NovelToon NovelToon
TUAN MUDA ANTAGA

TUAN MUDA ANTAGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Penyelamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Susi Ana

"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."

Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Buih-buih Cinta

Ketika Sang Kakek menanyakan tentang nama dan darimana asal Lou, mendadak Lou nggak mengingat apapun. Hal itu membuat Sang Kakek terkejut, dan bergegas mencari cucu perempuannya keluar. Meninggalkan Lou yang sendirian dan dalam keadaan bingung memikirkan siapa dirinya.

"Helena!! Helena!! Kau di mana?!"

Teriak Kakek yang berusaha memanggil nama cucu perempuannya berkali-kali. Namun yang dipanggil, tidak muncul juga. Kakek pun kebingungan dan memutuskan kembali masuk ke dalam gubuknya. Saat beliau masuk, Kakek mendapati diri Lou yang berusaha dan mencoba berdiri hendak turun dari ranjangnya.

"Hentikan anak muda!!"

Bentak Sang Kakek dengan refleks karena kaget. Lou pun sampai berjingkat dan hampir terjatuh dari ranjang akibat bentakan Kakek yang sangat keras. Lou pun nyengir, dan menggaruk-garuk kepalanya karena kebingungan dan kaget menjadi satu.

"Ka kek?" Kata Lou dengan ucapan yang terbata-bata.

"Aku mencari cucuku sebentar, untuk mencarikan daun obat untukmu!! Jangan sampai kau amnesia!"

Ucapan cemas pun ditunjukan oleh nada bicara Kakek. Lou pun langsung mengerti. Dia kembali duduk di atas ranjang. Dia merasa lelah terus berbaring seharian. Kakek pun memaksanya lagi membaringkan badannya. Saat ini, Lou merasa benar-benar menjadi orang yang nggak berguna. Ucapan Bahama samar-samar dia ingat. Bahwa dirinya adalah orang yang egois dan suka merepotkan orang lain.

"Ba.....aduh!!"

Saat Lou ingin mengucapkan nama itu, mendadak kepalanya seperti kesetrum. Rasanya nyeri dan sakit sekali. Kakek pun menepis tangannya supaya tidak menekan kepalanya lagi.

"Jangan dipaksa! Pelan-pelan saja, semoga ini semua hanya sementara, semoga cucuku cepat pulang dan bisa mencarikan daun obat untuk kepalamu!"

Kata Kakek itu sambil merapikan selimut Lou. Karena Lou tidak memakai baju untuk menutupi badan atasnya. Baju yang ia kenakan sudah dilepaskan oleh kakek, karena compang-camping dan robek semua. Lou pun merasa malu, jika bertemu dengan gadis cantik yang tadi membantunya minum ramuan bila keadaan tetap telanjang dada.

"Kek, bolehkah saya pinjam baju Kakek? Baju apapun, boleh."

Pinta Lou sambil bersembunyi di bawah selimut. Dia sangat malu, mendapati sekujur tubuhnya penuh goresan luka. Meskipun masih sakit, dia harus mengenakan baju. Kakek pun menatapnya heran, terlihat jelas wajah tua itu memicingkan mata kala menatapnya.

"Lukamu belum kering. Jika terjadi gesekan dengan baju yang kamu pakai, lukanya bisa kembali terbuka." Jelas Kakek dengan serius.

"Ta...tapi kek....saya malu."

Jawab Lou sambil menyembunyikan wajahnya di bawah selimut lagi. Kakek pun tersenyum geli, melihat tingkah Lou yang kekanak-kanakan. Kadang Lou mengintip Kakek dari balik selimutnya. Kakek pun hanya terkekeh.

"Malu sama siapa? Di sini nggak ada orang lain. Hanya ada aku yang sudah tua."

"Kakek lupa ya? Masih ada gadis cantik yang masih belia? Saya malu dengannya, Kek."

Lou pun merajuk dan wajahnya seketika berubah memerah karena malu. Mata jernihnya yang tadi sayu, terlihat malu-malu kucing. Mendadak, perutnya berbunyi keras. Dia sangat kelaparan. Kakek pun tertawa kencang melihat kelucuan yang ditunjukkan Lou.

"Hahaha perutmu lebih jujur daripada rasa malumu!! Tunggu sebentar, cucuku tadi sudah membuatkan bubur untukmu."

Kakek pun bergegas ke dapur dan kembali dengan tangan yang sibuk. Membawakan semangkok bubur dan segelas teh hangat yang sudah disiapkan oleh Helena. Dengan wajah tersenyum, Kakek pun menyerahkan semangkok bubur dan Lou langsung menerimanya. Dan segelas teh hangat Kakek letakkan di atas meja, yang terletak di samping ranjang Lou berbaring.

"Terima kasih Kakek."

"Cepat makanlah, cucuku berkali-kali menghangatkan buburnya untukmu. Makanlah pelan-pelan. Kakek akan mencarinya...."

"Baiklah, kek." Jawab Lou singkat dan membiarkan Kakek pergi meninggalkan dirinya. Lou menikmati bubur itu dengan rakus, karena perutnya lapar sekali. Segelas teh hangat pun langsung diteguknya. Barulah, perutnya merasa kenyang.

"Siapa aku? Namaku siapa? Kenapa aku nggak ingat apa-apa?"

Tanya Lou pada dirinya sendiri, begitu ada tenaga untuk berpikir. Saat perutnya kenyang, kepalanya tidak terlalu sakit lagi. Saat dia gunakan untuk berpikir sejenak pun, rasa sakit itu nggak muncul. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha mengingat namanya sendiri.

"Kakek, aku pulang! Loh? Kakek kemana?"

Saat Lou mencoba mengingat namanya, dia dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis belia yang sangat cantik. Gadis itu pun terkejut melihatnya duduk dengan telanjang dada. Keduanya saling bertatapan tanpa mengedipkan mata.

"Kakek mencarimu, adik."

Ucapan merdu dengan suara khas pemuda tampan terdengar di telinga Helena saat Lou memanggilnya "adik". Helena pun melongo dan terpaku di depan pintu. Saat itulah, kakeknya pulang dan mendesaknya masuk.

"Dari mana saja kau, cucuku?" Tanya Sang Kakek yang cemas dan menyembunyikan kekhawatirannya.

"Kakek, Lena pulang!! Maaf, Lena pergi tanpa pamit."

Sapa Helena dengan menunjukkan wajah manjanya, agar lolos dari Omelan kakeknya. Wajah tersenyum malu-malunya, terlihat sangat cantik. Lou langsung melihat ke arah Kakek dan cucunya bergantian. Dan Lou memohon dengan isyarat mata, agar Sang Kakek tidak memarahinya. Sang Kakek pun langsung mengerti.

"Sudah dapatkan, yang Kakek minta??"

Sang Kakek langsung mengajak cucunya keluar sebentar. Agar obrolan mereka tidak didengar oleh Lou. Helena pun langsung paham apa yang kakeknya maksudkan.

"Sudah kek, apakah orang itu benar-benar bisa pulih??" Tanya Helena sambil mengintip ke dalam. Melihat Lou yang berbaring dengan selimut rapat menutupi badan telanjang nya.

"Tuh dia, dia malu terlihat telanjang di depanmu," bisik Kakek pelan. Mulutnya di dekatkan ke daun telinga cucunya.

"Kakek berbuat jahil lagi ya? Kan sudah kubilang, jangan buat ramuan macam-macam yang nggak ada hasilnya." Jawab Helena yang langsung mengomeli kakeknya. Daun-daun ramuan yang ada di keranjang, bukan daun penghilang rasa sakit. Melainkan ramuan biasa yang pahit untuk mengerjai Lou.

"STT....jangan keras-keras, nanti dia dengar." Bisik Kakek lagi sambil meletakkan jarinya di bibir.

"Nih, obat yang Kakek minta. Helena agak lama kembalinya, karena mencoba menyusuri tempat kejadian."

Helena memasang wajah seriusnya, terkesan seperti seorang Polisi yang hendak menyelidiki sebuah kasus yang menimpa diri Lou. Dia pun masuk dan mengacuhkan kakeknya yang tertegun di balik pintu.

"Tu... tunggu, Lena!! Kok Kakek diacuhin?"

Sang Kakek pun merangsek masuk menyusul cucunya. Lou lagi-lagi menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Helena menatap heran ke arah kakeknya yang sibuk mencampur obat yang Helena beli.

"Hallo kak, apakah kakak baik-baik saja?" Sapa Helena dengan sopan. Gaya manjanya sangat menggemaskan.

"Hal hallo adik. Terima kasih, adik dan Kakek sudah menolongku."

Balas Lou singkat tanpa mau melepaskan tangannya dari selimut. Helena ingin sekali menggodanya, dengan menarik selimutnya. Tapi Kakek langsung mendelik kepadanya.

"Apaan sih kek?" Kata Helena dengan nada sewot. Sang Kakek hanya mendelik, melarang cucunya berbuat jahil dengan memakai bahasa isyarat.

"Minumlah obat ini, anak muda. Semoga rasa sakit di kepalamu berangsur-angsur menghilang."

Kakek pun menyerahkan obat dan segelas air putih pada Lou. Lou bingung, bukankah baru saja dia minum ramuan? Kenapa harus minum obat lagi? Meskipun begitu, dia nggak bisa ingat siapa dirinya. Dengan tatapan enggan, dia melihat ke arah Helena dan Sang Kakek merasa diacuhkan oleh keduanya.

1
monrach
sangat bagus
Delita bae
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇🙏
Jhon wae
bagus sekali,semangat update
Susi Ana
bismillah mulai dari awal lagi
Fa.NT: Semangat Thor 💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!