita bersih-bersih, sebab sudah petang," ujar Mika yang dapat anggukan kepala dari Bella.
Bella berjalan memasuki mansion di ekori mika. Mereka menaiki tangga menuju kamar Bella, sementara Albert dengan Frans dan juga Joe memperhatikan gadis cantik itu yang memiliki perubahan muka masam.
"Kenapa wajah dia masam begitu?" tanya Joe.
Frans menaikkan kedua bahunya pertanda ia tak tau. Sementara Albert hanya diam dengan wajah datarnya menatap lurus.
****
Langit yang terlihat gelap gulita, tak ada satu benda angkasa yang menghiasi langit malam. Baik bintang maupun rembulan.
Bella yang sedang berada di balkon kamar terpekik dikala seseorang memegang pundaknya dari belakang.
"Astaga," pekik Bella melompat.
"Heheh maaf Nona," kekeh seseorang. Ternyata itu Mika pelayan Bella.
"Ada apa Mika? Kau seperti hantu saja yang tiba-tiba datang tanpa diundang," kesal Bella masih tetap memegang dadanya.
"Maaf Nona, tapi Nona disuruh ke kamar Tuan Albert!"
Bella menggulum bibirnya kedalam, ia lupa apa yang Albert bilang sore tadi.
"Mari Nona," ajak Mika."
Bella menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya kasar. Jujur ia tak ingin sekamar dengan pria itu yang belum menjadi suaminya.
Tok
Tok
Ceklek.
Terlihat pria tampan dengan kimono mandi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sepertinya pria itu baru saja selesai mandi.
"Malam Tuan, Nona Bella sudah ada," ucap Mika menunduk sopan.
"Hum," jawab Albert singkat.
Mika membungkuk lagi lalu menegakkan badan lalu menatap Bella sambil tersenyum dan keluar.
Melihat kepergian Mika, Bella merasa deg-degan, apalagi saat ini Albert sedang menatapnya bagai seseorang yang ingin mengintimidasinya saat ini.
Ia menelan salivanya kasar dikala Albert melangkahkan kaki menghampirinya. Dan terlihat dada pria itu terekspos nyata di mata Bella. Membuat Bella mengalihkan pandangannya dilain arah.
"Ehem, apa kau hanya ingin berdiri disitu?" tanya Albert. Bella menoleh ke sumber suara dan ternyata Albert sudah duduk di sofa tepat di samping Bella yang sedang berdiri mematung.
"Aku pikir dia ingin menghampiriku," gumamnya dalam hati.
"Apa kau ingin berdiri menjadi patung disana?" tanya Albert sekali lagi.
"Ti tidak Tuan," jawab Bella gugup.
Albert yang merasa gemas dengan gadis itu sontak berdiri dan menghampirinya. Terlihat gadis itu berjalan mundur hingga menabrak dinding kamar.
Bughh
Saat Bella menabrak dinding, ia refleks menutup mata membuat Albert tersenyum. Ia menatap wajah cantik gadis itu dengan tatapan intens.
"Apa kau ingin aku cium?" tanya Albert menggoda.
Mendengar itu Bella langsung membuka mata lalu mengerjapkan-nya beberapa kali.
Astaga tampan.
Bella memuji karisma Albert yang sudah mulai memiringkan kepala. Bagai di hipnotis, Bella menutup mata dan
Cup
***
Keesokan harinya, Albert yang baru saja turun dari tangga melempar senyum manisnya pada para pelayan perempuan yang memuji ketampanannya dan juga para bodyguard-bodyguard yang sedang berpapasan pada Albert. Pelayan yang mendapat senyuman Albert sontak menjerit dalam hati karena klepek-klepek.
"Argh! Tuan tampan banget kalau senyum," cicit para pelayan.
"Tuan! Aku padamu!" cicit pelayan satunya melempar bentuk hati dari jempol dan telunjuknya.
Sementara para bodyguard, hanya bisa heran. Mereka melihat, bahwa inilah fenomena terlangka saat mereka bekerja dengan Albert. Sebab baru kali ini Albert melempar mereka senyuman, biasanya Albert melempar tatapan tajam yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Sedangkan Joe dan Frans yang baru saja turun dari tangga, melihat pelayan dan bodyguard menatap Albert sambil tersenyum, "Ada apa dengan mereka?" tanya Joe mengernyit.
Frans mencari tahu apa yang membuat mereka semua tersenyum. Dan alhasil ia melihat Albert yang sudah duduk di sofa dengan senyum yang tak luntur, "Pantas saja mereka tersenyum."
"Kenapa?" tanya Joe lagi.
"Lihat dia!" jawab Frans menunjuk Albert dengan mata. Sontak Joe memutar matanya.
"Astaga, kenapa tuh anak? Senyum-senyum gitu?" ucap Joe yang heran melihat Albert dari kejauhan.
"Entah," jawab Frans. Merekapun menghampiri Albert lalu berdehem. Hingga Albert kembali dengan wajah datarnya.
"Kau kenapa?" tanya Frans.
Bukannya menjawab, Albert malah kembali tersenyum membuat kedua pria itu berdecak kesal.
"Kan, kan.. gila. Apa kita perlu ngejedotin kepala Albert di dinding Frans?" bisik Joe.
Frans terkekeh, "Kalau kau tak sayang nyawamu, silahkan!"
Ketika Frans dan Joe baru saja duduk di sofa, ia mendengar suara hentakan kaki yang baru saja turun dari tangga. Mereka menoleh, dan melihat wajah Bella yang terlihat senyum-senyum sendiri.
Ada apa ini?
"Ehem ada Bella nih," seru Joe tiba-tiba membuat Albert terpekik.
"Dimana?" tanya Albert antusias.
"Tuh," jawab mereka. Albert pun menoleh kearah dimana Frans dan Joe memberitahu keberadaan Bella.
Bella yang baru saja berhenti melihat keberadaan pria-pria itu langsung canggung.
Begitupun dengan Albert, ia juga terlihat sangat canggung. Frans dan Joe yang memperhatikan mereka sontak saling menyenggol.
"Oh.. ternyata ini yang membuat mereka--"
Belum sempat Joe melanjut ucapannya, Albert langsung mulai membuka suara agar kecanggungan mereka berdua menghilang. "Pagi Bella."
"P pagi Tuan," jawab Bella gugup. "Permisi saya mau ke kampus.
"Ouh, baiklah. Hati-hati!"
"Baik Tuan, permisi!" Bella pun berlalu dan pergi.
Akan tetapi, tatapan Albert tak berhenti menatap keluar hingga mobil yang mengantar Bella menghilang.
"Ehem." Joe berdehem membuat lamunan Albert menghilang.
Ia pun kikuk lalu kembali duduk di sofa. "Sepertinya Kak Albert sedang jatuh cinta Frans!" seru Joe mencoba menggoda.
"Sepertinya," jawab Frans singkat.
"Apa sih."
Drtt
Drtt
"Hum iya, ah.. baik. Sebentar lagi aku berangkat. Urus dengan baik Mark!"
Albert pun mematikan sambungannya. "Ayo ikut aku, kita harus pergi ke markas selatan!"
Mereka berdua mengangguk lalu beranjak dari sana. Sementara di lain tempat dua pelayan yang memperhatikan mereka semua merasa geram terhadap Bella. Mereka bernama Tuti dan Lisa.
"Kenapa sih, gadis itu selalu saja menggoda Tuan. Dia nggak pantas tau sama Tuan."
"Benar banget Tut, aku juga nggak suka lihat gadis itu."
"Bener Lis, rasanya tuh yah, pengen aku bejet-bejet tuh yang namanya Bella," geram Tuti mengucek-ngucek tangannya.
Hingga suara deheman terdengar membuat keduanya melonjak kaget. "Siapa yang berani dengan Nona Bella?" tegur Mika.
"Eh, Mika," pekik keduanya.
Mika menghampiri mereka. "Apa kalian tau, kalau sampai Tuan Albert tau kalian seperti ini, kalian akan--"
"Berisik kamu. Kamu jangan ikut campur dengan urusan kami!" celetuk Tuti.
"Why not? Kalian sudah menyebut nama Nona Bella, jadi itu sudah menjadi urusan aku."
"Dasar! Awas kau!" geram Tuti lalu mendorong tubuh Mika agar mereka bisa lewat.
Mika yang diperlakukan seperti itu merasa geram, "Aku harus memperhatikan mereka. Jangan sampai fans Tuan Albert mencelakai Nona Bella!"